Monday, February 16, 2015

UKS

USAHA KESEHATAN SEKOLAH ( UKS )

http://kioslambang.files.wordpress.com/2011/02/uks.jpgUsaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah usaha untuk membina dan mengembangkan kebiasaan dan perilaku hidup sehat pada peserta didik usia sekolah yang dilakukan secara menyeluruh (comprehensive) dan terpadu (integrative).
Kebijakan UKS mengikuti kebijaksanaan umum Depkes RI. Pemerintah daerah diberikan wewenang untuk menjalankan usaha kesehatan sekolah yang disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah setempat, sesuai dengan usaha mewujudkan desentralisasi dan otonomi daerah dalam usaha-usaha di bidang kesehatan (Depkes, 2001).
UKS dilakukan dengan kerjasama yang erat antara petugas kesehatan, petugas sekolah, anak didik, pemerintah setempat, orang tua murid dan golongan-golongan lain dalam masyarakat. Pada tanggal 23 Juli 2003, UKS telah dikukuhkan pelaksanaannya secara terpadu lintas sector dan lintas program dalam surat keputusan bersama Menteri Pendidikan, Menteri Kesehatan, Menteri Agama, dan Menteri dalam Negeri  RI, nomor : 0408/U/1984, Nomor : 74/Tn/1984, Nomor : 60 tahun 1984 tanggal 3 september 1984 tentang Pokok Kebijaksanaan UKS (Wahyuni, 2008).
1.    Tujuan UKS
a.     Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan peserta didik.
b.     Tujuan Khusus
1)        Menciptakan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat, meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan membentuk perilaku masyarakat sekolah yang sehat dan mandiri.
2)        Meningkatkan peran serta peserta didik dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah dan rumah tangga serta lingkungan masyarakat, meningkatkan keteramplan hidup sehat agar mampu melindungi diri dari pengaruh buruk lingkungan.
2.    Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan di sekolah adalah upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan (kuratifdan pemulihan (rehabilitatif) yang dilakukan secara serasi dan terpadu terhadap peserta didik pada khususnya dan warga sekolah pada umumnya. Di bawah koordinasi guru Pembina UKS dengan bimbingan teknis dan pengawasan puskesmas setempat (Ananto, 2006).
a.    Tujuan Pelayanan Kesehatan
1)        Tujuan Umum : meningkatnya derajat kesehatan peserta didik dan seluruh warga masyarakat sekolah secara optimal.
2)        Tujuan Khusus
                                  i.     Meningkatkan kemampuan dan keterampilan melakukan tindakan hidup sehat dalam rangka membentuk perilaku hidup sehat.
                                ii.     Meningkatkan daya tahan tubuh peserta didik terhadap penyakit dan mencegah terjadinya penyakit, kelainan dan cacat.
                              iii.     Menghentikan proses penyakit dan pencegahan komplikasi akibat penyakit/kelainan, pengembaliannfungsi dan peningkatan kemampuan peserta didik yang cedera/cacat agar dapat berfungsi optimal.
                              iv.     Meningkatkan pembinaan kesehatan, baik fisik, mental sosial maupun lingkungan (Ananto, 2006, Depdiknas, 2006).
b.    Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan
Kegiatannya dapat mencakup kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
1)        Kegiatan Peningkatan (promotif)
Kegiatan peningkatan mencakup dokter kecil, Palang Merah Remaja (PMR), pembinaan warung sekolah sehat dan pembinaan keteladanan berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
2)        Kegiatan Pencegahan (preventif)
Mencakup pemeliharaan kesehatan yang bersifat umum maupun yang khusus untuk penyakit-penyakit tertentu, memonitor pertumbuhan peserta didik, imunisasi, usaha pencegahan penularan penyakit, dan lain-lain.
3)        Kegiatan penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitatif)
Mencakup diagnosa dini, pengobatan ringan, pertolongan pertama pada kecelakaan dan pertolongan pertama pada penyakit dan rujukan medik (Ananto, 2006, Depdiknas,2006).
3.    Sarana dan Prasarana Usaha Kesehatan Sekolah
Mengenai sarana dan prasarana usaha kesehatan sekolah dijelaskan oleh Djonet Soetatmo (1982, 122-123) meliputi :
a.    Ruang UKS atau klinik sekolah
b.    Alat-alat pemeriksaan yang diperlukan
c.    Alat-alat PPPK
d.   Obat-obatan sehari-hari yang diperlukan

4.    Rencana Program Dokter Kecil UKS SD Muhammadiyah 1 Krian
Dokter kecil adalah siswa yang memenuhi kriteria dan telah terlatih untuk ikut melaksanakan sebagian usaha pemeliharaan dan peningkatan kesehatan terhadap diri sendiri, teman, keluarga dan lingkungannya.
a.       Tujuan umum
Meningkatnya partisipasi siswa dalam program UKS
b.      Tujuan Khusus
1)        Agar siswa dapat menjadi penggerak hidup sehat di sekolah,di rumah dan lingkungannya.
2)        Agar siswa dapat menolong dirinya sendiri, sesama siswa dan orang lain untuk hidup sehat.
c.       Tugas dan kewajiban dokter kecil
1)        Selalu bersikap dan berperilaku sehat.
2)        Dapat menggerakkan sesama teman-teman siswa untuk bersama-sama menjalankan usaha kesehatan terhadap dirinya masing-masing.
3)        Berusaha bagi tercapainya kesehatan lingkungan yang baik di sekolah maupun di rumah.
4)        Membantu guru dan petugas kesehatan pada waktu pelaksanaan pelayanan kesehatan di sekolah.
5)        Berperan aktif dalam rangka peningkatan kesehatan ,antara lain : Pekan kebersihan, Pekan Gizi, Pekan Penimbangan BB dan TB di sekolah, Pekan Kesehatan Gigi, Pekan Kesehatan Mata, dan lain-lain.

d.      Penyuluhan Kesehatan.
1)   Membantu petugas kesehatan melaksanakan pelayanaan kesehatan di sekolah , antara lain :
                                i.       Distribusi obat cacing, vitamin dan lain-lain.
                              ii.       Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).
                            iii.       Pertolongan Pertama Pada Penyakit.
2)   Pengenalan dini tanda-tanda penyakit.\
3)   Pengamatan kebersihan Ruang UKS , warung sekolah dan lingkungan sekolah.
4)   Pengamatan kebersihan di sekolah separti halaman sekolah, ruang kelas , perlengkapan, persediaan air bersih, tempat cuci, WC,kamar mandi, tempat sampah dan saluran pembuangan termasuk PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)
5)   Pencatatan dan pelaporan, antara lain Buku harian Dokter Kecil.
6)   Melaporkan hal-hal khusus yang ditemuinya kepada guru UKS / Kepala Sekolah / Guru yang ditunjuk.




DAFTAR REFRENSI
Ananto, Purnomo. 2006. ___________________________________________. Jakarta : Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan. 2008. Pedoman Pelatihan Kader Kesehatan di Sekolah. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Keputusan Bersama Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri. Nomor 26 Tahun 2003 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah.
Sumantri, M. 2007. Pendidikan Wanita. Dalam Ali, M., Ibrahim, R., Sukmadinata, N.S., dan Rasjidin, W. (Penyunting). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan: Handbook.. Bandung: Pedagogiana Press (Halaman 1175 – 1186)
Tohar, Billy Anthony. ________. Evaluasi Program UKS. Tersedia online dalam : http://www.scribd.com/doc/24368822/UKS-Billy  diakses pada tanggal 15 Februari 2015.






STRATEGI PENDIDIKAN KELUARGA

Pendidikan Agama Untuk Anak Dalam Keluarga. 
Adanya hubungan antara pria dan wanita, dan mempunyai anak, sejak itu pula sebenarnya keluarga haruis melaksanakan pendidikan kepada anaknya. Namun tidak sedikit orang tua yang merasa gagal dalam mengarahkan serta mendidik anak-anak mereka, sehingga menjadi anak nakal dan jauh dari Tuhannya. Oleh karena itu pendidikan agama penting ditanamkan pada anak sejak dini, dengan harapan anak akan lebih mengenal Allah.
Dalam pembinaan anak-anak dalam  keluarga, satu hal yang tidak boleh dilupakan yaitu cara penyampaian materi. Menurut Sri Harini, strtategi merupakan salah satu komponen penting dalam kegiatan pendidikan disamping komponen-komponen lainnya seperti pendidik, anak didik, materi/bahan, tujuan, bentuk dan lain-lain. Dalam dunia pendidikan, metode/cara berfungsi sebagai salah satu alat untuk menyampaikan materi pendidikan dalam rangka mecapai tujuan yang telah ditetapkan.[1]
Dalam pembinaan anak-anak  Menurut Abdullah Nasih Ulwan, dalam Al-Quran dan Hadis dapat ditemukan berbagai strategi pendidikan yang berpengaruh terhadap anak. Sedangkan strategi yang baik menururt Al-Qur'sn dan Al-Hadits yaitu dengan memberikan :
  1. Strategi keteladanan
Strategi keteladanan menurut Abdullah Nasih Ulwan, menjadi faktor penting dalam menentukan baik-buruknya anak. Jika pendidik jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama, maka sianak akan tumbuh dalam dalam kejujuran, terbentuk dalam akhlak mulia, berani dan menjauhkan diri dari perbuatan yang bertentangan dengan agama. Begitu pula sebaliknya jika pendidik adalah seorang pembohong, pengkhianat, orang yang kikir, penakut, dan hina, maka sianak akan tumbuh dalam kebohongan, khianat, durhaka, kikir, penakut dan hina.[4]
Abdullah Nasih Ulwan, menyimpulkan bahwa memberikan teladan yang baik-baik-dalam pandangan Islam merupakan strategi pendidikan yang paling membekas pada anak didik. Jadi segala sesuatu yang dilakukan orang tua adalah contoh prilaku yang akan ditiru dan dilakukan anak ketika sudah dewasa nanti. Oleh karena itu kedua orang tua harus memberikan contoh yang baik, sebab anak tidak hanya meniru hal-hal yang baik saja tetapi juga hal-hal yang jelek yang pernah dilihatnya.[7]   

  1. Strategi pembiasaan
Pendidikan kepada anak pra sekolah pada dasarnya lebih diarahkan pada penanaman nilai-nilai moral, pembentukan sikap dan prilaku yang diperlukan agar anak-anak mampu untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Anak-anak usia pra sekolah mempunyai daya tangkap dan potensi sangat besar untuk menerima pengajaran dan pembiasaan dibanding pada usia lainnya.[8]
 Oleh karena itu, orang tua dan para pendidik perlu memusatkan perhatian dan pengajaran anak-anak tentang kebaikan dan upaya membiasakannya, sejak ia memulai memahami realita kehidupan ini

  1. Strategi nasihat
Menurut Abdurrahman An-Nahlawi adalah strategi nasihat dan peringatan akan kebaikan dan kebenaran dengan cara menyentuh kalbu dan menggugah untuk mengamalkannya. Sedang nasihat sendiri sajian bahasan tentang kebenaran dan kebajikan dengan maksud mengajak orang yang dinasihati untuk menjauhkan diri dari bahaya dan membimbingnya kejalan yang bahagia. [11]
Zakiah Darajat mengatakan rasa ingin tahu terhadap sesuatu, yang dapat mengakibatkan mereka kadang-kadang menanyakan tentang Tuhan, neraka, surga, dan sebagainya. Karena sebelum mencapai umur 5 tahun perasaan sianak terhadap Tuhan pada dasarnya negatif.[12]
Sedangkan menurut Abdullah Nasih Ulwan, nasihat dapat membukakan mata anak-anak kepada hakekat sesuatu yang mendorongnya menuju situasi luhur, dan menghiasinya dengan akhlak mulia, dan membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam. [13]
Bertolak dari uraian diatas, jelaslah bahwa orang tua dalam memberikan  nasihat ini harus menggunakan kata-kata yang halus, yang dapat menyentuh perasaan, sehingga anak tergugah untuk mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan juga nasihat ini disampaikan lewat cerita, kisah, atau perumpamaan

[1] Sri Harini, Mendidik Anak Sejak Dini, Kreasi Wacana, Yogyakarta, 2003, hal. 118-119
[2] Abdullah nasih ulwan, Op. cit., hal. 141-142
[3] Sri Harini, Op. cit.,  hal. 120
[4] Abdullah nasih ulwan, Op. cit., hal. 142
[5] Abdurrahman An-Nahlawi, Op. cit., hal. 260
[6] Jalaluddin, Psikologi Agama, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hal. 21
[7] Abdullah nasih ulwan, Op. cit., hal. 178
[8] Abdullah nasih ulwan, Ibid, hal. 203
[9] Ahmad Tafsir, Op. Cit., hal. 144
[10] Sri Harini Op. cit., hal. 127
[11] Abdurrahman An-Nahlawi, Op. cit., hal. 289
[12] Zakiah darajad, Ilmu Jiwa Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 1989, hal. 35
[13] Abdullah nasih ulwan, Op. cit., hal. 209
[14] Abdullah nasih ulwan, Ibid, hal. 275
[15] Husain Mazhahiri, Pintar Mendidik Anak, Lentera, Jakarta, 2002, hal. 139


Wednesday, February 4, 2015

METODOLOGI DAN LANGKAH ANALISA PENELITIAN STUDI KASUS



BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Pendekatan penelitiannya adalah studi kasus (Case Study). Menurut Nasir, studi kasus adalah “penelitian tentang status subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas”.[1] Penelitian jenis ini, dimaksudkan untuk memperoleh deskripsi secara mendetail tentang latar belakang, sifat serta karakter yang khas dari kasus, atau pun status dari individu, yang kemudian dari sifat yang khas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum.[2] Penelitian ini merupakan upaya untuk memahami suatu masalah secara mendalam yang menjadi fokus penelitian.
Dalam penelitian ini menjelaskan atau mendeskripsikan pembelajaran Pendidikan Agama Islam berbasis humanistik dengan pendekatan active learning dan faktor yang melatar belakangi serta respon siswa terhadap pembelajaran tersebut. Untuk mencapai maksud tersebut, maka peneliti menggunakan pendekatan studi kasus dengan harapan dapat memperoleh deskripsi dari hasil penelitian secara menyeluruh, mendalam dan dapat dipahami.

56
 
 
B.     Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yang berasal dari sumber data tertulis dan tidak tertulis. Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data-data tambahan seperti dokumen.[3] Dalam penelitian ini data utamanya adalah data tidak tertulis yang diperoleh dari pengamatan dan pengambilan foto pada saat pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Kemudian para guru PAI kelas X, sebanyak 3 orang, yaitu: Drs. Basuni, M.Pd.I, Drs. Slamet Jainul Arifin dan Siti Shofiyah, S.Pd.I. Serta siswa kelas X dan kepala sekolah. Sumber dipilih melalui teknik purposive sampling, digunakan karena dilihat dari segi obyek yang dipilih.[4]
Sedangkan data tertulis sebagai sumber pendukung diperoleh melalui Silabus, RPP, dan hasil karya siswa berupa makalah atau rangkuman, daftar penilaian, kemudian dokumen-dokumen sekolah.[5] Hal ini dilakukan untuk menguji, menafsirkan bahkan meramalkan dalam menganalisis data untuk menemukan fokus penelitian.







C.    Metode Pengumpulan data
Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.      Observasi (Pengamatan)
Dalam teknik ini peneliti menggunakan teknik observasi lansung dengan membuat kunjungan lapangan terhadap kasus, dimana peneliti menciptakan kesempatan untuk observasi lansung.[6] Dengan maksud melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis untuk memahami gejala yang diselidiki atau diamati.
Pengamatan lansung dilakukan peneliti pada saat proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas X SMA Negeri 1 Krian yang sedang berlansung selama 3 bulan. Dalam kurun waktu tersebut, peneliti mengamati 7-8 kali pertemuan/proses pembelajaran dalam setiap kelasnya. Observasi dilakukan untuk menggambarkan bagaimana proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas X di SMA Negeri 1 Krian yang sedang berlansung.
Hasil pengamatan tersebut semuanya di catat dalam lembar catatan lapangan dan dibantu dengan daftar cek. Catatan lapangan berupa laporan langkah-langkah peristiwa dalam bentuk gambaran/deskripsi singkat tentang proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan selanjutnya dikembangkan oleh peneliti sesudah pengamatan dilakukan serta memberikan tanggapan sebagai bentuk refleksi dari hasil pengamatan tersebut. Kemudian daftar cek, diisi oleh peneliti untuk mengingatkan peneliti apakah seluruh aspek informasi sudah dijaring atau belum. Melalui pengamatan lansung diharapkan memperoleh temuan mendetail tentang peristiwa yang berkaitan dengan masalah penelitian.
2.      Interview (Wawancara)
Interview (wawancara) merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab baik secara langsung maupun tidak langsung.[7] Dengan teknik ini penulis memilih wawancara bertipe open-ended, dimana peneliti dapat bertanya kepada informan kunci tentang fakta-fakta suatu peristiwa disamping opini mereka tentang pristiwa tersebut.[8] Wawancara ditujukan kepada 3 (tiga) orang guru Pendidikan Agama Islam, siswa kelas X dan kepala sekolah.
 Dalam pelaksanaan wawancara, peneliti hanya mencatat hal-hal pokok atau kata-kata kunci dari jawaban informan dalam buku catatan. Kemudian setelah proses wawancara selesai, peneliti mendeskripsikan hasil wawancara ke dalam lembar catatan dengan format catatan lapangan. Setelah catatan lapangan selesai dibuat, peneliti memahami dan memberikan tanggapan pada lembar refleksi. Refleksi dimaksudkan untuk mengklarifikasi data-data yang diragukan dan membingungkan yang ada catatan lapangan.
3.      Dokumentasi 
Dokumentasi menurut Moleong adalah “setiap bahan tertulis maupun film, lain dari record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik”.[9] Dalam penelitian ini, dokumen yang akan dijadikan data pendukung dari hasil observasi dan wawancara adalah dokumen resmi. Dokumen resmi menururt Moleong ”terbagi atas dokumen internal dan dokumen eksternal”.[10]  
Dokumen yang dijadikan sumber dalam penelitian ini adalah dokumen internal. Penulis menggali data melalui Silabus, Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), hasil karya siswa berupa makalah atau rangkuman, daftar nilai dan dokumen-dokumen resmi sekolah serta dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini. Dokumen-dokumen tersebut dimaksudkan untuk membantu proses analisis dan menafsirkan data.
                
D.    Metode Analisis dan Interprestasi Data
Analisis data adalah “proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar”.[11] Setelah data-data terkumpul melalui observasi, wawancara dan analisis dokumen, maka selanjutnya menganalisis data-data tersebut. Adapun teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif, yang dilakukan melalui tiga alur kegiatan. Sebagaimana yang diungkupakan Miles dan Huberman yaitu: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpilan atau verifikasi.[12] Dimana tiga janis kegiatan tersebut merupakan proses siklus dan interaktif.








 





Gambar 3.1. Komponen-komponen analisis data: model interaktif (Miles & Huberman, 2009. 20)

 Langkah analisis interaktif terdiri atas beberapa komponen kegiatan yang terkait satu sama lain, dimulai dari pengumpulan data kemudian mereduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi.[13] Untuk lebih jelasnya, penulis menggambarkan sebagai berikut:
1.      Reduksi data
Reduksi data merupakan proses menyeleksi, menentukan fokus, menyederhanakan, meringkas dan mengubah bentuk data yang ada dalam catatan lapangan.[14] Dalam tahap ini, penulis mereduksi data dari hasil observasi, wawancara dengan 3 orang guru PAI, siswa kelas X serta kepala sekolah dan analisis dokumen berupa RPP dengan cara membuat ringkasan/abstaksi yang disusun melalui data-data yang terkumpul selama pengumpulan data berlansung dengan jalan menelaah dan memahami catatan-catatan lapangan yang telah ditulis, kemudian diwujudkan dalam bentuk kalimat faktual sederhana dan dibuatkan lembar refleksi bagi catatan lapangan yang memerlukan komentar peneliti. Kemudian diidentifikasi dengan jalan memberikan kode pada setiap lembar ringkasan/abstraksi. Setelah satuan data dikode, maka data tersebut akan mudah dipilah dan disortir untuk mempermudah peneliti memilih data yang dipakai dari sekian banyak data yang dikumpulkan, serta membuang data yang dianggap tidak perlu.
Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih spesisifk dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya atau data tambahan jika diperlukan. Karena semakin lama peneliti berada di lapangan, jumlah data akan semakin banyak, semakin kompleks dan rumit. Untuk itulah diperlukan reduksi data sehingga data tidak betumpuk dan mempersulit analisis selanjutnya.


2.      Penyajian data
Setelah data direduksi, langkah analisis selanjutnya adalah penyajian (display) data. Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisasikan, tersusun secara sistematis yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.[15] Dalam langkah ini penulis menyajikan data dalam bentuk teks naratif. Teks itu muncul dalam bentuk catatan lapangan tertulis, yang disaring oleh peneliti dengan mengutip penggalan-penggalan berkode dan menarik kesimpulan.[16] Penyajian data dalam bentuk teks naratif tersebut akan memudahkan peneliti untuk memahami data-data penelitian.
Selanjutnya peneliti menyusun data-data yang relevan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan. Adapun langkahnya dilakukan dengan cara menarasikan data secara sistematis untuk memaknai apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang perlu ditindak lanjuti untuk mencapai tujuan penelitian, hal ini dilakukan sebagai upaya atau langkah penting menuju tercapainya analisis.


3.      Kesimpulan/verifikasi data
Kegiatan ketiga dari analisis data adalah penarik kesimpulan/verifikasi. Tahap ini sebagian dari suatu kegiatan konfigurasi yang utuh berdasarkan temuan-temuan selama penelitian berlansung.[17] Pada langkah penarikan kesimpulan/verifikasi ini, peneliti berusaha mencari makan dari data yang diperoleh untuk mengambil kesimpulan dan tetap terbuka untuk menerima masukan data, untuk mencari makna sesuai dengan fokus penelitian.
Disamping itu, untuk mengetahui kualitas data, peneliti menggunakan teknik triangulasi dalam mengecek kriteria keabsahan data. Dalam hal ini, penulis melakukan beberapa teknik triangulasi, diantaranya:
a.       Triangulasi dengan sumber dimanfaatkan untuk menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data.[18] Langkah-langkanya yang dilakukan peneliti yaitu dengan membandingkan data observasi dengan wawancara dan membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen terkait.
b.      Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data  dengan cara yang berdeda. Dalam hal ini, peneliti menggunakan menggunakan wawancara dan observasi atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut.
c.       Triangulasi dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya, hal ini dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari satu orang dalam pengumpulan dan analisis data.[19] Dalam penelitian ini, dosen pembimbing bertindak memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan data. Dengan alasan pembimbing penelitian ini telah memiliki pemahaman dan pengalaman penelitian. Teknik ini dilakukan dengan tujuan memperkaya khasanah pengetahuan mengenai informasi yang digali dari subjek penelitian.
d.      Tiangulasi dengan teori, menurut Liccon dan Guba berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak bisa diperiksa derajat kepercayaanya dengan satu atau lebih teori. Sedangkan Patton, dalam hal ini menamakan penjelasan banding.[20] Adapun maksud dan tujuannya adalah untuk membandingkan rumusan data dengan perspektif teori yang relevan untuk menghindari bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang dihasilkan dan meningkatkan kedalaman pemahaman atas data yang diperoleh. Langkah yang ditempuh peneliti dalam tahap ini adalah membandingkan data atau temuan lapangan dengan perspektif teori yang relevan dengan penelitian ini.


Dengan mengkonfirmasi makna setiap data yang diperoleh dengan menggunakan teknik ini, peneliti bertujuan ingin memperoleh informasi yang dapat digunakan untuk mendukung tercapainya fokus penelitian. Dalam penelitian ini, penulisan interprestasi data berdasarkan data dari observasi dan wawancara serta analisis dokumen yang telah direduksi dan disajikan secara sistematis.
Proses dimulai dari data-data yang diperoleh dari subjek, direduksi, disajikan dalam bentuk teks naratif dan penarikan kesimpulan/diverifikasi serta diperiksa keabsahannya. Sehingga penulis mengerti dan mendalami benar permasalahanya dan tidak diragukan data-datanya. Dari proses tersebut penulis berusaha mendapatkan gambaran dan makna yang mendalam mengenai pengalaman dari subjek yang menjadi fokus penelitian. Kemudian gambaran dan makna tersebut didalamnya mencakup hasil penelitian yang diurai secara deskriptif.


[1] Moh. Nazir, Metode Penelitian, Cet. 3 (Ciawi: Ghalia Indonesia, 1988), 66.
[2] Ibid. , 66-67.
[3] Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya, 2006), 157.
[4] Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Bayu Indra Grafika, 1998) , 224.
[5] Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 28.
[6] Robert K. Yin, Studi Kasus Desai dan Metode, Ter. M. Djauji Mudzakir (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), 112.
[7]Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 63.
[8]Yin, Studi Kasus Desai dan Metode, 108-109.
[9] Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 216-217.
[10] Ibid. 219,
[11] Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 103.
[12] Ibid. , 17.
[13] Matthew B. Miles, A. Michel Huberman, Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru, Terj. Tjetjep Rohendi Rohidi (Jakarta: UI Press, 2009), 16.
[14] Herawati Susilo, dkk., Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Sarana Pengembangan Keprofesionalan Guru Dan Calon Guru, ed. Setiyono Wahyudi, dkk. (Malang: Bayu Media, 2008), 103.
[15] Miles, Huberman, Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru, 17.
[16] Ibid. , 137.
[17] Ibid. , 19.
[18] Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 330.
[19] Ibid. , 331.
[20] Ibid. , 331.