Tuesday, September 3, 2019

KEBERSIHAN ADALAH SEBAGIAN DARI IMAN


KEBERSIHAN ADALAH SEBAGIAN DARI IMAN
Bersih secara konkrit adalah kebersihan dari kotoran atau sesuatu yang dinilai kotor.  Kotoran yang melekat apda badan, pakaian, tempat tinggal, dan lainnya. Umpamanya badan terkena tanah atau kotoran tertentu, maka dinilai kotor secara jasmaniyah, tidak selamanya tidak suci. Jadi, ada perbedaan antara bersih dan suci. Mungkin ada orang yang tampak bersih, tetapi tidak suci.  Namun, yang kotor dapat mengakibatkan gangguan kesehatan.

1.   Sekolah Adiwiyata
Sekolah Adiwiyata adalah Sekolah yang peduli lingkungan yang sehat, bersih serta lingkungan yang indah. Dengan adanya program adiwiyata diharapkan seluruh masyarakat di sekitar sekolah agar dapat menyadari bahwa lingkungan yang hijau adalah lingkungan yang sehat bagi kesehatan tubuh kita. Adiwiyata berasal dari 2 kata sansekerta yaitu Adi dan Wiyata. Adi sendiri mempunyai arti yaitu besar, agung, baik, ideal atau sempurna. Sedangkan Wiyata mempunyai arti tempat dimana seseorang mendapatkan ilmu pengetahuan, norma dan etika. Adiwiyata artinya tempat yang besar, agung, baik dan indah yang dimana tempat itu digunakan oleh seseorang untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, norma, dan etika.

2.   Aspek Kebersihan dalam Islam
Masalah kebersihan Allah berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 222 :
Artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.
Hadits-hadits yang menjelaskan atas kepedulian Rasul terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan, sebagai berikut :
a.      Kebersihan Lingkungan Sebagian dari Iman
Hadits yang diterima dari Abu Hurairah,
Artinya: “Iman itu adalah 69 cabang. Maka yang utamanya ialah kalimah La ilaha illa allah dan yang paling rendahnya ialah membuang kotoran dari jalan dan malu itu cabang dari keimanan” (HR.Muslim, Abu Daud, al-Nasai, dan Ibn Majah).

b.     Keberhasilan / Lingkungan adalah Shadaqah
Hadits yang diterima dari Abu Hurairah,
Artinya: “Setiap salamku dari orang-orang adalah shadaqah; setiap hari yang terbit matahari sehingga ia adil antara dua orang adalah shadaqah; dan menolong orang atas kendaraannya memangkunya atau mengangkat barang-barangnya adalah shadaqah; dan kalimah yang baik adalah shadaqah; dan setiap langkah yang dilangkahkan untuk shalat adalah shadaqah dan menunjukan jalan adalah shadaqah dan membuang gangguan dari jalan adalah shadaqah”. (HR Ahmad).

c.      Mengotori Tempat Ibadah Perbuatan tidak Terpuji
Hadits diterima dari Abu Dzar dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
Artinya: “Disodorkan padaku amal yang umatku yang baiknya dan yang buruknya.  Maka aku dapatkan yang baik-baiknya adalah gangguan dari jalan dan kau dapatkan sejelek-jeleknya adalah mendahak di masjid” (HR. Ath-Tahabrani)

d.     Memelihara Kebersihan adalah Suatu Kebaikan
Hadits diterima dari Abu Darda, yang artinya: ”Barangsiapa yang membuang dari jalan umat Islam sesuatu yang mengganggu mereka, maka akan dicatat oleh Allah perbuatan itu kebaikan dan barangsiapa yang dicatat kebaikannya oleh Allah, maka akan dimasukan ke dalam surga”. (HR Ath-Thabrani).

e.      Dilarang mengotori (populasi) tempat umum
Hadits dari Ibn Addi, artinya ”Rasulullah melarang seseorang buang air di bawah pohon berbuah dan di tepi sungai (yang mengalir)” (HR. Ibn Addi).

f.       Untuk kesegaran jasmani (kesehatan) perlu memelihara lingkungan hidup
Al-Qur’an dan hadits banyak menggunakan lafal atau kosa kata thaharah yang mengindikasikan pada kesucian badan dari kotoran dan najis.  Dalam surat Al-Maidah: 6 dan surat An-Nisa: 43, ayat tersebut mewajibkan wudlu dan atau mandi sebelum shalat, tampak mengandung dua makna sekaligus, yaitu thaharah secara hissiyah-jasmaniyah (konkrit-nyata) karena dibersihkan oleh air dan thaharah maknawiyah (abstrak) karena dibersihkan dengan air atau tanah ketika air itu tidak ada.

Dikatakan dua makna, “Sesungguhnya Allah adalah pengampun dan penyayang” pada akhir surat An-Nisa:43 karena wudlu dan mandi juga shalat adalah jalan membersihkan dosa.  Rasululloh berkata, artinya: “Tidak ada seorang laki-laki yang berwudlu baik wudlunya, terus shalat dua rakaat, maka ia diampuni dosanya” (HR.Bukhari).

Usaha sadar yang dilakukan oleh Tim Adiwiyata SMK Krian 1 adalah menciptakan tempat dimana seseorang mendapatkan ilmu pengetahuan, norma, dan etika dengan kondisi yang bersih dan sehat. Sehingga sebagai orang yang beriman dengan dasar dalil-dalil dan usaha yang menunjukkan pentingnya kebersihan jasmani dan rohani mari kita ciptakan iklim budaya menjaga kebersihan.

MENCINTAI DAN MENELADANI DENGAN MENGENAL SIFAT - SIFATNYA


NABI MUHAMMAD SAW.
MENCINTAI DAN MENELADANI DENGAN MENGENAL SIFAT - SIFATNYA
Nabi Muhammad saw secara wujud adalah sebagai manusia biasa yang dilahirkan seorang ibu dan memiliki seorang ayah. Beliau saw adalah manusia yang memerlukan makanan, pakaian, tempat tinggal, kendaraan serta peralatan untuk mendukung kehidupan dan perjuangan seperti yang lain. Namun Beliau saw adalah seorang utusan Allah atau Rasulullah yang memiliki akhlak yang sangat agung, sehingga patut untuk ditauladani. Demikian juga para Sahabat beliau, adalah orang-orang yang telah terpilih untuk menemani Beliau saw dan ikut memperjuangkan, mempertahankan dan mengembangkan Agama yang lurus yaitu Al-Islam, sehingga juga patut menjadi taluladan kehidupan yang baik sepanjang masa, selama bumi ini masih ada. Berikut skema kedudukan Rasul sebagai seorang utusan Allah pembawa risalah Al-Islam.
Sejak kecil, nabi Muhammad SAW., memang sudah dikenal warga sekitar dan juga para pembesar orang-orang Arab di Makkah, bahwa dia adalah orang yang jujur dan dapat dipercaya. Berikut ini sifat-sifat nabi Muhammad SAW.

a.   Shiddiq
Shiddiq artinya benar. Bukan hanya perkataannya yang benar, tapi juga perbuatannya juga benar. Sejalan dengan ucapannya. Beda sekali dengan pemimpin sekarang yang kebanyakan hanya kata-katanya yang manis, namun perbuatannya berbeda dengan ucapannya. Mustahil Nabi itu bersifat pembohong/kizzib, dusta, dan sebagainya. Mustahil Nabi itu bersifat pembohong/kizzib, dusta, dan sebagainya.
Artinya : ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat (Q.S. An-Jamn 3-4).

b.   Amanah
Amanah artinya benar-benar bisa dipercaya. Jika satu urusan diserahkan kepadanya, niscaya orang percaya bahwa urusan itu akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itulah Nabi Muhammad SAW dijuluki oleh penduduk Mekkah dengan gelar “Al Amin” yang artinya terpercaya jauh sebelum beliau diangkat jadi Nabi. Apa pun yang beliau ucapkan, penduduk Mekkah mempercayainya karena beliau bukanlah orang yang pembohong.  
“Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagimu.” [Al A'raaf 68].

c.   Tabligh
Tabligh artinya menyampaikan. Segala firman Allah yang ditujukan oleh manusia, disampaikan oleh Nabi. Tidak ada yang disembunyikan meski itu menyinggung Nabi
“Supaya Dia mengetahui, bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, sedang (sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu.” [Al Jin 28] “

d.   Fathonal
Fatonah artinya Cerdas. Mustahil Nabi itu bodoh atau jahlun. Dalam menyampaikan 6.236 ayat Al Qur’an kemudian menjelaskannya dalam puluhan ribu hadits membutuhkan kecerdasan yang luar biasa. Dalam menyampaikan risalah Allah, tentu dibutuhkan kemampuan dan strategi khusus agar wahyu yang tersimpan didalamnya hukum hukum Allah dan risalah yang disampaikan bisa diterima dengan baik oleh manusia. Allah berfirman :
Artinya : dan Itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. (Q.S. Al-An’am : 83)
Jika sifat fathonah itu tidak ada pada diri Rosul maka mereka (para Rosul tidak mampu berhujjah dalam berargumentasi, dan hal itu tidak mengkin terjadi, karena Al Qur’an menunjukkan mengenai kemampuan para Rosul berargumentasi itu banyak sekali.

 


Sumber Ringkasan :
Zainul Arifin, 2012. Sunah Nabi Muhammad sebagai Manusia Biasa  http://www.equa.tor-news.com/khutbah-jumat/20120427/sunah-nabi-muhammad-sebagai-manusia-biasa.

Gerakan Sholat Dhuha SMK Krian 1


Sholat Dhuha
SMK Krian 1 beberapa hari ini telah menjalankan program kegiatan sholat dhuha untuk para peserta didik secara bergantian setiap harinya. Shalat dhuha adalah shalat sunnat yang dilaksanakan atau dilakukan pada pagi hari atau waktu dhuha Shalat dhuha termasuk salah satu shalat yang muakkadah /sangat dianjurkan untuk melakukannya.
Oleh karena itu, barang siapa yang menginginkan pahalanya maka hendaklah mengamalkannya, dan jika tidak maka tiada halangan pula untuk meninggalkannya. Dalam hadits dari Abu Said ra. berkata:
"Rasulullah SAW senantiasa shalat dhuha sampai-sampai kita mengira bahwa beliau tidak pernah meninggalkannya, tetapi kalau beliau meninggalkan sampai-sampai kita mengira bahwa beliau tidak pernah mengerjakannya." [HR. Tirmidzi].
Sholat dhuha dikerjakan dua rakaat salam – dua rakaat salam. Adapun jumlah rakaatnya, minimal dua rakaat. Rasulullah kadang mengerjakan sholat dhuha empat rakaat, kadang delapan rakaat. Namun sebagian ulama tidak membatasi. Ada yang mengatakan 12 rakaat, ada yang yang mengatakan bisa lebih banyak lagi hingga waktu dhuha habis. Nabi bersabda yang artinya :
Dari Ummu Hani’ binti Abi Thalib , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengerjakan sholat dhuha sebanyak delapan rakaat. Pada setiap dua rakaat, beliau mengucap salam (HR. Abu Dawud; shahih).
Syarat sah sholat dhuha sama seperti sholat pada umumnya. Sebelum sholat disyaratkan suci dari hadats kecil dan hadats besar; suci badan, pakaian dan tempat dari najis; menutup aurat; tahu masuknya waktu sholat dhuha (dimulai saat matahari naik kira-kira sepenggalah atau kira-kira setinggi 7 hasta dan berakhir di saat matahari lingsir) dan menghadap kiblat.

Keutamaan Shalat Dhuha
1.    Pertama: Mengganti sedekah dengan seluruh persendian
Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda, Sebagaimana dikatakan dalam hadits dan dibuktikan dalam dunia kesehatan adalah 360 persendian. ‘Aisyah pernah menyebutkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِنَّهُ خُلِقَ كُلُّ إِنْسَانٍ مِنْ بَنِى آدَمَ عَلَى سِتِّينَ وَثَلاَثِمَائَةِ مَفْصِلٍ
Sesungguhnya setiap manusia keturunan Adam diciptakan dalam keadaan memiliki 360 persendian” (HR. Muslim no. 1007).
Hadits ini menjadi bukti selalu benarnya sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun sedekah dengan 360 persendian ini dapat digantikan dengan keutamaan shalat Dhuha.

2.    Kedua: Akan dicukupi urusan di akhir siang
Dari Nu’aim bin Hammar Al Ghothofaniy, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَا ابْنَ آدَمَ لاَ تَعْجِزْ عَنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ أَكْفِكَ آخِرَهُ
Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan empat raka’at shalat di awal siang (di waktu Dhuha). Maka itu akan mencukupimu di akhir siang.” (HR. Ahmad (5/286), Abu Daud no. 1289, At Tirmidzi no. 475, Ad Darimi no. 1451 . Syaikh Al Albani dan Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)
At Thibiy berkata, “Yaitu  engkau akan diberi kecukupan dalam kesibukan dan urusanmu, serta akan dihilangkan dari hal-hal yang tidak disukai setelah engkau shalat hingga akhir siang. Yang dimaksud, selesaikanlah urusanmu dengan beribadah pada Allah di awal siang (di waktu Dhuha), maka Allah akan mudahkan urusanmu di akhir siang.” (Tuhfatul Ahwadzi, 2: 478).

3.    Ketiga: Mendapat pahala haji dan umrah yang sempurna
Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِى جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ ». قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
Barangsiapa yang melaksanakan shalat shubuh secara berjama’ah lalu ia duduk sambil berdzikir pada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia melaksanakan shalat dua raka’at, maka ia seperti memperoleh pahala haji dan umroh.” Beliau pun bersabda, “Pahala yang sempurna, sempurna dan sempurna.” (HR. Tirmidzi no. 586. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Al Mubaarakfuri rahimahullah dalam Tuhfatul Ahwadzi bi Syarh Jaami’ At Tirmidzi (3: 158) menjelaskan, “Yang dimaksud ‘kemudian ia melaksanakan shalat dua raka’at’ yaitu setelah matahari terbit. Ath Thibiy berkata, “Yaitu kemudian ia melaksanakan shalat setelah matahari meninggi setinggi tombak,

4.    Keempat: Termasuk shalat awwabin (orang yang kembali taat). Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا يحافظ على صلاة الضحى إلا أواب، وهي صلاة الأوابين
Tidaklah menjaga shalat sunnah Dhuha melainkan awwab (orang yang kembali taat). Inilah shalat awwabin.” (HR. Ibnu Khuzaimah, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib 1: 164).
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Awwab adalah muthii’ (orang yang taat). Ada pula ulama yang mengatakan bahwa maknanya adalah orang yang kembali taat” (Syarh Shahih Muslim, 6: 30).

Do’a Sholat Dhuha
اَللهُمَّ اِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَاءُكَ، وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اَللهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقَى فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسَّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِىْ مَآاَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ
“Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, Ya Allah, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, keagungan-Mu, keindahan-Mu dan kekuatan-Mu, berikanlah kepadaku apa yang Engkau berikan kepada hamba-hambaMu yang shalih”.

Sumber Ringkasan :
http://blog.bersiap.com/informasi/doa-tata-cara-waktu-dan-keutamaan-sholat-dhuha-

HADAPI UJIAN SEKOLAH DENGAN TRILOGI (IKHTIAR, DO’A DAN TAWAKKAL)


HADAPI UJIAN SEKOLAH DENGAN TRILOGI
(IKHTIAR, DO’A DAN TAWAKKAL)

Gejala perilaku siswa yang mengalami kecemasan atau ketakutan dalam menghadapi ujian nasional. Kecemasan atau ketakutan yang dialami oleh siswa dalam menghadapi ujian nasional menurut teori Freud dinamakan adalah sebagai kecemasan obyektif (objective anxiety).
Ketakutan riil bagi kita terlihat sebagi suatu hal yang sangat rasional dan alami. Hal ini kita sebut sebagai reaksi terhadap persepsi bahaya eksternal, Kemunculan kecemasan akan sangat tergantung pada seberapa besar pengetahuan dan penguasaan materi dalam menghadapi Ujian. Akan tetapi semua kecemasan itu akan terkikis apabila kita mampu menjalankan trilogi ihktiar, do’a dan tawakkal.

1.   Ikhtiar
Kata ikhtiar diambil dari bahasa Arab, yakni 'ikhtaara' yang artinya memilih. Sementara dalam bentuk kata kerja, ikhtiar berarti pilihan atau memilih hal yang baik (khair). Sedangkan menurut istilah, ikhtiar adalah usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya, baik material, spiritual, kesehatan, dan masa depannya dalam usaha mendapatkan yang terbaik.
Ikhtiar berarti tidak mengenal putus asa, dan yakin bahwa rahmat Allah pasti datang setelah berikhtiar. Kenapa kita harus berikhtiar, berdasarkan firman Alloh SWT :
Artinya : …Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri….(Q.S. Ar-Ra'd:11).
Ayat diatas menjelaskan bahwa manusia sebagai hamba Allah diperintahkan untuk berusaha, bukan untuk berleha-leha. Disinilah kita sebagai pelajar wajib belajar dengan sunggug-sungguh sebagai bentuk ikhtiar kita. Sebab, rahmat Allah turun kepada kita melalui sebab atau usaha yang kita lakukan. Artinya, kita jangan pernah berputus asa dalam mencari rahmat dan ridha Allah swt. Dengan rahmad Alloh kita akan tenang dalam menghadapi ujian.

2.   Do’a
Doa adalah memohon atau meminta suatu yang bersifat baik kepada Allah SWT seperti meminta keselamatan hidup, rizki yang halal dan keteguhan iman. Sehingga kita akan memperoleh ketenangan didalam hidup. Doa merupakan unsur yang paling esensial dalam ibadah. Muhammad Rosulullah saw. bersabda: "Tidak ada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah Taala dibandingkan doa". (HR. Ahmad, Bukhori, Tirmidzi dan Nasai).
Waktu-waktu yang tepat / mustajab untuk kita berdoa kepada Allah SWT adalah :
a.   Ketika membaca AlQuran.
b.   Setelah Solat wajib.
c.   Pada saat tengah malam setelah sholat tahajud.
d.   Saat melaksanakan ibadah haji.
e.   Saat berpuasa wajib dan sunah
Dalam lingkaran nilai-nilai dan konsep-konsep ibadah dan do’a dapat menjadikan seseorang bebas mengekspresikan individualitasnya dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Kebahagiaan dalam beribadah adalah pencampaian mutlak bagi manusia yang tekut dan taat pada penghambaannya kepada Alloh SWT.
Maka atas dasar uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa "doa" adalah ibadah berupa ucapan permohonan dan pujian kepada Allah SWT. dengan cara-cara tertentu disertai kerendahan hati untuk mendapatkan kemaslahatan dan kebaikan yang ada disisi-Nya.

3.   Tawakkal
Tawakal diambil dari bahasa Arab, yakni 'Tawakul' yang artinya bersandar atau berserah diri. Tawakal diambil dari kata 'wakala' yang artinya mewakilkan, maka tawakal berarti memberikan perwakilan, kepasrahan, dan penyerahan diri kepada Allah swt. Secara istilah, tawakal artinya berserah diri dan berpegang teguh kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Tawakal merupakan sikap bersandar dan mempercayakan diri sepenuhnya kepada Allah swt. Tawakal memiliki dua unsur pokok, yaitu berserah diri dan berpegang teguh..
Allah memerintahkan kita untuk senantiasa bertawakal kepada-Nya, sebagaimana firman Allah yang Artinya : dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. dan cukuplah Dia Maha mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya.
Mamaknai maksud ayat tersebut,  tawakal sendiri tidak sah tanpa disertai dengan adanya usaha dan mengikuti sunah, serta aturan-aturan yang ditetapkan Allah SWT serta melalui ikhtiar atau usaha, do’a dan tawakkal. Misalkan saja, jika kita ingin pandai, haruslah kita rajin belajar, dll. Dalam segala usaha (ikhtiar) haruslah disertai dengan do'a, berdo'a dengan sungguh-sungguh kepada Allah mengharap apa yang diinginkan. Kalau sudah berikhtiar, berdoa dan bertawakkal ternyata tidak membuahkan hasil seperti yang kita harapkan, yakinlah bahwa di balik semua kegagalan pasti ada hikmah yang lebih baik.

Oleh karena itu, sebagai penghayatan terhadap keyakinan akan takdir, ikhtiar, doa dan tawakal, maka kewajiban kita memilih segala hal yang baik. Adapun ukuran mengenai baik dan buruknya adalah norma yang tercantum pada Al Quran dan hadits, senantiasa tekun, bersungguh-sungguh dalam bekerja sesuai kemampuan, bertawakal, berdoa, tidak sombong atau lupa diri dan bersyukur apabila berhasil serta tidak berputus asa apabila belum berhasil. Dari beberapa pernyataan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa tawakal merupakan sikap penyerahkan diri terhadap segala sesuatu kepada Allah setelah berusaha dengan sungguh-sungguh.

SANTRI PESANTREN

SANTRI PESANTREN
Kata santri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti (1) orang yg mendalami agama Islam; (2) orang yang beribadat dengan sungguh - sungguh ( orang yg saleh );
(3) Orang yang mendalami pengajiannya dalam agama islam dengan berguru ketempat yang jauh seperti pesantren dan lain sebagainya. Istilah santri pada mulanya dipakai untuk menyebut murid yang mengikuti pendidikan Islam. Santri adalah peserta didik yang belajar atau menuntut ilmu di pesantren.

Macam-macam Santri
Santri, khususnya di pesantren salaf mempunyai latar belakang beragam. Selain itu, pesantren-pesantren salaf, khususnya yang masih murni, memang menekankan santri tidak hanya belajar dan ngaji kitab. Namun dididik pula agar siap terjun ke masyarakat dengan membiasakan mereka mengerjakan tugas-tugas non-akademik.
Dari berbagai latar belakang itulah lahir beberapa jenis kelompok santri berdasarkan tempat tinggal dan kegiatannya. Berikut 5 jenis santri yang ada di pesantren :

1.  Santri Mukim
Santri mukim adalah santri yang sudah menempat di lokasi dan fasilitas di lingkungan pesantren. Rata-rata santri mukim adalah mereka yang tempat asalnya jauh dari pesantren. Agar lebih berkonsentrasi belajar dan mengikuti kegiatan di pesantren, mereka tinggal menetap di pesantren.
2.  Santri Kalong
Kalong adalah salah satu jenis kelelawar besar. Hewan jenis kelelawar biasa melakukan kegiatan di malam hari. Siang mereka bersembunyi di sarangnya. Penisbatan kalong pada santri adalah bagi santri yang berasal dari warga sekitar pesantren dan belum menetap di asrama. Mereka hanya mengikuti kegiatan pesantren pada malam hari. Sedangkan siang hari mereka pulang ke rumah masing -masing.
3.  Santri Kasab
Kata kasab berasal dari bahasa Arab kasb, menurut Al-Munawwir artinya mencari nafkah. Santri kasab maksudnya santri yang punya kegiatan tambahan bekerja menafkahi dirinya di pesantren. Pekerjaan biasa didapat dari penduduk sekitar. Misalnya memanen padi atau menggarap sawah.
4.  Santri Abdi Dalem
Santri abdi dalem adalah santri-santri yang membantu mengurus pekerjaan rumah tangga pengasuh dan keluarganya. Semisal memasak, mengurus sawah/ladang, menjadi sopir pribadi, dan sebagainya. Dengan bekerja di rumah pengasuh, mereka biasanya mendapat keringanan biaya pendidikan, terbebas biaya makan sehari-hari dan sebagainya.
5.  Santri Negaran
Santri negaran juga disebut santri pekerja. Beda dengan santri kasb yang bekerja di luar pesantren dan untuk menafkahi dirinya, santri negaran adalah pekerja pada berbagai proyek pembangunan pesantren. Mereka mengabdikan diri agar mempunyai sumbangsih lebih dengan menyumbangkan tenaganya. Mereka menjadi relawan yang tidak menuntut upah atas pekerjaannya.

Pola Kehidupan di Pesantren
Pola kehidupan pesantren termenifestasikan dalam istilah “pancajiwa” yang didalamnya memuat “lima jiwa” yang harus diwujudkan dalam proses pendidikan dan pembinaan karakter santri. Kelima jiwa ini adalah sebagai berikut :
1.  Jiwa Keikhlasan
2.  Jiwa Kesederhanaan
3.  Jiwa Kemandirian
4.  Jiwa Ukhuwah Islamiah
5.  Jiwa Kebebasan
Pola kehidupan berbasis Pendidikan karakter (character education)atau juga bisa disebut dengan pembangunan karakter (character building) ialah suatu pendidikan yang sangat penting. Faktanya banyak sekali orang-orang yang memiliki kecerdasan tinggi namun karakternya dalam pribadinya sangatlah memprihatinkan. Ujung-ujungnya hidupnya ternodai oleh perbuatannya. Dengan mengimplementasikan semua pendidikan diatas maka akan terbentuk esensi santri yang sesungguhnya, dimana dapat mengkombinasikan antara kompetensi, spiritual dan karakter yang baik.

Rujukan :
pengantar/http://www.datdut.com/jenis-santri/