BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Menyimak (Listening Group)
1.
Pengertian menyimak (listening group)
Menyimak (listening) memiliki makna mendengarkan
atau memperhatikan baik-baik apa yang dikatakan orang lain. Jelas faktor
kesengajaan dalam kegiatan menyimak cukup besar, lebih besar daripada
mendengarkan karena dalam kegiatan menyimak ada usaha memahami apa yang
disimaknya sedangkan dalam kegiatan mendengarkan tingkatan pemahaman belum
dilakukan. Dalam kegiatan menyimak bunyi bahasa yang tertangkap oleh alat
pendengar lalu diidentifakasi, dikelompokkan menjadi suku kata, kata, frase,
klausa, kalimat, dan akhirnya menjadi wacana (Sutari,dkk.1997:17).
Sedangkan
menurut (Rusel & Rusell, 1959; Andeson 1972: 69) yang dikutip oleh Tarigan,
menyinak adalah ”mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta
aopresiasi”.[1] Begitu juga Tarigan
sendiri menyatakan bahwa menyimak adalah ”suatu proses kegiatan mendengarkan
lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta
interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna
komunikasi yang tidak disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau
bahasa lisan”.[2]
Pengertian
menyimakmenurut Akhadiah adalah suatu proses yang mencakup kegiatan
memdengarkan bunyi bahasa, mengidentifakasi, menginterpretasikan, dan mereaksi
atas makna yang terkandung di dalamnya. uga pendapat lain mengatakan menyimak
adalah salah satu keterampilan yang dibutuhkan oleh seorang fasilitator.
Menyimak bukanlah hanya mendengarkan sesuatu yang “masuk kuping kiri keluar
kuping kanan” atau sebaliknya. Menyimak adalah mendengar untuk memahami apa
yang dikatakan orang lain dengan proses serius yang tidak bisa dilakukan hanya
dengan mengandalkan kebiasaan, refleks maupun insting.[3]
Menyimak
pada hakikatnya adalah mendengarkan atau memahami bahan simakan. Karena itu
dapatlah disimpulkan bahwa “tujuan utama menyimak adalah menangkap, memahami,
atau menghayati pesan, ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan.[4]
Berdasarkan
pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah mendengarkan
lambang-lambang bunyi yang dilakukan dengan sengaja dan penuh perhatian
disertai pemahaman, apresiasi, interpretasi, reaksi, dan evaluasi untuk
memperoleh pesan, informasi, menangkap isi, dan merespon makna yang terkandung
di dalamnya.
2.
Proses Menyimak
Tahap-tahap
dalam kegiatan menyimak, proses menyimak dilakukan secara bertahap. Tahap-tahap
ini sangat mempengaruhi hasil menyimak yang tujuan akhirnya adalah apakah
penyimak memahami apa yang telah disampaikan. Berikut ini adalah tahap-tahap
dalam menyimak :
a.
Tahap
mendengar, yaitu proses yang dilakukan dalam pembicaraan baru pada tahap
mendengar atau berada dalam tahap hearing.
b.
Tahap
memahami. Setelah proses mendengarkan pembicaraan yang disampaikan maka isi
pembicaraan tadi perlu untuk dimengerti atau dipahami dengan baik. Tahap ini
disebut tahap understanding.
c.
Tahap
menginterpretasi. Penyimak yang baik, cermat, dan teliti belum puas kalau hanya
mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara tetapi ada keinginan untuk
menafsirkan atau menginterpretasikan isi yang tersirat dalam ujaran, tahap ini
sudah sampai pada tahap interpreting.
d.
Tahap
mengevaluasi, yaitu merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak.
e.
Kemudian
penyimak menanggapi isi dari pembicaraan setelah menerima gagasan, ide, dan
pendapat yang disampaikan oleh pembicara.[5]
Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa di antara empat keterampilan bahasa lain seperti menulis, membaca, dan berbicara. Kegiatan menyimak berperan penting dalam pengembangan kemampuan berbahasa seseorang. Tentunya dengan proses-proses tersebut diatas.
3.
Tahap-tahap menyimak
Tahap-Tahap
dalam kegiatan menyimak, proses menyimak dilakukan secara bertahap. Tahap-tahap
ini sangat mempengaruhi hasil menyimak yang tujuan akhirnya adalah apakah si
penyimak memahami apa yang telah disampaikan. Terdapat 9 tahap menyimak yang
secara berurutan mulai dari yang tidak berketentuan sampai kepada yang amat
bersungguh-sungguh. Tahap-tahap tesebut adalah sebagai berikut :
a.
Menyimak
secara sadar yang bersifat berkala hanya terjadi pada saat-saat sang anak
merasakan keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya;
b.
Selingan-selingan
atau gangguan-gangguan yang sering terjadi sebaik dia mendengarkan secara
intensional (disengaja) tetapi yang bersifat dangkal (superficial)
c.
Setengah
mendengarkan sementara dia menunggu kesempatan untuk mengekspresikan isi
hatinya, mengutarakan apa yang terpendam dalam hatinya
d.
Penyerapan,
absorpsi, keasyikan yang nyata selama resepsi atau penangkapan pasif yang
sesungguhnya.
e.
Menyimak
sekali-sekali, menyimpan sebentar-sebentar di mana perhatian yang seksama
bergantian dengan keasyikan, dengan ide-ide yang dibawa oleh kata-kata sang
pembicara ke dalam hati dan pikiran
f.
Menyimak
asosiatif di mana pengalaman-pengalaman pribadi secara konstan diingat sehingga
si penyimak benar-benar tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang disampaikan
oleh si pembaca
g.
Reaksi
berkala terhadap pembicara dengan membuat komentar atau mengajukan pertanyaan
h.
Menyimak
secara seksama dan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran sang pembicara;
danmenyimak secara aktif mendapatkan serta menemukan pikiran dan pendapat sang
pembicara.[6]
Menyimak dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting karena dapat memperoleh informasi untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Begitu juga di sekolah, menyimak mempunyai peranan penting karena dengan menyimak siswa dapat menambah ilmu, menerima dan menghargai pendapat orang lain. Oleh sebab itu dalam pembelajaran menyimak memerlukan latihan-latihan yang intensif serta ada tahapan-tahapanya.
4.
Tujuan dan manfaat Menyimak
a. Tujuan menyimak
Kalau ada
orang bertanya: “Apa fungsi menyimak bagi Anda?” maka secara praktis kita dapat
memberi jawaban, antara lain:
1) menyimak untuk memperoleh informasi yang
ada hubungan atau sangkut-pautnya dengan pekerjaan atau profesi saya.
2) menyimak agar saya menjadi lebih efektif
dalam hubungan-hubungan antarpribadi dalam kehidupan sehari-hari di rumah, di
tempat kerja, dan dalam kehidupan masyarakat.
3) menyimak untuk mengumpulkan data agar saya
dapat membuat keputusan-keputusan yang masuk akal.
4) menyimak agar dapat memberikan responsi
yang tepat terhadap segala sesuatu yang saya dengar.[7]
Memang,
tujuan orang untuk menyimak sesuatu itu beraneka ragam, antara lain:
1) menyimak dengan tujuan utama agar dapat memperoleh
pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara; dengan perkataan lain, menyimak
untuk belajar.
2) menyimak dengan penekanan pada penikmatan
terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau diperdengarkan atau
dipergelarkan (terutama sekali dalam bidang seni); pendeknya dia menyimak untuk
menikmati keindahan audio maupun visual (audiovisual).
3) menyimak dengan maksud agar dapat menilai
apa-apa yang disimak itu (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tak
logis, dan lain-lain); singkatnya, menyimak untuk mengevaluasi.
4) menyimak agar dapat menikmati serta
menghargai apa-apa yang disimak itu (misalnya: pembaca cerita, pembacaan puisi,
musik dan lagu, dialog, diskusi panel, perdebatan); pendek kata, orang itu
menyimak untuk mengapresiasi materi simakan.
5) menyimak dengan maksud agar dapat
mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada
orang lain dengan lancar dan tepat. Banyak contoh dan ide yang dapat diperoleh
dari sang pembicara dan semua ini merupakan bahan penting untuk menunjang dalam
mengkomunikasikan ide-idenya sendiri.
6) menyimak dengan maksud dan tujuan agar
dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat; mana bunyi yang membedakan arti
(distingtif) mana bunyi yang tidak membedakan arti; biasanya ini terlihat nyata
pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran
pembicara asli (native speaker).
7) menyimak dengan maksud agar dapat
memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari sang pembicara
mungkin memperoleh banyak masukan berharga.
8) menyimak sang pembicara untuk meyakinkan
dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini diragukan; dengan
perkataan lain, dia menyimak secara persuasive.[8]
b. Manfaat Menyimak
Menurut Setiawan,
manfaat menyimak adalah sebagai berikut:
1) Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman
hidup yang berharga bagi kemanusiaan sebab menyimak memiliki nilai informatif
yaitu memberikan masukan-masukan tertentu yang menjadikan kita lebih
berpengalaman.
2) Meningkatkan intelektualitas serta
memperdalam penghayatan keilmuan dan khasanah ilmu kita.
3) Memperkaya kosakata kita, menambah
perbendaharaan ungkapan yang tepat, bermutu, dan puitis. Orang yang banyak
menyimak komunikasinya menjadi lebih lancar dan kata-kata yang digunakan
menjadi lebih variatif.
4) Memperluas wawasan, meningkatkan
penghayatan hidup, serta membina sifat terbuka dan objektif.
5) Meningkatkan kepekaan dan kepedulian
sosial.
6) Meningkatkan citra artistik jika yang kita
simak itu merupakan bahan simakan yang isinya halus dan bahasanya indah. Banyak
menyimak dapat menumbuh suburkan sikap apresiatif, sikap menghargai karya atau
pendapat orang lain dalam kehidupan serta meningkatkan selera estetis kita.
7) Menggugah kreatifitas dan semangat
mencipta kita untuk menghasilkan ujaran-ujaran dan tulisan-tulisan yang berjati
diri. Jika banyak menyimak, kita akan mendapatkan ide-ide yang cemerlang dan
segar serta pengalaman hidup yang berharga. Semua itu akan mendorong kita untuk
giat berkarya dan kreatif.[9]
Berdasarkan
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya tujuan menyimak dapat
dipandang dari berbagai segi, yaitu: Menyimak bertujuan untuk belajar,
menikmati, mengevaluasi, mengapresiasi, mengkomunikasikan ide-ide, membedakan
bunyi-bunyi, memecahkan masalah serta meyakinkan
Seperti yang diketahui bahwa tujuan menyimak adalah untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang hendak disampaikan sang pembicara melalui ujaran. Inilah yang merupakan tujuan umum.
5.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menyimak
Faktor-faktor
yang mempengaruhi dalam proses kegiatan menyimak, yaitu: (1) sikap, (2)
motivasi, (3) pribadi, (4) sistuasi kehidupan, dan (5) peranan dalam masyarakat.
Pakar lain mengemukakan hal-hal yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
menyimak: (1) pengalaman, (2) pembawaan, (3) sikap atau pendirian, (4)
motivasi, daya penggerak, prayojana, dan (5) perbedaan jenis kelamin atau seks.
Di samping
itu, ada pula pakar yang mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi menyimak,
yaitu: (1) faktor lingkungan, yang terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan
sosial, (2) faktor fisik, (3) faktor psikologis, dan (4) faktor pengalaman. Berdasarkan
ketiga sumber mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi menyimak, ketiga sumber
tersebut mempunyai perbedaan dan persamaan. Setelah dibandingkan sumber tersebut,
dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses kegiatan
menyimak adalah:
a. Faktor Fisik
Kondisi fisik seorang penyimak merupakan faktor penting yang turut menentukan keefektifan serta kualitas dalam menyimak. Misalnya, ada orang yang sukar sekali mendengar. Dalam keadaan seperti itu, mungkin saja dia terganggu atau kehilangan ide-ide pokok seluruhnya. Juga secara fisik dia berada jauh di bawah ukuran gizi yang normal, sangat lelah, serta tingkah polahnya tidak karuan. Kesehatan serta kesejahteraan fisik merupakan modal penting dalam melakukan kegiatan menyimak. Lingkungan fisik juga mempengaruhi dalam menyimak, seperti ruangan terlalu panas, lembab atau terlalu dingin, dan suara bising dapat mengganggu orang yang sedang melakukan kegiatan menyimak.
b. Faktor Psikologis
Faktor-faktor psikologis dalam
menyimak mencakup masalah-masalah: 1) prasangka dan kurangnya simpati terhadap
para pembicara dengan aneka sebab dan alasan; 2) keegosentrisan dan keasyikan
terhadap minat pribadi serta masalah pribadi; 3) kepicikan yang menyebabkan
pandangan yang kurang luas; 4) kebosanan dan kejenuhan yang menyebabkan
tiadanya perhatian sama sekali pada pokok pembicaraan; 5) sikap yang tidak
layak terhadap sekolah, terhadap guru, terhadap pokok pembicaraan, atau
terhadap sang pembicara.
c. Faktor Pengalaman
Latar belakang pengalaman
merupakan suatu faktor penting dalam menyimak. Kurangnya minat dalam menyimak
merupakan akibat dari kurangnya pengalaman dalam bidang yang akan disimak
tersebut. Sikap-sikap yang menentang dan bermusuhan timbul dari pengalaman yang
tidak menyenangkan. Misalnya, siswa tidak akan “mendengar” ide-ide yang berada
di luar jangkauan pengertian serta pemahaman mereka.
d. Faktor Sikap
Setiap orang akan cenderung
menyimak secara seksama pada topik-topik atau pokok-pokok pembicaraan yang
dapat disetujui dibanding dengan yang kurang atau tidak disetujuinya. Pada
dasarnya manusia hidup mempunyai dua sikap utama mengenai segala hal, yaitu
sikap menerima dan sikap menolak. Orang akan bersikap menerima pada hal-hal
yang menarik dan menguntungkan baginya, tetapi bersikap menolak pada hal-hal
yang tidak menarik dan tidak menguntungkan baginya.
e. Faktor Motivasi
Motivasi merupakan salah satu
butir penentu keberhasilan seseorang. Kalau motivasi kuat untuk mengerjakan
sesuatu maka dapat diharapkan orang itu akan berhasil mencapai tujuan. Dorongan
dan tekad diperlukan dalam mengerjakan segala sesuatu. Dalam mengutarakan maksud dan tujuan yang hendak
dicapai, bagi seorang guru merupakan suatu bimbingan kepada para siswa untuk
menanamkan serta memperbesar motivasi mereka untuk menyimak dengan tekun.
f.
Faktor
Jenis Kelamin
Berdasarkan beberapa
penelitian, para pakar menarik kesimpulan bahwa pria dan wanita pada umumnya
mempunyai perhatian yang berbeda, dan cara mereka memusatkan perhatian pada
sesuatu pun berbeda pula. Misalnya, menemui fakta-fakta bahwa gaya menyimak
pria pada umumnya bersifat objektif, aktif, keras hati, analitik, rasional,
keras kepala atau tidak mau mundur, menetralkan, intrusif (bersifat mengganggu),
dapat menguasai/mengendalikan emosi; sedangkan gaya menyimak wanita cenderung
lebih subjektif, pasif, ramah/simpatik, difusif (menyebar), sensitif, mudah dipengaruhi/gampang
terpengaruh, mudah mengalah, reseptif, bergantung (tidak berdikari), dan emosional.
g. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan terdiri atas
dua, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Dalam lingkungan fisik,
ruangan kelas merupakan faktor penting dalam memotivasi kegiatan menyimak,
seperti menaruh perhatian pada masalah-masalah dan sarana-sarana akustik, agar
siswa dapat mendengar dan menyimak dengan baik tanpa ketegangan dan gangguan.
Para guru harus dapat mengatur dan menata letak meja dan kursi sedemikian rupa
sehingga memungkinkan setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk
menyimak.
Lingkungan sosial juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam menyimak. Anak-anak cepat sekali merasakan suatu suasana dimana mereka didorong untuk mengekspresikan ide-ide mereka, juga cepat mengetahui bahwa sumbangan-sumbangan mereka akan dihargai. Anak-anak yang mempunyai kesempatan untuk didengarkan akan lebih sigap lagi mendengarkan apabila seseorang mempunyai kesempatan berbicara. Jadi, suasana dimana guru merencanakan pengalaman-pengalaman yang memungkinkan anak-anak dapat memanfaatkan situasi ruangan kelas untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi mereka.
h. Faktor Peranan dalam Masyarakat
Banyak berjalan banyak
dilihat; banyak disimak banyak diserap banyak pengatahuan. Kemauan menyimak
dapat dipengaruhi oleh peranan dalam masyarakat. Sebagai guru dan pendidik,
dipandang perlu untuk menyimak ceramah, kuliah atau siaran-siaran radio dan
televisi yang berhubungan dengan masalah pendidikan dan pengajaran. Sebagai
seorang mahasiswa, diharapkan dapat menyimak lebih seksama dan penuh perhatian
daripada sebagai karyawan harian pada sebuah perusahaan setempat. Jelaslah
betapa pentingnya faktor peranan dalam masyarakat bagi peningkatan menyimak.[10]
Menyimak
adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa,
mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai dan mereaksi atas makna yang
terkandung di dalamnya. Menyimak melibatkan pendengaran, penglihatan,
penghayatan, ingatan, pengertian. Bahkan situasi yang menyertai bunyi bahasa
yang disimakpun harus diperhitungkan dalam menentukan maknanya. Sehingga ada
yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menyimak.
B.
Kecakapan mendengar
Kecakapan
mendengar adalah kemampuan mendayagunakan setiap komponen untuk merespon
ransangan sesuatu atau gelombang dari luar.
Begitu juga pendapat lain
mengatakan, mendengar adalah ” kemampuan dalam merespons yang terjadi karena
adanya ransangan gelombang suara”.[11]
Hal ini
tidak jauh berbeda dengan menyimak, yang berarti adanya keterlibatan proses
mental, mulai dari proses mengidentifikasi bunyi, pemahaman dan penafsiran,
serta penyimpanan hasil pemahaman dan penafsiran bunyi yang diterima dari luar.[12]
Ada sejumlah komponen yang terlibat dalam keterampilan mendengar, antara
lain:
1) Pembedaan bunyi-bunyi bahasa. Bunyi bahasa
berbeda antara satu daerah dengan daerah lainya, walaupun sama-sama memakai
bahasa arab, yang mempengaruhi terhadap perbedaan bunyi bahasa ini salah
satunya adalah makhorijul khuruf.
2) Pengenalan kata-kata (kosakata). Seperti
mufrodat
3) Pengidentifikasian kelompok-kelompok kata
yang gramatikal. Menurut Nahwu dan Shorof atau tata bahasa.
4) Pengidentifikasian satuan-satuan pragmatis
- ekspresi dan seperangkat ujaran yang berfungsi sebagai satu kesatuan untuk
menciptakan makna.
5) Penghubungan antara penanda linguistik dan
paralinguistik (intonasi dan tekanan) dan antara penanda linguistik dan
nonlinguistik (gerakan tubuh dalam situasi tertentu) untuk membangun makna.
Maksud disini siswa harus mampu mengucapkan bahasa arab sesuai dengan intonasi
dan tekanan pengucapan kalimat-kalimat bahasa arab tersebut, siswa juga harus mampu
mengekspresikan gerakan tubuh siswa ketika berbira bahasa arab dengan tepat.
6) Penggunaan latar belakang pengetahuan (apa
yang telah diketahui tentang isi atau bahan simakan) dan konteks (apa yang
telah diujarkan) untuk memprediksi makna. Siswa harus mampu menyimpulka
terhadap apa yang didengar dari kalimat arab yang sudah disediakan.
7) Pengingatan kata-kata atau ide-ide yang
penting.[13]
Kecakapan
mendengar adalah kemampuan dalam merespons yang terjadi karena adanya ransangan
gelombang sebagai proses kegiatan mendengar lambang-lambang lisan dengan penuh
pengertian, pemahaman, dan apresiasi serta informasi, menangkap isi dan
memahami makna komunikasi yang disampiakan oleh pembicara melalui ujaran atau
bahasa lisan.
Keberhasilan
mendengar sangat bergantung pada kemampuan mengintegrasikan komponen-komponen
di atas. Oleh karena itu, keterampilan mendengar dapat juga diartikan sebagai
koordinasi komponen-komponen keterampilan, baik keterampilan mempersepsi,
menganalisis, maupun menyintesis.
C.
Bahasa Arab
- Pengertian bahasa Arab
Sebelum
membahas mengenai pentingnya Bahasa Arab untuk dipelajari, ada baiknya saya
kemukakan dahulu definisi bahasa. Menurut Wikipedia, bahasa adalah:
a. Satu sistem untuk mewakili benda,
tindakan, gagasan dan keadaan.
b. Satu peralatan yang digunakan untuk
menyampaikan konsep riil mereka ke dalam pikiran orang lain.
c. Satu kesatuan sistem makna.
d. Satu kode yang yang digunakan oleh pakar linguistik
untuk membedakan antara bentuk dan makna.
e. Satu ucapan yang menepati tata bahasa yang
telah ditetapkan (contoh Perkataan, kalimat, dan lain lain.)
f.
Satu
sistem tuturan yang akan dapat dipahami oleh masyarakat linguistik.
Agama ini
(Islam) diturunkan di jazirah Arab, dan tentu saja menggunakan bahasa Arab
sebagai bahasa komunikasinya mengenai alasan mengapa Alquran diturunkan dalam
bahasa Arab, bisa dibaca di artikel. Suka ataupun tidak suka, tidak ada jalan
kita sebagai umat Islam harus wajib mempelajari bahasa ini. Berikut
ini penjelasan mengapa kita perlu belajar bahasa Arab.
Sebagaimana
yang telah menjadi keyakinan dalam diri kita adalah bahwasanya jalan yang
memberi kita jaminan keselamatan dan kenikmatan Islam adalah satu dan tidak
berbilang-bilang, yaitu mengilmui dan mengamalkan ajaran al-Kitab (Alquran – efhape)
dan as-Sunnah sesuai dengan yang diajarkan Rosululloh dan dipahami oleh para
sahabatnya. Dalam hadits riwayat Imam Muslim disebutkan, “Aku tinggalkan
sesuatu bersama kalian, jika kamu berpegang teguh padanya, kalian tidak akan
tersesat selama-lamanya, yaitu Kitabulloh dan Sunnahku”.
Allah telah
menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa Al-Quran karena bahasa Arab adalah bahasa
terbaik yang pernah ada sebagaimana firman Alloh,
“Sesungguhnya Kami telah jadikan Al-Quran
dalam bahasa Arab supaya kalian memikirkannya.” [Yusuf: 2]
Oleh karena itu tidak perlu
diragukan lagi, memang sudah seharusnya bagi seorang muslim mencintai bahasa
Arab dan berusaha menguasainya. Hal ini ditegaskan oleh firman Alloh
Subhanahu wa Ta’ala,
“Dan sesunggunhya Al-Quran ini benar-benar
diturunkan oleh Pencipta Semesta Alam, dia dibawa turun oleh A-Ruh Al-Amin
(jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara
orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.” [Asy-Syu’aro:
192-195]
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Sesungguhnya ketika Alloh menurunkan kitab-Nya
dan menjadikan Rosul-Nya sebagai penyampai risalah (al-Kitab) dan Al-Hikmah
(As-Sunnah) serta menjadikan generasi awal agama ini berkomunikasi dengan
bahasa Arab, maka tidak ada jalan lain dalam memahami dan mengetahui ajaran
Islam kecuali dengan bahasa Arab. Oleh karena itu memahami bahasa Arab
merupakan bagian dari agama. Keterbiasaan berkomunikasi dengan bahasa Arab
mempermudah kaum muslimin memahami agama Alloh dan menegakkan syiar-syiar agama
ini, serta memudahkan dalam mencontoh generasi awal dari kaum Muhajirin dan
Anshor dalam keseluruhan perkara mereka.” (Iqtidho Shirotil Mustaqim: 162).
Beliau juga berkata, “dan sesungguhnya bahasa Arab
itu sendiri bagian dari agama dan hukum mempelajarnya adalah wajib, karena memahami Al-Kitab dan
As-Sunnah itu wajib dan keduanya tidaklah bisa dipahami kecuali dengan
mempelajari bahasa Arab. Hal ini
sesuai dengan kaidah di dalam ilmu ushul fiqh: “Apa yang tidak sempurna suatu
kewajiban kecuali dengannya maka ia hukumnya juga wajib.” [14]
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa Arab adalah bahasa agama Islam dan bahasa Al-Quran, tidak akan dapat memahami Al Kitab dan As Sunnah dengan pemahaman yang benar dan selamat kecuali dengan bahasa Arab.Menyepelekan dan menggampangkan bahasa Arab akan mengakibatkan lemah dalam memahami agama serta bodoh terhadap permasalahan agama.
- Pembelajaran bahasa Arab
Langkah-Langkah
Pembelajaran bahasa arab terdapat Langkah-langkah pembelajaran oleh
praktikan dapat dikelompokkan
menjadi tiga tahap, yaitu
tahap pembukaan, kegiatan
inti, dan penutup. Aktivitas pembelajaran pada tahap pembukaan itu meliputi, pemberian salam, presensi,
dan pemberian apresepsi.
Aktivitas
pembelajaran pada tahap kegiatan inti meliputi
pengenalan materi baru (melalui kegiatan dengar-baca),
pemahaman materi pertanyaan latihan). Sementara itu,
aktivitas pada kegiatan penutup berupa refleksi. Dalam hal ini,
praktikan meminta siswa mengungkapkan
perasaan, pendapat, dan masukannya terkait
dengan kegiatan pembelajaran yang baru saja berlangsun.
Dengan KD yang dikembangkan
oleh praktikan dalam pembelajaran
meliputi kemampuan melakukan
dialog, membaca keras teks bahasaArab, dan memahami isinya serta kemampuan
memahami kaidah bahasa Arab
(pola bentukan kata atau
pola kalimat) dan menggunakannya dalam
kalimat sederhana. Indikator pencapaian
hasil yang tercermin dalam pembelajaran hiwar meliputi
1. Kemampuan
siswa melisankan teks-teks dialog.
2. kemampuan
siswa memahami isi dialog.
3. kemampuan siswa menghafal teks-teks dialog,
dan
4. kemampuan
siswa memperagakan teks-teks dialog,
baik tanpa teks
(hafalan) maupun dengan
menggunakan buku teks.
Dengan demikian,
performansi dalam pembelajaran hiwar itu yang tergambar
dalam KD tersebut masih
bersifat tekstual. Artinya, siswa
dalam melakukan dialog masih dibatasi
oleh hafalan tekstual yang tercermin dalam
pembelajaran membaca
(termasuk kosakata) adalah:
1. Membaca teks dengan intonasi dan makhraj yang
benar.
2. Menangkap pesan dalam setiap paragraf
(menentukan ide pokok dalam
paragraf) melaluivisualisasi gambar.
3. Menghubungkan isi pesan
dalam teks yang
dipelajari dengan pesan yang
terdapat dalam teks sebelumnya.
4. Menentukan arti kosakata.
5. Menggunakan kosakata dalam konteks
kalimat.
6. Menerjemahkan kalimat
dalam teks.
7. Menentukan tema dalam
bacaan.
8. Menceritakan kembali isi teks.
9. Meringkas secara lisan isi teks dengan
bahasa Arab.
Kompetensi
dan indikator yang dikembangkan dalam pembelajaran menulis
terbimbing adalah:
1. Siswa mengenal konsep/definisi kaidah
(pola bentukan kata
dan pola bentukan kalimat)
2. Siswa
mengenal ciri-ciri dari kaidah
yang dipelajari (kaidah bentukan
kata dan bentukan kalimat).
3. Siswa membedakan dua pola bentukan kata/pola
kalimat.
4. Siswa membaca kalimat
yang berpola tertentu.
5. Siswa identifikasi pola bentukan/ kalimat dalam
teks.
6. Siswa membuat kalimat dengan
pola tertentu.
7. Siswa menulis wacana yang
diperdengarkan (dikte).
Sementara itu,
kompetensi yang dikembangkan dalam pembelajaran tata bahasa (qawa id) adalah:
1. Siswa memahami konsep
bentukan kata yang sedang
dipelajari.
2. Ssiswa
memahami proses perubahan kata
yang terdapat dalam bahasa
Arab.
3. Siswa dapat membaca bentuk kata tertentu
dengan memperhatikan vokal/harakat yang benar.
4. Siswa memahami pengaruh perubahan kata terhadap
makna kata.
5. Siswa dapat membedakan antara
bentuk kata yang satu
dengan yang lain.
6. Siswa dapat menentukan wazan (pola bentukan kata) dalam bahasa Arab.
7. Siswa
dapat mengidentifikasi bentuk kata
tertentu dalam teks.
8. siswa dapat membuat kalimat dengan menggunakan
bentuk kata tertentu.
Media pembelajaran
yang digunakan oleh praktikan dapat
dikelompokkan menjadi media elektronik da non elektronik. Media elektronik yang dimanfaatkan oleh praktikan berupa tape
recorder. Alat itu dimanfaatkan
untuk memperdengarkan lagu-lagu berbahasa Arab hasil terjemahan
dari bahasa Indonesia.
Melalui
lagu itu, kebosanan siswa dalam mengikuti pembelajaran
yang konvensional menjadi hilang.
Hal tersebut tampak
pada respon siswa dalam mengikuti alur dan
irama lagu. Bahkan, dalam waktu
yang relatif singkat, mereka
dapat melagukan teks berbahasa
Arab secara mandiri, tanpa bantuan tape recorder. Memperdengarkan lagu melalui
tape recorder itu
juga dimanfaatkan oleh praktikan
dalam pelaksanaan ujian tertulis di
kelas.
Tujuannya adalah
siswa tenang, tidak gaduh,
dan tidak mencontek dalam ujian. Lagu diperdengarkan secara lirih tanpa harus
mengganggu konsentrasi siswa. Media non elektronik merupakan media yang
paling sering digunakan oleh praktikan dalam pembelajaran
bahasa Arab. Media non elektronik
yang digunakan berupagambar berseri berwarna, kartu kata,
kartu kalimat, dan bagan pola bentukan
kata. Gambar berseri digunakan untuk memvisualisasikan cerita yang terdapat dalam teks bacaan). Melalui gambar berseri,
guru bersama siswa mencoba
memahami isi teks tanpa
harus menerjemahkan kata perkata
maupun kalimat perkalimat, melainkan mereka
mencoba menangkap pesan yang
terdapat dalam teks.
Sementara itu, kart kata digunakan oleh praktikan
sebagai salah satu
cara untuk mengenalkan arti kata, penggunaan kata dalam kalimat. Kartu kalimat digunakan untuk
kegiatan hiwar (dialog). Kartu
itu berisikan pertanyaan yang ditempelkan dibawah gambar
dan siswa diminta merespon pertanyaan
tersebut melalui bantuan gambar.
Penilaian
yang dilakukan oleh praktikan dalam pembelajaran bahasa Arab ditempuh dengan
dua cara, yaitu penilaian saat pembelajaran
berlangsung (penilaian berbasis kelas) dan penilaian hasil. Penilaian
berbasis kelas tercermin pada kegiatan praktikan memberikan
tanda chek (v) pada lembar penilaian terhadap
respon atau jawaban siswa atas stimulus praktikan dan lebih bersifat
kualitatif. Sementara itu, penilaian hasil dilakukan secara tertulis per KD. Aspek
yang diteskan meliputi keterampilan berbicara
(hiwar), membaca, menulis terbimbing,
dan qawaid.[15] Tentunya pembelajaran
menyimak dibutuhkan dalam pembelajaran bahasa arab.
D.
Pengaruh Listening Group Terhadap Kecakapan Mendengar Dalam Pembelajaran Bahasa Arab.
Setelah
memperhatikan beberapa penjelasan mengenai pengertian Listening Group, proses
menyimak, tahap-tahap menyimak dan faktor-faktor menyimak. Kemudian pengertian
kecakapan mendengar, serta pembelajaran Bahasa Arab. Maka selanjutnya akan
dijelaskan mengenai pengaruh listening group terhadap kecakapan mendengar dalam
pembelajaran bahasa Arab.
Dimaksud pengaruh listening group terhadap kecakapan
mendengar dalam pembelajaran bahasa Arab adalah suatu proses kegiatan
mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman,
apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta
memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh sang pembicara melalui
ujaran atau bahasa lisan dalam pembelajaran bahasa arab.
Salah satu
prinsip linguistik menyatakan bahwa bahasa itu pertama-tama adalah ujaran,
yakni bunyi-bunyi bahasa yang diucapkan dan bisa didengar. Atas dasar itulah
beberapa ahli pengajaran bahasa menetapkansatu prinsip bahwa pengajaran bahasa
harus dimulai dengan mengajarkan aspek-aspek pendengaran dan pengucapan sebelum
membaca dan menulis.
Dengan
demikian, menyimak merupakan satu pengalaman belajar yang amat penting bagi
para siswa dan seyogyanya mendapat perhatian sungguh-sungguh dari pengajar.Implikasinya
dalam pelaksanaan pengajaran ialah bahwa guru hendaknya memulai pelajarannya
dengan memperdengarkan (sebaiknya secara spontan, tidak dengan membaca)
ujaran-ujaran bahasa Arab baik berupa kata-kata maupun kalimat,
setidak-tidaknya ketika guru memperkenalkan kata-kata baru, ungkapan-ungkapan
baru, atau pola kalimat baru.
Manfaat dan
aktifitas ini ialah untuk membiasakan murid mendengar ujaran dan mengenal
dengan baik tata bunyi bahasa Arab, disamping dapat menciptakan kondisi belajar
penuh gairah dan menumbuhkan motivasi dalam diri murid. Hal ini sengaja
ditekankan di sini, karena berdasar pengamatan, banyak di antara guru bahasa
Arab yang cenderung mengajak murid-muridnya membaca buku teks sejak awal
pelajaran.
Adapun
langkah-langkah yang bisa dilakuakn untuk proses pembelajan menyimak adalah:
1. Membuka pembelajaran menyimak, dalam
pembukaan ini menyamoaikan pentingnya menyimak dan menjalaskan karakter materi
yang akan diasampaikan. Tidak lupa pula tujuan pembelajaran
2. Menyampaikan materi dengan memakai metode
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
3. Memberi esempayan kepada siswa untuk
memahami materi yang relah didengarkan
4. Mendiskusikan materi yang telah
didengarkan dan diakhiri dengan menyampaikan peranyaan-pertanyaan.
5. Menyurh membuat ringkasan atau kesimpulan
atas materi yang telah diajarkan.
6. Mengevaluasi dengan cara memberikan
pertanyaan siswa dengan lepertanyaan lebih mendalam.
Juga hal
yang harus diperhatikan dalam menyimak.Di bawah ini adalah dua pendapat para
ahli tentang ciri penyimak yang baik.
1. Sikap objektif,adalah pandangan penyimak terhadap bahan simakan. Jika bahan simakan itu baik, ia akan
menyatakan baik, demikian pula sebaliknya. Penyimak sebaiknya tidak mudah
terpengruh oleh hal-hal di luar kegiatan menyimak, seperti pribadi pembicara,
ruang, suasana, sarana, dan prasarana.
2. Sikap kooperatif. Sikap kooperatif
adalah sikap penyimak yang siap bekerjasama dengan pembicara untuk keberhasilan
komunikasi tersebut. Sikap yang bermusuhan atau bertentangan dengan pembicara
akan menimbulkan kegagalan dalam menyimak. Jika hal itu terjadi, maka penyimak
akan mendapatkan pesan dari pembicara. Sikap yang baik adalah sikap berkooperatif
dengan pembicara.
Belajar
merupakan suatu kegiatan aktif siswa dalam membangun pemahaman terhadap suatu
konsep. Pembelajaran merupakan suatu interaksi antara pembelajar, pengajar, dan
bahan ajar. Ketercapaian tujuan pembelajaran merupakan suatu keberhasilan dalam
menyelenggarakan suatu pendidikan.Agar tercapai tujuan pembelajaran, perlu
dicari langkah-langkah yang dapat diterima, baik oleh pengajar maupun oleh
pembelajar.
Salah satu
cara itu adalah diterapkannya metode belajar mengajar yang menyenangkan,
terarah, dan dapat dilaksanakan dengan tidak mengurangi esensi pembelajaran. Dalam
pembelajaran menyimak, harus dipilih bahan yang baik dan menarik agar siswa
tidak merasa bosan dan enggan terhadap materi yang diberikan. Untuk itu, guru
harus mempertimbangkan dan memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan bahan
yang akan digunakan dalam pembelajaran.
Dalam
setiap pembelajaran tentunya tidak lepas dari media yang digunakan untuk proses
pembelajaran. Adapun media dalam proses pembelajaran menyimak
adalah sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar. Media tersebut berupa
(1) alat audio (alat dengar) yaitu radio, dan tape recorder, (2) alat visual
(alat pandang) yaitu gambar, kartu kata/flash card, buku teks, dan LKS, dan (3)
alat audio visual (alat dengar pandang) televisi, dan komputer. Penggunaan
media oleh guru bidang studi untuk siswa kelas I MTsN Malang III bertujuan
untuk mempermudah guru dalam menyampaikan materi sekaligus bertujuan untuk
mempermudah siswa dalam memahami materi dan meningkatkan motivasi siswa dalam
belajar.
Sedangkan
teknik evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Arab adalah dengan bebagai bentuk tes berupa tes tertulis dan tes
praktik dengan karakteristik sebagai berikut :
1. Tes tertulis
Tes tertulis
berbentuk soal pilihan ganda, isian dan uraian. Acuan yang digunakan dalam
menyusun tes adalah kurikulum 1994 dan standar kompetensi lulusan.
Materi yang diujikan untuk mengukur kompetensi
tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Pemahaman kata,
kalimat/paragraf sederhana, wacana dengan huruf hijaiyah.
b. Pemahaman menemukan berbagai
informasi dari teks lisan.
c. Pemahaman mengungkapkan
informasi, pendapat, perasaan secara tertulis
2. Tes Praktik
a. Tes mendengarkan
Tes mendengarkan
dilakukan untuk menilai kemampuan siswa dalam memahami kata, kalimat dan
paragraph serta mengungkapkan isi berbagai bentuk teks lisan.
b. Tes Berbicara
Tes berbicara
dilaksanakan untuk menilai kemampuan siswa dalam melakukan kegiatan percakapan
dalam berbagai bentuk konteks.
c. Tes membaca
Tes membaca
dilaksanakan untuk menilai kemampuan siswa dalam memahami teks dan menemukan
berbagai informasi, gagasan, pendapat dalam berbagai bentuk konteks
d.
Tes menulis
Tes menulis
dilaksanakan untuk menilai kemampuan siswa dalam mengungkapkan gagasan, pendapat,
dan perasaan dalam berbagai bentuk konteks dengan menggunakan kata dan frase dalam
kalimat sederhana, dengan struktur yang benar.
Mungkin
dalam kegiatan menyimak dapat dikatakan sebagai kegiatan menyimak atau
mendengarkan dengan sempurna, tetapi belum tentu memahami maknanya. Oleh karena
menyimak makna merupakan suatu keterampilan penting untuk dikembangkan,
haruslah disadari benar-benar isi yang terkandung sebenarnya dari pesan
tersebut dan berada dalam jangkauan intlektual dan kedewasaan siswa.
Untuk
itu, dalam pembelajaran menyimak, harus dipilih bahan yang baik dan menarik
agar siswa tidak merasa bosan dan enggan terhadap materi yang diberikan. Untuk
itu, guru harus mempertimbangkan dan memperhatikan hal-hal yang berhubungan
dengan bahan yang akan digunakan dalam pembelajaran.
Dengan
beberapa penjelasan tersebut diatas, yang dimaksud pengaruh listening group
terhadap kemampuan mendengar dalam pembelajaran bahasa Arab adalah kegiatan
pembelajaran dengan cara menangkap, memahami, atau menghayati pesan, ide,
gagasan yang tersirat dalam bahan simakan yang terdapat dalam materi bahasa
Arab dengan kaidah-kaidah tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
[1] Henri Guntur Tarigan, Menyimak
Sebagai Ketrampilan Berbahasa ( Bandung: Angkasa, 2008), 30.
[2] Ibid. , 31.
[3] Adnan, Menyimak (http://jejakkelana.
wordpress.com) diakses 30 April 2010
[4] Henri Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Ketrampilan Berbahasa (
Bandung: Angkasa, 2008), 30-31.
[5]Henri Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Ketrampilan Berbahasa (
Bandung: Angkasa, 2008), 63.
[6] Ibid, 31-32.
[7] Henri Guntur Tarigan, Menyimak
Sebagai Ketrampilan Berbahasa ( Bandung: Angkasa, 2008), 59-60.
[8]Ibid. , 60-61
[9] Palangikleang, Pengertian dan dan fungsi (http://kleang.blogspot.com/2010/02/pengertian-defini si-dan-fungsi.html) Diakses 30 April 2010
[10] Henri Guntur Tarigan, Menyimak
Sebagai Ketrampilan Berbahasa ( Bandung: Angkasa, 2008), 104-113
[11] Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mepengaruhinya, (Jakarta: Reinika
Cipta, 2010), 107.
[12] Arono,
Pentingnya Keterampilan Menyimak, Bagi
Mahasiswa Sebagai Calon Guru: Sebuah Ti njauan Pendekatan Kontekstual Dalam
Pembelajaran Bahasa, http://unib.ac.id/blog/dank_aron/
diakses 10 nov 2009
[13] Rost, M. Terj. Iim Rahmania. Listening in Language Learning, (Longman,
London, 1990), 6.
[14] ___________, Pentinya Bahasa Arab (
http://zuhud.wordpress.com/2007/10/01/pentingnya-bahasa-arab.) Lembaga
Bimbingan Islam Al-Atsary,
[15]
Moh. AininPembelajaran
Bahasa Arab Berbasis Kompetensi DanKontesktual, http//www. orizo
shelpr.org/contextual/hlm/ diakses tanggal 15 Desember. 2005.
No comments:
Post a Comment