Urgensi Penggunaan Pendekatan Sosiol Dalam Studi
Islam
Dalam disiplin Sosiologi Agama, ada tiga perspektif utama
sosiologi yang seringkali digunakan sebagai landasan dalam melihat fenomena
keagamaan di masyarakat, yaitu: perspektif fungsionalis, konflik dan
interaksionisme simbolik. Masing-masing perspektif memiliki
karakteristiknya sendiri-sendiri bahkan bisa jadi penggunaan perspektif yang berbeda
dalam melihat suatu fenomena keagamaan akan menghasilkan suatu hasil yang
saling bertentangan. Pembahasan berikut ini akan memaparkan bagaimana ketiga
perspektif tersebut dalam melihat fenomena keagamaan yang terjadi di
masyarakat:
1. Perspektif Fungsionalis
Perspektif fungsionalis
memandang masyarakat sebagai suatu jaringan kelompok yang bekerjasama secara
terorganisasi yang bekerja dalam suatu cara yang agak teratur menurut
seperangkat peraturan dan nilai yang dianut oleh sebagian besar masyarakat tersebut.
2. Perspektif Konflik
Para penganut
perspektif konflik berpandangan bahwa masyarakat berada dalam konflik yang
terus-menerus diantara kelompok dan kelas, atau dengan kata lain konflik dan
pertentangan dipandang sebagai determinan utama dalam pengorganisasian
kehidupan sosial sehingga struktur dasar masyarakat sangat ditentukan oleh
upaya-upaya yang dilakukan berbagai individu dan kelompok untuk mendapatkan
sumber daya yang terbatas yang akan memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka.
3. Perspektif Interaksionisme
Simbolik
Dalam wacana
sosiologi kontemporer, istilah interaksionisme simbolik diperkenalkan oleh
Herbert Blumer melalui tiga proposisinya yang terkenal:
a. Manusia berbuat terhadap sesuatu
berdasarkan makna-makna yang dimiliki sesuatu tersebut bagi mereka;
b. Makna-makna tersebut merupakan hasil dari
interaksi sosial;
c. Tindakan sosial diakibatkan oleh
kesesuaian bersama dari tindakan-tindakan sosial individu.
Sedangkan dalam Sosiologi agama
mempelajari aspek sosial agama. Objek penelitian agama dengan pendekatan
sosiologi menurut keith A. Robert memfokuskan pada:
1. Kelompok-kelompok dan lembaga keagamaan
(meliputi pembentukannya, kegiatan demi kelangsungan hidupnya, pemeliharaannya,
dan pembubarannya.)
2. Perilaku individu dalam kelompok-kelompok
tersebut (proses sosial yang mempengaruhi stasus keagamaan dan perilaku
ritual.)
3. Konflik antar kelompok.
Dengan memahami
tersebut diatas, adapun urgensi penggunaan pendekatan dalam studi iaslam
adalah:
1. Dengan ilmu ini, suatu fenomena sosial
dapat dianalisis dengan faktor-faktor yang mendorong terjadinya hubungan,
mobilitas sosial serta keyakinan-keyakinan yang mendasari terjadinya proses
tersebut (how n why it happens)
2. Banyak fenomena kehidupan beragama baru
dapat dipahami secara proporsional dan tepat
bila menggunakan jasa ilmu sosiologi.
3. Karena banyak sekali ajaran agama yang
berkaitan dengan masalah-masalah sosial (lihat pendapat Jalaludin Rahmat)
4. Karena agama diturunkan untuk kepentingan social
Ilmu
agama, pada segi yang manyangkut masalah sosial, diamati dengan metodologi
ilmiah. Metodologi ini ditentukan oleh obyek yang dikaji, bukan sebaliknya.
Kalau segi tertentu agama yang berada pada posisi fenomena sosial, maka metode
pengkajiannya menggunakan ilmu-ilmu sosial.
No comments:
Post a Comment