BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Kerjasama antara Guru dan Orang Tua Siswa
1. Pengertian kerjasama antara guru dan orang
tua siswa
Untuk
memperoleh pengertian kerjasama antara guru dan orang tua siswa, penulis akan
menjelaskan terlebih dahulu makna kerjasama, guru dan orang tua. Kerjasama
menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah ”perbuatan bantu-membantu atau yang
dilakukan besama-sama”.[1]
Sedangkan dalam bidang lain menyebutkan kerjasama pada intinya menunjukkan
adanya kesepakatan antara dua orang atau lebih yang saling menguntungkan,
sebagaimana dua pengertian kerjasama di bawah ini:
a. Moh. Jafar Hafsah menyebut kerjasama ini
dengan istilah “kemitraan”, yang artinya adalah “suatu strategi bisnis yang
dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih
keuntungan bersama dengan prisip saling membutuhkan dan saling membesarkan.”
b. H. Kusnadi mengartikan kerjasama sebagai
“dua orang atau lebih untuk melakukan aktivitas bersama yang dilakukan secara
terpadu yang diarahkan kepada suatu target atau tujuan tertentu”.[2]
Dari
pengertian kerjasama di atas, maka ada beberapa aspek yang
terkandung dalam kerjasama, yaitu dua orang atau lebih, artinya kerjasama akan
ada kalau ada minimal dua orang/pihak yang melakukan kesepakatan. Oleh karena
itu, sukses tidaknya kerjasama tersebut ditentukan oleh peran dari kedua orang
atau kedua pihak yang bekerjasama tersebut.
Dalam
proses kerjasama ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya adalah
aktivitas yang menunjukkan bahwa kerjasama tersebut terjadi karena adanya
aktivitas yang dikehendaki bersama, sebagai alat untuk mencapai tujuan dan ini
membutuhkan strategi kemudian tujuan/target, merupakan aspek yang menjadi
sasaran dari kerjasama tersebut, juga Jangka waktu yang artinya ada kesepakan
kedua pihak kapan kerjasama itu berakhir. Dalam hal ini, tentu saja setelah
tujuan atau target yang dikehendaki telah tercapai.
Sedangkan
guru dalam arti sempit menurut
Hadari Nawawi dalam buku organisasi sekolah dan pengelolaan kelas, yang
dimaksud guru adalah ”orang yang kerjanya mengjar atau memberikan pelajaran
disekolah/kelas”.[3] Sedangkan
dalam arti yang lebih luas guru bermakna ”orang yang bekerja dalam bidang
pendidikan dan pengajran yang ikut bertanggungjawab dalam membantu anak-anak
untuk mencapai kedewasaan masing-masimng”.[4]
Guru dalam pengertian terakhir bukan sekedar orang yang berdiri di depan
kelas yang menyampaiakan materi ilmu pengetahuan tertentu, akan tetapi anggota
masyarakat yang harus ikut aktif dan berjiwa bebas serta kreatif dalam
mengarahkan perkembangan anak didiknya untuk menjadi anggota masyarakat sebagai
orang dewasa.
Kemudian
orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu.[5] Orang tua merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat
membentuk sebuah keluarga dan juga memiliki tanggung jawab untuk mendidik,
mengasuh dan membimbing anak-anaknya. Untuk mencapai tahapan tertentu yang
menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat.
Sedangkan menurut Fuad Ihsan, orang tua adalah ayah dan ibu yang masing-masing mempunyai tanggung jawab yang sama dalam
pendidikan anak.[6] Orang tua juga
merupakan orang yang lebih
tua atau orang yang dituakan. Namun umumnya di masyarakat pengertian orang tua
itu adalah orang yang telah melahirkan kita yaitu Ibu dan Bapak. Ibu dan bapak
selain telah melahirkan kita ke dunia ini, ibu dan bapak juga yang mengasuh dan
yang telah membimbing anaknya dengan cara memberikan contoh yang baik dalam
menjalani kehidupan sehari-hari.
Maka
pengetahuan yang pertama diterima oleh anak adalah dari orang tuanya. Karena
orang tua adalah pusat kehidupan rohani anak dan sebagai penyebab berkenalnya
dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya dikemudian
hari terpengaruh oleh sikapnya terhadap orang tuanya di permulaan hidupnya dahulu.
Jadi, orangtua atau ibu dan bapak memegang peranan yang penting dan amat
berpengaruh atas pendidikan anak-anak dalam kehidupan sehari-hari.[7]
Setelah
memahami beberapa pengertian mengenai kerjasama, guru dan orang tua. Maka dapat
dijelaskan tentang pengertian kerjasama antara guru dan orang tua siswa adalah sebuah
upaya atau aktivitas bersama antara pendidik siswa disekolah dengan komponen
keluarga yang mempunyai tenggung jawab untuk mendidik anaknya.
Sehingga dengan demikian keterlibatan orang tua dalam proses pendidikan sangat tergantung dari konsep atau program pendidikan yang dibuat oleh sekolah, disamping tentunya masing-masing pihak telah menyadari sepenuhnya tentang tujuan pendidikan yang akan dicapai. Apabila sekolah dan masyarakat (keluarga), khususnya guru dan orang tua sudah punya komitmen untuk memajukan mutu atau kwalitas pendidikan, maka akan terbuka peluang bagi kita untuk lebih meningkatkan mutu proses pembelajaran, dan memungkinkan menjadikan pendidikan yang berkwalitas.
2. Cara atau bentuk kerjasama antara guru dan orang tua siswa
Dalam
penelitian ini, penulis menetepkan indikator kerjasama antara guru dan orang
tua siswa pada aspek melakukan kunjungan rumah (home visit) karena banyak faedah dan tujuan yang akan diperoleh
dari kunjungan guru ke rumah orang tua siswa, baik untuk tujuan proses
perkembangan dan kwalitas pembelajaran yang diperoleh siswa.
Kemudian
menjalin komunikasi tertulis dengan buku penghubung baik berupa laporan
perkembagan anak atau katifitas di sekolah dalam bentuk rapot. Laporan tersebut tidak hanya berupa
angka-angka, akan tetapi adajuga yang bersifat informasi dan dianostik. Serta
pertemuan rutin dengan wali murid.
Dengan
demikian, agar pihak sekolah dapat meningkatkan tujuan pendidikan serta program
sekolah ke lingkungan rumah, karena dengan terlibatnya orang tua siswa dalam
proses pendidikan dapat membantu dan
mendukung penyelenggaran pendidikan yang berkualias.
Adapun
dalam buku pengelolaan lingkungan belajar yang ditulis oelh Rita Mariana dkk. Terdapat cara yang dapat dilakukan untuk
mewujudkan sebagai bentuk kerjasama guru (staf) dengan orang tua adalah:
a. Menjalin komunikasi tertulis dengan buku
penghubung
b. Mengadakan pertemuan dengan orang tua
secara berkala.
c. Mebuat program sekolah yang melibatkan orang tua.
d. Menggunakan fasilitas teknologi komunikasi
(telepon, e-mail, dan internet).
e. Melakukan kunjungan rumah (home visit).
f.
Observasi
orang tua dikelas.
g. Melibatkan orang tua dalam merencanakan
aturan, keputusan dan eveluasi belajar anak.[8]
Untuk
menciptakan kerjasama yang saling membari manfaat antara unsur guru dan orang
tua, pihak sekolah diharapkan dapat melakukan langkah-langkah yang strategis
dan terencana dengan baik agar kerjasama yang dibangun tersebut tidak hany
berlaku untuk sesaat, melainkan untuk jangka panjang. Sebalum memulai kerjasama
alangkah baiknya pihak sekolah melakukan analisis kebutuhan untuk mencapi
tujuan bersama.
Adapun
beberapa bentuk kerjasama antara guru dan orang tua siswa menurut Soemiarti
Patmonodewo, adalah sebagai berikut:
a. Mengdakan komunikasi antara guru dan orang
tua
Orang tua
memiliki hak untuk mengetahui kemajuan pendidikan anaknya. Guru sebaiknya
selalu merespons terhadap rasa ingin tahu orang tua terhadap prestasi anaknya.
Sebaiknya antara guru dan orang tua manjalin sebauah komunikasi timbal balik. Komunikasi
efektif menuntut orang tua maupun guru mengirimkan dan menerima pesan tentang
anak.
Chattermole
& Robinson, mengemukakan tiga alasan pentingnya komunikasi yang efektif
antara guru dan orang tua, yaitu:
1) Para guru harus mengtahui kebutuhan dan
harapan anak dan orang tua yang mengikuti progaram sekolah.
2) Para orang tua perlu keterangan yang jelas
mengenai segala hal yang dilakukan pihak sekolah, baik program,
maupunpelaksanaan dan ketentuan yang diberlakukan di sekolah.
3) Komunikasi yang baik akan membantu terselenggaranya
proses pendidikan yang baik.[9]
Teknik
kominiasi yang diberlakukan dapat berlansung melalui berbagai bentuk atau cara,
dalam rentan komunikasi yang informal sampai dengan yang formal. Malalui cara
tersebut akan diperoleh saling pengertian antara kedua belah pihak. Teknik komunikasi
akan meningkatkan pandangan dan pengertian antara orang tua dan gurutentang
anak didik dan proses belajar mereka.
Dalam
teknik kominikasi ini ada 2 macam yaitu, teknik komunikasi yang tidak resmi
yang artinya penyampaian keterangn-keterangan tentang apa yang terjadi pada jam
sekolah adalah dengan cara yang sangt sederhana. Sedangkan teknik kominikasi
yang resmi adalah komunikasi yang bertujuan bahwa apa yang akan disampikan
telah direncanakan dan temanya juga khusus.[10]
b. Kunjungan rumah
Kunjungan
rumah adalah salah satu upaya komunikasi dan kerjasam antara guru dan
orang tua. Juga, harus menentukan waktu
dalam melakukan kunjungan rumah kemudian batasi waktu dalam berkunjung dan
batasi diskusi yang akan dilakukan sesuai dengan yang telah direncanakan.
Ketika melakukan kunjungan rumah lakukan pengematan yang cermat tehadapa
lingkugan rumah, sehingga akan mendapatkan gamabaran yang jelas tentang
siswanya.[11]
c. Pertemuan dengan orang tua
Pertemuan dengan orang tua biasanya pertama kali dilakukan pada saat orang tua mendaftarkan anaknya kesekolah. Pada pertemuan tersebut biasanya dijelaskan mengenai tujuan dan ketentuan atau peraturan sekolah. Kemudian para guru harus menyadari pokok pertemuan tersebut sebaiknya harus benar-benar dipersiapkan dan direncanakan sehingga pertemuan tersebut bisa menjadi suatu kerjasama yang bermakna antara sekolah dan orang tua termasuk juga dengan guru.[12]
d. Laporan berkala
Laporan
berkala adalah keterangan dari pihka sekolah yang dikirimkan secara teratur kepada
masing-masing oarang tua. Isinya berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang
terjadi pada siswa. Sehingga dengan laporan tersebut orang tua memiliki
pengalaman tentang apa yang dialami anak mereka. Menurut Harm & Deborah
(1987) dalam Spodek (1991) yang dikutip Soemiarti menyebutkan beberapa manfaat
laporan barkala adalah sebagai berikut:
1) Secara berkala para orang tua dapat
diberitahu tentang apa yang terjadi dengan anak mereka disekolah.
2) Memberikan wawasan tentang pendidikan di
sekolah.
3) Menjalin hubungan kerjasama yang komunikatif antara guru dan orang tua.
4) Memperkuat dan memperluas hubungan proses
belajar disekolah kelingkungan rumkah dan masyarakat.[13]
Bekrjasama antara guru dan orang tua siswa, merupakan salah satu usaha kunci keberhasilan dalam mendidik dan meningkatkan kwalitas pendidikan seoarang anak. Untuk menjalin kerjasama tersebut guru dan orang tua harus peka terhadap kebutuhan dan usaha yang akan dilakukan untuk mencapaipai pendidikan yang berkwalitas.
Kemudian
pendekatan-pendekatan yang harus dilakukan oleh guru dalam bekerjasama dengan
orang tua siswa adalah:
a. Pendekatan yang pertama, guru dapat
melatih orang tua apa yang sebenarnya mereka butuhkan untuk pendidikan anaknya.
Contoh sederhananya adalah memberikan pelatihan kepada orang tua agar mereka
mempunyai keterampilan untuk memonitor perilaku anaknya di rumah atau melatih
mereka dalam langkah langkah menerapkan metode pembelajaran untuk anaknya yang
bisa dilakukan di rumah.
b. Kedua, Orang tua sebagai orang yang
terlibat dan bertanggung jawab terhadap pendidikan anaknya diminta
berpartisipasi aktif untuk mendidik anaknya di sekolah. Pendekatan ini
menempatkan orang tua menjadi bagian dari pekerjaan guru. Aplikasi dari
pendekatan ini bisa memposisikan orang tua sebagai "helper" untuk
anaknya di kelas atau menjadikan mereka sebagai pendamping anaknya pada
acara-acara di luar kelas, seperti outbound atau acara rekreasi yang di selenggarakan
oleh pihak sekolah.
c. Kerjasama yang ketiga yang bisa dilakukan
guru dengan orang tua adalah "sharing" atau berbagi. Prinsip dari kerjasama ini adalah saya
bicara, anda bicara, kita bicara. Guru dan orang tua dapat bertukar pendapat
dengan asas egaliter sehingga ada kejujuran antara guru dan orang tua dalam
memberikan informasi yang berguna bagi pendidikan anak. Bentuk kerjasama seperti ini yang paling
diperlukan adalah keterampilan berkomunikasi antara guru dan orang tua.[14]
Penyelenggaraan
kerjasama antara guru dan orang tua dapat berhasil apabila dilaksanakan dengan
teratur dan adanya keterbukaan dalam komunikasi. Terkadang orang tua hanya
mendengar informasi ketika anaknya mempunyai perilaku buruk atau bermasalah di
sekolah.
Selain
bentuk kerjasama yang dapat dilakukan seperti telah diungkapkan diatas, ada
strategi-strategi lain yang dapat dipertimbangkan untuk dilaksanakan agar
kerjasama antara guru dan orang tua dapat selalu terjalin. Di antara strategi
yang dapat dilakukan adalah yang pertama guru secara rutin harus selalu membuat
laporan perkembangan anak yang dikirimkan ke rumah anak untuk dibaca oleh orang
tua anak.
Selanjutnya
guru dan orang tua bisa berhubungan melalui telepon untuk membicarakan kemajuan
anaknya. Hal lain yang dapat
dilakukan adalah dengan membuat buku penghubung antara guru dan orang tua yang
memungkinkan komunikasi dua arah antara guru dan orang tua. Untuk tingkat
sekolah hubungan guru dan orang tua dapat dilakukan dengan membuat semacam
bulletin yang di dalamnya berisi informasi perkembangan kelas dan siswa yang
dapat diakses oleh orang tua.
Setelah memahami
cara, bentuk dan pendekatan serta strategi kerjasama anatara guru dan orang tua
siswa. Meraka berdua adalah dua unsur yang menjadi kontributor penting dalam
meningkatkan kwalitas pendidikan anak. Sehingga berbagai macam bentuk yang
dapat dilakukan guru dan orang tua untukm,enjalin sebuah kerjasama. Jika
pendidikan ingin meningkat kwalitasnya, maka usaha kerjasama anatara guru dan
orang tua siswa harus dilakukan secara berkesinambungan serta dilaksanakan
dengan konsisten.
3. Kompetensi yang harus dimiliki guru untuk
bekerjasama dengan orang tua siswa
Menurut
Rita mariyana dkk. dalam bukunya pengelolaan lingkungan belajar yang dikutip
dari Eliason dan Jenkins, untuk mewujudkan kerjasama dengan orang tua dan guru
dperlukan keterampilan yang harus dimiliki guru ketika proses kerjasama
terjadi. Berikut ini kemampuan yang harus dimiliki guru dalam membangun kerjasama
dengan orang tua agar lebih efektif yaitu:
a. Mendengarkan dan saling berkomunkasi
b. Perlakukan semua anak dan keluarganya
dengan hormat dan penuh perhatian
c. Pastikan mengtahui keadaan anak dengan
cukup baik untuk menyampaikan informasi spesifik tentang anak kepada orang tua.
d. Sampaikan kepada orang tua dengan perasaan
hangat dan positif berkenaan dengan anak mereka
e. Melihat secara objektif dan realistik tujuan
bekerjasama dengan orang tua dan anak
f.
Menjadi
sumber bantuan dalam bidang garapan orang tua, dan membantu menyampaikan apa
yang telah dipelajari anak disekolah ke rumah
g. Perlu diingat bahwa kerjasama dengan orang
tua akan memerlukan pertemuan yang sering untuk membangun hubungan dukungan
positif dengan orang tua.[15]
Selain beberpa
kompetesi guru seperti yang telah diungkapkan diatas, ada strategi-strategi
lain yang dapat dipertimbangkan untuk dilaksanakan agar kerjasama antara guru
dan orang tua dapat berhasil. Menurut Grernberg (1989) yang dikutip oleh
Soemiarti Patmonodewo, ada beberapa kiat untuk kebrhasilan kerjasama antara
guru dengan orang tua siswa, yaitu;
a. Tidak membedakan masing-masing orang tua
dan selalu menghargainya.
b. Mendengarakan dengan baik apa yang
dikatakan orang tua dan memahami anatara orang tua dan guru tidak selalu
memiliki pandangan yang sama. Dengarkan apa yang dikatakan orang tua tentang
anak mereka, bagaimana badaya yang melatar belakangi kehidupan kelaurga mereka
dan nilai-nilai kehidupan yang dianut.
c. Apabila melakukan pertemuan dengan orang
tua perhatikan waktunya, karena orang tua mengkin datang dari tempat yang jauh
dan harus menyelesaikan tugas dirumah sebelum mereka meninggalkan rumah.
d. Lakukan kunjungan rumah apabila orang tua
menyetujuinya.
e. Sarankan kepada orang tua untuk sering
datang ke sekolah dan tidak perlu dengan perjanjian.
f.
Memberikan
petunjuk bagi orang tua bagaimana membantu anak untuk belajar.
g. Pertimbangkan orang tua yang memang tidak
mampu secara finansial untuk datang ke sekolah anak mereka. Bantulah mereka
dengan biaya atau menjemput para orang tua. Dengan demikian mereka juga
mendapat kesempatan melihat putra-putrinya belajar di sekolah.[16]
Di antara strategi yang dapat dilakukan adalah yang pertama guru secara rutin harus selalu membuat laporan perkembangan anak yang dikirimkan ke orang tua siswa. Untuk tingkat sekolah hubungan guru dan orang tua dapat dilakukan dengan membuat semacam bulletin yang di dalamnya berisi informasi perkembangan kelas dan siswa yang dapat diakses oleh orang tua. Jadi selain kompetensi guru juga harus mampu menciptakan berbagai strategi atau pendekatan untuk mengadakan kerjasama dengan orang tua siswa.
4. Manfaat kerjasama antara guru dan orang
tua siswa
Banyak
nilai dan manfaat yang akan di peroleh dalam melakukan kerjasama guru dan orang
tua dalam mendidika anak. Manfaat tersebut berupa nilai lebih baik bagi
program, guru, anak dan orang tua. Diantaranya adalah
a. Manfaat bagi program sekolah dan guru
Manfaat
yang diperoleh dari kerjasama antara gruru dan orang tua bagi progaram dan
sekolah adalah;
1) Peran serta orang tua secara
berkesinambungan menjadikan sekolahdapat menyelaaskan program sekolah dengan
kebijakan pemerintah dalam mendidik anak.
2) Bantuan orang tua membuat guru dapat
memadukan aktifitas program yang semula tidak mungkin menjadi mungkin dengan
adanya peran serta orang tua.
3) Orang tua dapat dijadikan sumber daya
dalam mengmebangkan program sekolah dengan bakat dan keahlian yang dimiliki
masing-masing orang tua.
4) Orang
tua lebih memiliki rasa empati khusus dalam menjelaskan program sekolah
dan pelayanan terhadap orang tua lain.
5) Ketika orang tua dapat menjelaskan
kebiasaan anak kepada guru dengan akuarat, guru akan menjadi lebih empati
kepada anak.
6) Dalam pembagian tanggungjawab dengan guru
sekolah dan di rumah orang tua dapat
diikut sertakan dalam hal
mangambil keputusan dan kebijaksanaan.
7) Orang tua memiliki kesempatan untuk
membandingkan anaknya dengan anak yang
seusianya yang lain dan memperoleh gambaran yang lebih realistik mengenai kekurangan
dan kelebihan anak mereka.[17]
Selain
manfaat tersebut diatas, dalam buku humanisai pendidikan yang ditulis oleh Darmiyati
Zuchdi, menjelaskan sebuah manfaat kerjasama antara sekolah dan keluarga, dalam
buku tersebut di sebutkan ’sebuah kerjasama anatara sekolah dan keluarga akan
terhindar dari terjadinya kontradiksi atau ketidak sadaran antara nilai-nilai
yang harus dipegang teguh oleh anak-anak disekolah dan yang harus mereka ikuti
di masyarakat’.[18] Beberapa manfaat
kerjasama antara guru dan orant tua ssisw untuk program sekolah dan guru. Akan
tetapi, lebih bermanfaat lagi bagaimana guru menciptakan pola kerjasama atau
kemitraan secara efektif dalam rangka manjalin kerjasama dengan orang tua
siswa.
b. Manfaat bagi anak
Adapun
manfaat kerjasama antara guru dan orang tua bagi anak adalah sebagai berikut:
1) Perhatian orang tua yang lebih berkwalitas
dapat meningkatkan peluang untuk meningkatklan prestasi yang lebih baik pada
anak. Orang tua yang berpean serta dalam meransang aktifitas intelektual anak,
memberikan kebebasan, membaca, dan berdiskusi dengan anak akan memberi
perbedaan perbedaan dalam berbahasa dan menyelesaikan masalah.
2) Anak akan melihat bahwa kerjasama antara
guru dan orang tua akan memberikan akibat yang positif dalam menjalin hubungan
sosial.
3) Kerjasama antara orang tua dan guru dapat
membantu mengembangkan program pendidikan bagi anak yang lebih berkwalitas.[19]
Dapat
dipahami apabila guru mengadakan kerjasama dengan orang tua dalam proses
pembelajaran anak, maka bentuk kerjasama tersebut dapat membawa manfaat bagi
anak itu sendiri. Salah satu manfaatnya adalah membantu mengembangkan program
pendidikan bagi anak yang lebih berkwalitas
c. Manfaat bagi orang tua
Selain
memeberikan manfaan kepada anak, kerjasama antara guru dan orang tua juga
membrrikan manfaat dan nilai lebih bagi orang tua itu sendiri, yaitu sebagai
berikut:
1) Partisipasi orang tua dalam program
pendidikan anak akan meningkatkan perasaan orang tua untuk lebih mawas diri
dalam memberikan pengruh terhadap pelayanan pendidikan.
2) Membantu meningkatkan kepercayaan diri
orang tua sebagai pendidik anaknya, sehingga anggota keluarga lebih terlibat satu
sama lain dalam dalam sebuah totalitas keluarga yang harmonis.
3) Orang tua dapat belajar betapa pentingnya
pendidikan bagi anak dan bagaimana membantu sekolah memaksimalkan tujuan pendidikan
4) Orang tua menjadi pendukung dan penyokong
program-program sekolah.[20]
Keterlibatan
orang tua dalam program pendidikan selain bermanfaat bagi sekolah, guru dan siswa. Bermanfaat pula bagi orang
tua itu sendiri, termasuk meningkatkan kemampuan orang tua untuk berperan serta
dalam proses belajar mengajar anak.
Partisipasi orang tua disekolah pada umunya guna meningkatkan prestasi dan kwalitas pendidikan anak disekolah. Apabila mempunyai program yang cukup baik dan orang tua berkenan membantu, umumnya prestasi dan kwalitas pendidikan menjadi maningkat.[21]
Begiatu
juga, melalui kerjasama dengan guru dan orang tua, sangat banyak manfaat yang
dapat dirasakan baik dari pihak sekolah guru dan orang tua siswa sendiri.
Termasuk dalam hal untuk program pengembangan sekolah. Serta proses peningkatan
kwalitas pendidikan.
5. Permasalahan atau hambatan kerjasama
antara guru dan orang tua siswa
Selain
nilai dan manfaat yang dapat diperoleh dari kerjasama antara guru dan orang
tua. Terdapat pula permasalahan yang mungkin terjadi, permasalahan yang timbul
tersebut dapat berupa:
a. Adanya perbedaan antara guru dan orang
tua. Perbedaan dalam hal-hal nilai sosial, tujuan dan penerapan disiplin. Anak
terkadang menjadi lebih bermasalah dalam hal disiplin
b. Orang tua yang berasal dari sosial
ekoonomi rendah akan merasa malu dan segan berada dilingkungan sekolah serta
terlibat lansung dengan guru dan para staf sekolah. Sehingga hubungan
kominikasi yang diciptakan akan labih sulit.
c. Guru akan merasa terganggu dengan
kehadiran orang tua khususnya orang tua yang jenjang pendidikannya lebih
tinggi. Sehingga guru tekadang merasa merasa bahwa program pendidikan yang
diberikan disekolah sudah diketahui anak sebelumnya.
d. Perbedaan tempat tinggal orang tua akan
memberikan pengruh terhadap aktifitas dan program sekolah.
e. Terjadi ketegangan antara guru dan orang
tua dalam hal kebijakan sekolah.
Sehingga sehingga masing-masing unsu harus mengetahui batas-batas kewenangan.[22]
Tentunya berbagai
strategi atau pendekatan yang ditawarkan di atas sesunguhnya dapat dilaksanakan
dengan syarat semua pihak dapat menerima berbagai hambatan yang akan dihadapi
dalam kerjasama tersebut termasuk seperti yang telah diungkapkan diatas.
B.
Mutu Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian mutu Pendidikan Agama Islam
Definisi mutu dalam kamus besar bahasa Indonesia artinya ”baik buruk sesuatu, kwalitas, taraf atau derajat”.[23] Sedangkan pengertian mutu dalam konsep manajemen pendidikan menurut Saiful Sagala dalam buku manajemen strategik dalam meningkatkan mutu pendidikan, yang dimaksud dengan mutu adalah ”gambaran dan karakteristik menyeluruh jasa pelayanan pendidikan secara internal maupun eksternal yang menunjukkan kemampuan memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat mencakup input, proses dan output pendidikan”.[24]
Adapun pengertian
mutu menurut Popi Sopiatin, yang menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan mutu
adalah ”segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan”.[25]
Kemudian ada beberapa pandangan menurut Juran tentang mutu dalam dunia
pendidikan, yaitu:
a. Meraih mutu adalah proses yang tidak
mengenal akhir
b. Pernaikan mutu merupakan suatu konsep yang
berkesinambungan
c. Mutu memerlukan kepemimpinan dari anggota
dewan sekolah yang administratif
d. Prasayrat mutu adalah petaihan seluruh
warga sekolah.
Demikian
pandangan mutu dalam konsep pendidikan menurut Juran, dari beberapa kriteria
dan pengertian tentang mutu. Maka dapat disimpulkan mutu adalah segala sesuatu
yang dapat diperbaiki untuk mencapai sebuah standar atau kwalitas yang mampu
memenuhi kebutuhan secara optimal.
Sedangkan Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan cara melalui ajaran-ajaran Agama Islam, berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat.
Pengertian tersebut senada dengan pendapat
Muhaimin yang memaknai Pendidikan Agama Islam adalah “suatu aktivitas atau
usaha-usaha tindakan dan bimbingan yang dilakukan secara sadar dan sengaja
serta terencana yang mengarah pada terbentuknya kepribadian anak didik yang
sesuai dengan norma-norma yang ditentukan oleh ajaran agama”.[26]
Sedangkan menurut Abdul Majid dan Dian
Andayani, Pendidikan Agama Islam adalah “upaya sadar dan terencana dalam rangka
menyiapkan anak didik untuk mengnal, memahami, menghayati hingga mengimani
ajaran agama islam. Dibarengi dengan tuntutan untuk penganut agama dalam
hubungannya dengan kerukunan umat beragama hingga terwujud kesatuan dan
persatuan bangsa”[27].
Abdul Majid dan Dian Andayani juga
mengutip pengertian Pendidikan Agama Islam, salah satunya adalah:
a. Zakiyah Daradjat, Pendidikan Agama Islam
adalah suatu usaha untuk membina dan mengsuh peserta didik agar senantiasa
dapat memahami ajaran islam secara menyeluruh. Serta menghayati tujuan, yang
pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan ajaran islam sebagai pandangan
hidup.
b. Tayar Yusuf mengartikan Pendidikan Agama
Islam adalah usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman,
pengetahuan, kecakapan dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi
manusia bertakwa kepada Allah SWT. [28]
Sedangkan A. Tafsir berpendapat pengertian
Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada
seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.[29] Adapun pengertian lain menurut Abdul
Rahman Shaleh dalam buku Pendidikn Agama dan Pembangunan Watak Bangsa.
Pendidikan Agama Islam adalah: “Usaha sadar untuk meyiapkan siswa dalam
menyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama islam melalui kegiatan
bimbingan dan pengajaran, latihan dengan menggunakan tuntutan untuk menghormati
agama orang lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam kehidupan
masyarakat untuk persatuan nasional”.[30]
Dari beberapa uraian tersebut dapat
disimpulkan, bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan ajaran-ajaran
Agama Islam melalui proses penyentuhan batin, berkenaan dengan aspek-aspek
sikap dan nilai yang perlu dihayati, diketahui, digali, dipahami, diyakini
kemudian diamalkan anak didik sehingga menjadi milik dan jiwa kepribadian hidup
sehari-hari Upaya untuk itu
adalah dengan cara mengajar atau menyampaikan ilmu Agama kepada anak didik melalui
pembinaan pribadi, baik mental maupun materialnya.
Pendidikan Agama Islam juga merupakan
bagian pendidikan yang amat penting yang berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan
nilai, antara lain akhlaq (mental spiritual). Agama Islam memberikan motivasi
hehidupan serta merupakan alat pengembangan dan pengendalian diri bagi
pemeluknya. Oleh karena itu agama perlu diketahui, dipahami, diyakini dan
diamalkan manusia yang utuh sejahtera lahir bathin.
Memahami beberapa pengertian mengenai mutu
dan Pendidikan Agama Islam dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud mutu
Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk mencapai sebuah standar atau
kwalitas yang mampu memenuhi kebutuhan secara optimal yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan pendidikan ajaran-ajaran Agama Islam melalui proses yang berkenaan
dengan aspek-aspek sikap dan nilai yang perlu dihayati, dan diterapkan dalam kepribadian
hidup sehari-hari.
2. Strategi meningkatkan mutu dan indikator
mutu Pendidikan Agama Islam
Agar
sekolah sekolah-sekolah mampu meningkatkan mutu yang bernuansa Islami, lebih
dulu harus mamperhatikan mutu Pendidikan Agama Islam yang terdapat dalam
sekolahan tersebut. Sehingga mampu bertahan dan mampu merespons kebutuhan
masyarakat pada setiap perkembangan zaman. Maka sekolah tersebut harus memiliki
strategi peningkatan kwalitas dan cara pengukuran yang efektif.
Strategi
tersebut pada dasarnya bertumpu pada kemampuan memperbaiki dan merumuskan visi
setiap zaman yang dituangkan dalam rumusan tujuan pendidikan yang jelas. Tujuan
tersebut selamjutnya dituangkan dalam program pendidikan yang aplikabel, metode
dan pendekatan yang partisipatif, guru yang
berkwalitas, lingkungan pendidikan yang konduktif serta sarana dan prasarana
yang relevan kemudian pencapaian tujuan pendidikan.[31]
Inti dari strategi tersebut bertolak dari pandangan terhadap pendidikan sebagai
alat untuk membantu atau menolong masyarakan agar eksis secara fungsuonal
ditengah-tengah masyarkat sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.
Untuk
mengukur berhasil tidaknya strategi tersebut dapat dilihat melalui bebagai
indikator sebagai berikut;
a. Secara Akademis lulusan pendidikan
tersebut dapat melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.
b. Secara moral lulusan tersebut dapat
menunjukkan tanggung jawab dan kepeduliannya kepada masyarakat sekitar
c. Secara individual lulusan makin
meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah
d. Secara sosial lulusan tersebut dapat
berintraksi dan sosialisasi dengan masyarakat sekitarnya.
e. Secara kultural ia mampu
menginterprestasikan ajaran agamanya sesuai dengan lingkungan sosialnya.[32]
Dengan kata
lain, semua hal diatas mancakup dimensi kognitif intelektual, afektif
emosional, dan psikomotorik-praktis kultural dapat terbina secara seimbang.
Apabila disimpulkan dari beberapa indikator tersebut mencakup output yang
menekankan pada peningkatan kwalitas lulusan khususnya dalam Pendidikan Agama
Islam, bertanggung jawab pada diri sendiri dan masyarakat serta beriman dan
bertaqwa kepada Allah.
C.
Studi Model Kerjasama Antara Guru dan
Orang Tua Siswa dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam
Setelah
memperhatikan beberapa penjelasan mengenai pengertian kerjasama antara guru dan
orang tua siswa, cara dan bentuk-bentuk kerjasama antara guru dan orang tua
siswa, manfaat kerjasama antara guru dan orang tua siswa, juga kompetensi yang
harus dimiliki guru untuk menjalin kerjasama antara guru dan orang tua siswa serta
permasalahan kerjasama antara guru dan orang tua siswa. Selanjutnya mengenai
pengertian mutu Pendidikan Agama Islam dan styrategi peningkatan mutu, juga
indikator mutu dalam Pendidikan Agama Islam. Maka selanjutnya akan dijelaskan
mengenai studi model kerjasama antara guru dan orang tua siswa dalam
meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam.
Terkadang peran
orang tua jarang diperhitungkan dalam proses pendidikan, padahal peranan orang
tua dalam mendidik mempunyai peranan yang tidak sedikit. Kemudian guru
terkadang sering mengeluh tentang kesulitan yang dihadapi anak didiknya di
sekolah tanpa tahu harus ke mana mengadukannya. Semua itu tidak akan terjadi
kalau saja guru menjalin kerjasama dengan orang tua secara baik dan
terorganisir.
Sehingga orang
tua harus dipertimbangkan sebagai partner dan berpartisipasi seimbang dalam
pendidikan anak-anaknya. Masalahnya bagaimana bentuk yang bisa dijalin antara
guru dan orang tua untuk membantu pendidikan anaknya di sekolah. Telah
disebutkan dan diidentifikasi ada beberapa bentuk dan pendekatan kerjasama yang
dapat dijalin antara guru dan orang tua.
Upaya
tersebut adalah menjalin komunikasi tertulis dengan buku penghubung, mengadakan
pertemuan dengan orang tua secara berkala., mebuat program sekolah yang
melibatkan orang tua, memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasi (telepon,
e-mail, dan internet), melakukan kunjungan rumah (home visit), serta observasi orang tua dikelas jika keadaan
memungkinkan dan tidak menggangu proses pendidikan yang sedang berlansung.
Selain itu, upaya pendekatan intensif juga
dirasa perlu, upaya tersebut adalah guru dapat melatih orang tua apa yang
sebenarnya mereka butuhkan untuk pendidikan anaknya dan orang tua sebagai orang
yang terlibat dan bertanggung jawab terhadap pendidikan anaknya diminta
berpartisipasi aktif untuk mendidik anaknya di sekolah. Kemudian kerjasama yang
juga bisa dilakukan guru dengan bertukar pendapat dengan asas egaliter sehingga
ada kejujuran antara guru dan orang tua dalam memberikan informasi yang berguna
bagi pendidikan anak.
Bentuk kerjasama seperti ini yang paling
diperlukan adalah keterampilan berkomunikasi antara guru dan orang tua. Penyelenggaraan
kerjasama antara guru dan orang tua dapat berhasil apabila dilaksanakan dengan
teratur dan adanya keterbukaan dalam komunikasi. Terkadang orang tua hanya
mendengar informasi ketika anaknya mempunyai perilaku buruk atau bermasalah di
sekolah.
Selain
bentuk kerjasama yang dapat dilakukan seperti telah diungkapkan di atas, ada
strategi-strategi lain yang dapat dipertimbangkan untuk dilaksanakan agar
kerjasama antara guru dan orang tua dapat selalu terjalin. Di antara strategi
yang dapat dilakukan adalah yang pertama guru secara rutin harus selalu membuat
laporan perkembangan anak yang dikirimkan ke rumah anak untuk dibaca oleh orang
tua anak. Selanjutnya guru dan orang tua bisa berhubungan melalui telepon untuk
membicarakan kemajuan anaknya. Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan
membuat buku penghubung antara guru dan orang tua yang memungkinkan komunikasi
dua arah antara guru dan orang tua. Untuk tingkat sekolah hubungan guru dan
orang tua dapat dilakukan dengan membuat semacam bulletin yang di dalamnya
berisi informasi perkembangan kelas dan siswa yang dapat diakses oleh orang
tua.
Untuk
mendukung berbagai upaya kerjasama yang baik maka guru dan orang tua harus
mengetahui apa yang bisa mereka lakukan untuk menumbuhkan motivasi belajar
anak. Guru harus menempatkan usaha memotivasi siswa pada perencanaan
pembelajarannya. Siswa sadar akan tujuan yang harus dicapai dan bersedia
melibatkan diri. Hal ini sangat berperan karena siswa harus berusaha untuk
memeras otaknya sendiri. Kalau kadar motivasinya rendah siswa akan cenderung
membiarkan permasalahan yang diajukan. Maka peran guru dalam hal ini adalah
menimbulkan motivasi siswa dan menyadarkan siswa akan tujuan pembelajaran yang
harus dicapai.
Kerjasama
antara guru dengan orang tua perlu sekali dilakukan supaya tidak terjadi
sinkronisasi antara pendidikan yang ada dalam keluarga dengan sekolah yang bisa
mengganggu perkembangan psikologis dan pola pikir anak. Komunikasi yang
terbangun antara keduanya semakin lancar yang menjadikan hubungan mereka pun
semakin dekat. Sehingga, hal tersebut bisa membuat kepercayaan diri anak,
keaktifannya bertanya dan mempraktikkan sehingga mewujudkan pendidikan yang
berkualitas.
Apalagi
dalam Pendidikan Agama Islam yang menekankan nilai-nilai ajaran agama untuk
kehidupan dalam keluarga ataupun masyarakat. Sehinngga Pendidikan Agama Islam dalam
sekolah sangat penting untuk pembinaan dan penyempurnaan pertumbuhan
kepribadian anak didik, karena pendidikan agama mempunyai dua aspek terpenting.
Aspek
pertama dari pendidikan agama adalah yang ditujukan kepada jiwa atau
pembentukan kepribadian. Anak didik diberikan kesadaran kepada adanya Tuhan
lalu dibiasakan melakukan perintah-perintah Tuhan dan meninggalkan larangan
Nya. Dalam hal ini anak didik dibimbing agar terbiasa berbuat yang baik,
yang sesuai dengan ajaran agama. Aspek kedua dari pendidikan agama adalah yang
ditujukan kepada pikiran yaitu pengajaran agama itu sendiri. Kepercayaan kepada
Tuhan tidak akan sempurna bila isi dari ajaran-ajaran Tuhan tidak diketahui
betul-betul.
Oleh sebab
itu guru Pendidikan Agama Islam sangat bertanggung jawab dalam pembinaan sikap
mental dan kepribadian anak didiknya. Guru agama harus mampu menanam
nilai-nilai agama kepada setiap siswa dengan berbagai cara. Akan tetapi tujuan
itu tidak akan tercapai apabila tidak ada kerjasama dengan semua pihak
terutama dengan sesama guru dan dengan orang tua siswa. Sebab pendidikan agama
dapat terbina apabila adanya kesinambungan atau keterpaduan antara pembinaan
orang tua didalam keluarga, masyarakat dan guru di sekolah.
Selama ini hubungan yang terjadi antara guru dan orang tua masih terbatas pada hal-hal tertentu, orang tua ke sekolah atau menghubungi guru hanya karena ada masalah saja, begitupun sebaliknya guru menghubungi orang tua apabila ada masalah dengan anaknya. Orang tua ke sekolah hanya karena diundang oleh pihak sekolah pada acara-acara tertentu. Jarang dijumpai orang tua dan guru duduk bersama membahas upaya-upaya yang dapat dilakukan secara bersama untuk menunjang motivasi belajar anak. Maka ketika anak mendapatkan masalah terkait dengan motivasi belajarnya maka akan terjadi aksi saling menyalahkan antara guru dan orang tua.
Untuk
menghindari kondisi tersebut diatas, guru dan orang tua harus menciptakan
hubungan positif dalam rangka menumbuhkan semangat belajar anak. Ada banyak cara yang bisa dilakukan oleh
guru dalam membuka pintu untuk membangun komunikasi langsung. Seiring dengan
kemajuan teknologi informasi maka guru bisa memanfaatkan sms, email, atau
pesawat telepon untuk membuka komunikasi dengan orang tua, atau kalaupun
media-media komunikasi di atas belum memungkinkan untuk digunakan maka
cara-cara manual seperti mengirim surat atau kuisioner yang berisi informasi
tentang perkembangan kognitif, psikomotorik dan afektif anak dapat dilakukan
oleh guru. Guru dapat menyediakan waktu sekali sebulan untuk melakukan hal ini.
Sebaliknya orang tua juga perlu mengambil inisiatif dalam membuka jalur komunikasi dengan guru. Orang tua hendaknya bisa memberikan informasi-informasi yang berguna bagi guru tentang kondisi anak di rumah. Orang tua bisa melakukannya dengan menghubungi guru secara langsung di rumahnya melalui telepon di luar jam mengajarnya. Orang tua juga bisa membina hubungan dengan pihak sekolah dengan cara sedapat mungkin menghadiri undangan dari pihak sekolah, karena momen seperti rapat-rapat orang tua merupakan sarana yang efektif untuk menyampaikan pendapat, serta usul saran bagi pihak sekolah. Sehingga diharapkajn dapat meningkatkan mutu atau kwalitas Pendidikan Agama Islam.
Memahami
dan menganalisis penjelasan tersebut diatas, studi model kerjasama antara guru
dan orang tua siswa dalam meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam adalah
berbagai upaya bersama antara dua unsur yang bertanggungjawab (guru dan orang
tua) dalam peningkatan kwalitas atau mutu Pendidikan Agama Islam sehingga mencapai
taraf atau drajad pendidikan yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam hal ini mencakup berbagai bentuk kerjasama antara guru dan
orang tua siswa, termasuk juga pendekatan-pendekatan dan strategi yang
dirancang untuk diterapkan bersama guna meningkatkan mutu Pendidikan Agama
Islam.
[1] W. J. S Purwadarminto, Kamus Umum
Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai pustaka, 1987), 492.
[2]Pengertian Kerjasama (http://id.shvoong.com/business-management/entrepreneurship/1943506-peng-ertian-kerja-sama/
diakses tanggal 30 Juni 2010)
[3] Hadari
Nawawi, Organisasi Sekolah Dan
Pengelolaan Kelas (Jakarta: Haji Masagung, 1989),123.
[4] Ibid. , 123.
[5] W. J. S Purwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia
(Jakarta: Balai pustaka, 1987), 687.
[6] Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan (Jakarta: Reinika Cipta, 2008), 62.
[7] Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan (Jakarta: Reinika Cipta, 2008), 91.
[8] Rita Mariyana, Ali
Nugraha, Yeni Rahmawati, Pengelolaan
Lingkungan Belajar (Jakarta: Prenada Media, 2010), 157.
[9] Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah (Jakarta;
Rienika Cipta, 2003), 130.
[10] Ibid. , 132.
[11] Ibid. , 133.
[12] Ibid. , 134
[13] Ibid. , 134.
[14] Dodi Imanudin, Kerjasama
Guru Dan Orang Tua Di Sekolah, http://www.plbjabar.com/?inc=info_
plb_jabar&kat=artikel&id=64, di akses tanggal 31 Juli 2010.
[15] Rita Mariyana, Ali
Nugraha, Yeni Rahmawati, Pengelolaan
Lingkungan Belajar (Jakarta: Prenada Media, 2010), 153-154.
[16] Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, 130.
[17] Ibid. , 154.
[18] Darmiyati Zuchdi, Humanisasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 133.
[19] Rita Mariyana, Ali Nugraha, Yeni Rahmawati, Pengelolaan Lingkungan Belajar (Jakarta:
Prenada Media, 2010), 155.
[20] Ibid. , 155.
[21] Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah (Jakarta;
Rienika Cipta, 2003), 124.
[22] Ibid. , 155-156.
[23] W. J. S Purwadarminto, Kamus Umum
Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai pustaka, 1987), 665.
[24] Saiful Sagala, Manajemen Strategik Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan (Bandung:
ALFABETA, 2010.170.
[25] Popi Sopiatin, Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa (Cilegon: Ghalia
Indonesia, 2010),3
[26]Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama
Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), 5.
[27] Abdul Majid dan Dian
Andayani, Pendidikan Islam Berbasis
Kompetensi (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), 130.
[28] Ibid. , 130.
[29] Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2000), 14.
[30] Syaichul Hadi Permono, Antalogi Kajian Islam (
[31] Abidin
Nata, Manajemen Pendidikan (
[32] Ibid. ,
172.
No comments:
Post a Comment