PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL
DALAM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI
SEKOLAH
PENDAHULUAN
Pendidikan Agama Islam di sekolah atau di
madrasah, dalam pelaksanaannya masih menunjukkan berbagai permasalahan. Seperti
halnya proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah saat ini masih
sebatas sebagai proses penyamPendidikan Agama Islaman “pengetahuan tentang
Agama Islam.” Mayoritas metode pembelajaran agama Islam yang selama ini lebih
ditekankan pada hafalan, akibatnya siswa kurang memahami kegunaan dan manfaat
dari apa yang telah dipelajari dalam materi Pendidikan Agama Islam yang
menyebabkan tidak adanya motivasi siswa untuk belajar materi Pendidikan Agama
Islam.
Melihat kenyataan yang ada di lapangan, sebagian
besar teknik dan suasana pengajaran di sekolah-sekolah yang digunakan para guru
kita cenderung monoton dan membosankan. Sehingga menurunkan motivasi belajar
siswa. Kondisi ini pada gilirannya berdampak pada prestasi belajar. Untuk
menjawab persoalan-persoalan tersebut perlu diterapkan suatu cara alternatif
mempelajari Pendidikan Agama Islam yang kondusif dengan suasana yang cenderung
rekreatif sehingga memotivasi siswa untuk mengembangkan potensi kreativitasnya.
Salah satu alternatif yang bisa digunakan adalah dengan penerapan pembelajaran
kontekstual Dari pembahasan tulisan ini, penulis memberikan beberapa penjelasan
sebagai bahan pertimbangan bagi beberapa pihak, antara lain bagi guru,
pembelajaran kontekstual ketika diterapkan pada bidang studi Pendidikan Agama
Islam
ABSTRAKSI
Proses pembelajaran kontekstual menekankan kepada
proses keterlibatan siswa untuk menemukan, artinya proses belajar
diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung dengan kondisi terdekat
peserta didik. Orientasi proses belajar ini, tidak hanya bertujuan siswa
menerima pelajaran, akan tetapi lebih menitikberatkan pada proses mencari dan
menemukan sendiri materi pelajaran. Dengan mengadakan pendekatan lansung dengan
ligkungan sekitar dan fenomena atau peristiwa alam, dengan cara mengkontruksi
pengetahuan sebelumnya dengan pengetahuan yang
baru.
PEMBELAJARAN BERBASIS
KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH
Pendekatan Kontekstual merupakan konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga
dan masyarakat. Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar,
manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa
akan menhadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti.
Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan
suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk
meggapinya.
Pembelajaran kontekstual pada adasarnya bersumber
pada pendekatan kontriktivisme, yang bermakna proses mengkontruksi pengetahuan
baru secara bermakna melalui pengalaman nyata, melalui proses penemuan dan
mntransformasi informasi kedalam situasi lain secara kontekstual.[1]
Sedangkan pendekatan kontekstual sendiri berarti suatu proses pembelajaran
holistik yang bertujuan untuk membelajarkan peserta didik dalam memahami bahan
ajar secara bermakna yang dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata, baik
berkaitan dengan lingkungan pribadi, agama, sosial, ekonomi maupun kultural.[2]
Sehingga peserta didik dapat memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan serta
bentuk pemahaman yang dapat diaplikasikan kemudian ditransfer dari konteks
permasalahan yang satu dengan permasalahan yang lainya.
Adapun komponen pembelajaran kontekstual yang
lainya yaitu; Inquiry (Menemukan), Questioning (Bertanya), Learning Comunity
(Masyarakat Belajar), Modeling (Pemodelan), Reflection (Refleksi), Autentic
Assesment (Penilaian yang sebenarnya).[3]
Dengan semua komponen tersebut, pembelajran kontekstual dapat mencaPendidikan
Agama Islam tujuan pembelajaran
Demikian pembelajaran Pendidikan Agama Islam berdasarkan pendekatan kontekstual mengasumsikan bahwa laboratorium Pendidikan Agama Islam adalah kehidupan itu sendiri atau peristiwa hidup dan kehidupan yang berada dalam alam semesta ini. Termasuk dalam arena keluarga, sosioal, politik, ekonami, budaya, IPTEK dan lingkungan sekitar.[4] Karena pada dasarnya Pendidikan Agama Islam merupakan upaya normatif untuk membantu seseorang atau peserta didik dalam mengembangkan pandangan hidup islami (bagaimana akan menalani hidup dan memanfaatkan hidup dan kehidupan sesuai dengan ajaran dan nilai-nilai islam, sikap hidup islami yang memanifestasikan dalam keterampilan hidup sehari-hari.
Pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah
terdiri atas beberapa aspek dan pada dasarnya dari beberapa aspek tersebur
saling berkaitan dan melengkapi. Akan tetapi dari setiap aspek tersebut
mempunyai karakteristik yang berbeda. Aspek-aspek Pendidikan Agama Islam
tersebut perlu dikembangkan dengan pendekatan kontekstual dengan pemikiran
sebagai berikut:
1. Aspek Keimanan/Aqidah
Masalah keimanan banyak menyentuk aspek metafisika
yang bersifat abstrak atau bahkan hal-hal yang bersifat suprarasional. Diantara
cara untuk mengatasi kesulitan pembelajaran masalah Aqidah tersebut adalah
dengan jalan mengemangkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam. Melalui pendekatan ini, peserta didik diajak untuk mengamati
fenomena-fenomena alam sekitar dan juga fenomena sosial, psokologi dan budaya.
Serta seseorang yang mempunyai loyalitas dan dedikasi tinggi terhadap ajaran
islam. Dari sini, akan terjadi proses internalisasi nilai-nilai agama dan
menumbuhkan motivasi seseoarang dalam menjalankan dan menataati nilai-nilai
agama.
2. Aspek Al-Qur’an dan Hadist
Dalam pembelajaran Al-Qur’an dan Hadist ada
beberapa makna yang bersifat tidsk pasti (relatif). Karena masih terbuka
kemungkinan makna lain, sehingga membuka peluang untuk pengembangan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan pendekatan kontektual. Misalnya
kandungan ayat Al-qur’an dan Hadist yang bisa diaitkan dengan keghidupan
sehari-hari.
3. Aspek Fiqh
Penerapan pembelajaran fiqh lebih bersifat
kontekstual, karena perkembangannya lebih dipengaruhi dengan situasi dan
kondisi, sejalan dengan tuntutan zaman dan kemaslahatan. Tentunya hal ini tidak
lepas dari kehidupan nyata dan kehidupan masyarakan saat ini.
4. Aspek Akhlaq
Kesadaran melakukan sesuatu adalah kesadaran dimana
manusia akan mendapatkan akibatnya baik
ataupun buruk. Agar kesadaran tersebut dapat dimiliki oleh peserta didik,
maka perlu dikembangkan pembelajaran
akhlaq bebasis kontekstual. Terapanya dengan teknik peneladanan, pembiasaan dan
pemotivasian.
5. Aspek Sejarah Islam
Sejarah dalam filosofinya adalah tinjauan terhadap
peristiwa-peristiwa historis secara filosofi untuk mengendalikan perjalanan
histori tersebut untuk menetapkan sesuatu dari generasi ke generasi. Dapat
ditegaskan pelajaran sejarah akan kering jika guru hanya menceritakan sejarah
atau peristiwa-peristiwanya, sebaliknya pelaajran sejarah akan menarik jika
guru bukan hanya menekankan pada peristiwa secara tekstual, tetapi perlu
dikaitkan dengan konteksnya yang bisa ditarik pelajaran-pelajaran yang berharga
bagi pembinaan peserta didik.
Disamping itu, secara umum kelebihan pendekatan
atau pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran menjadi lebih bermakna dan
riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman
belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan
dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja
bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang
dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah
dilupakan.
Sedangkan kelemahanya guru tidak lagi berperan
sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim
yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi
siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Akan tetapi,
peran guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan
tahap perkembangannya.[5]
Dan salain itu, pembelajaran kontekstual membutuhkan waktu dan proses yang
cukup lama.[6] Sehingga terkadang guru
sukar untuk mengimpelementasikan.
Keberhasilan penerapan pembelajaran kontekstual
perlu melibatkan berbagai pihak. Dalam hal ini, supaya pihak sekolah dan
masyarakat memiliki kesadaran akan pentingnya beberapa hal, yaitu:sumber
belajar tidak hanya berasal dari buku dan guru, melainkan juga dari lingkungan
sekitar baik di rumah maupun di masyarakat; strategi pembelajaran kontekstual
memiliki banyak variasi sehingga memungkinkan guru untuk mengembangkan model
pembelajaran yang berbeda dengan variasi yang lain; pihak sekolah dan
masyarakat perlu memberikan dukungan baik materiil maupun non-materiil untuk
menunjang keberhasilan proses belajar siswa.
KESIMPULAN
Salah satu metode yang saat ini dianggap tepat
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah melalui pendekatan
kontekstual. Pembelajaran secara
kontekstual berhubungan dengan (1) fenomena kehidupan sosial masyarakat,
bahasa, lingkungan hidup, harapan dan cita yang tumbuh, (2) fenomena dunia
pengalaman dan pengetahuan murid, dan (3) kelas sebagai fenomena sosial.
Kontekstualitas merupakan fenomena yang bersifat alamiah, tumbuh dan terus
berkembang, serta beragam karena berkaitan dengan fenomena kehidupan sosial
masyarakat. Karena karakter kontekstual sesuai dengan sifat pelajaran
Pendidikan Agama Islam yang orientasi materinya berkaitan dengan masalah
kehidupan, sosial, ekonomi, politok, budaya, dan IPTEK.
[1] Hnafiah, Cucu Sahana, Konsep Strategi Pembelajaran (Bandung:
Refika Aditama, 2009), 67.
[2] Ibid. , 73.
[3] Ibid. ,
73-75.
[4]
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam
(
[5] Wena, Made, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer:
Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, Cet I,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 76.
[6] Ibid. ,
77.
No comments:
Post a Comment