Friday, June 19, 2020

BAB II KAJIAN TEORI SKRIPSI : PENGARUH LISTENING GROUP TERHADAP KECAKAPAN MENDENGAR DALAM PEMEBLAJARAN BAHASA ARAB

BAB II

LANDASAN TEORI

 

A.    Menyimak (Listening Group)

1.      Pengertian menyimak (listening group)

Menyimak (listening) memiliki makna mendengarkan atau memperhatikan baik-baik apa yang dikatakan orang lain. Jelas faktor kesengajaan dalam kegiatan menyimak cukup besar, lebih besar daripada mendengarkan karena dalam kegiatan menyimak ada usaha memahami apa yang disimaknya sedangkan dalam kegiatan mendengarkan tingkatan pemahaman belum dilakukan. Dalam kegiatan menyimak bunyi bahasa yang tertangkap oleh alat pendengar lalu diidentifakasi, dikelompokkan menjadi suku kata, kata, frase, klausa, kalimat, dan akhirnya menjadi wacana (Sutari,dkk.1997:17).

Sedangkan menurut (Rusel & Rusell, 1959; Andeson 1972: 69) yang dikutip oleh Tarigan, menyinak adalah ”mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta aopresiasi”.[1] Begitu juga Tarigan sendiri menyatakan bahwa menyimak adalah ”suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan”.[2]

Pengertian menyimakmenurut Akhadiah adalah suatu proses yang mencakup kegiatan memdengarkan bunyi bahasa, mengidentifakasi, menginterpretasikan, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. uga pendapat lain mengatakan menyimak adalah salah satu keterampilan yang dibutuhkan oleh seorang fasilitator. Menyimak bukanlah hanya mendengarkan sesuatu yang “masuk kuping kiri keluar kuping kanan” atau sebaliknya. Menyimak adalah mendengar untuk memahami apa yang dikatakan orang lain dengan proses serius yang tidak bisa dilakukan hanya dengan mengandalkan kebiasaan, refleks maupun insting.[3]

Menyimak pada hakikatnya adalah mendengarkan atau memahami bahan simakan. Karena itu dapatlah disimpulkan bahwa “tujuan utama menyimak adalah menangkap, memahami, atau menghayati pesan, ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan.[4]

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah mendengarkan lambang-lambang bunyi yang dilakukan dengan sengaja dan penuh perhatian disertai pemahaman, apresiasi, interpretasi, reaksi, dan evaluasi untuk memperoleh pesan, informasi, menangkap isi, dan merespon makna yang terkandung di dalamnya.

2.      Proses Menyimak

Tahap-tahap dalam kegiatan menyimak, proses menyimak dilakukan secara bertahap. Tahap-tahap ini sangat mempengaruhi hasil menyimak yang tujuan akhirnya adalah apakah penyimak memahami apa yang telah disampaikan. Berikut ini adalah tahap-tahap dalam menyimak :

a.      Tahap mendengar, yaitu proses yang dilakukan dalam pembicaraan baru pada tahap mendengar atau berada dalam tahap hearing.

b.      Tahap memahami. Setelah proses mendengarkan pembicaraan yang disampaikan maka isi pembicaraan tadi perlu untuk dimengerti atau dipahami dengan baik. Tahap ini disebut tahap understanding.

c.       Tahap menginterpretasi. Penyimak yang baik, cermat, dan teliti belum puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara tetapi ada keinginan untuk menafsirkan atau menginterpretasikan isi yang tersirat dalam ujaran, tahap ini sudah sampai pada tahap interpreting.

d.      Tahap mengevaluasi, yaitu merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak.

e.       Kemudian penyimak menanggapi isi dari pembicaraan setelah menerima gagasan, ide, dan pendapat yang disampaikan oleh pembicara.[5]



Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa di antara empat keterampilan bahasa lain seperti menulis, membaca, dan berbicara. Kegiatan menyimak berperan penting dalam pengembangan kemampuan berbahasa seseorang. Tentunya dengan proses-proses tersebut diatas.

3.      Tahap-tahap menyimak

Tahap-Tahap dalam kegiatan menyimak, proses menyimak dilakukan secara bertahap. Tahap-tahap ini sangat mempengaruhi hasil menyimak yang tujuan akhirnya adalah apakah si penyimak memahami apa yang telah disampaikan. Terdapat 9 tahap menyimak yang secara berurutan mulai dari yang tidak berketentuan sampai kepada yang amat bersungguh-sungguh. Tahap-tahap tesebut adalah sebagai berikut :

a.             Menyimak secara sadar yang bersifat berkala hanya terjadi pada saat-saat sang anak merasakan keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya;

b.            Selingan-selingan atau gangguan-gangguan yang sering terjadi sebaik dia mendengarkan secara intensional (disengaja) tetapi yang bersifat dangkal (superficial)

c.             Setengah mendengarkan sementara dia menunggu kesempatan untuk mengekspresikan isi hatinya, mengutarakan apa yang terpendam dalam hatinya

d.            Penyerapan, absorpsi, keasyikan yang nyata selama resepsi atau penangkapan pasif yang sesungguhnya.

e.             Menyimak sekali-sekali, menyimpan sebentar-sebentar di mana perhatian yang seksama bergantian dengan keasyikan, dengan ide-ide yang dibawa oleh kata-kata sang pembicara ke dalam hati dan pikiran

f.              Menyimak asosiatif di mana pengalaman-pengalaman pribadi secara konstan diingat sehingga si penyimak benar-benar tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang disampaikan oleh si pembaca

g.            Reaksi berkala terhadap pembicara dengan membuat komentar atau mengajukan pertanyaan

h.            Menyimak secara seksama dan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran sang pembicara; danmenyimak secara aktif mendapatkan serta menemukan pikiran dan pendapat sang pembicara.[6]

Menyimak dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting karena dapat memperoleh informasi untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Begitu juga di sekolah, menyimak mempunyai peranan penting karena dengan menyimak siswa dapat menambah ilmu, menerima dan menghargai pendapat orang lain. Oleh sebab itu dalam pembelajaran menyimak memerlukan latihan-latihan yang intensif serta ada tahapan-tahapanya.

4.      Tujuan dan manfaat Menyimak

a.      Tujuan menyimak

Kalau ada orang bertanya: “Apa fungsi menyimak bagi Anda?” maka secara praktis kita dapat memberi jawaban, antara lain:

1)      menyimak untuk memperoleh informasi yang ada hubungan atau sangkut-pautnya dengan pekerjaan atau profesi saya.

2)      menyimak agar saya menjadi lebih efektif dalam hubungan-hubungan antarpribadi dalam kehidupan sehari-hari di rumah, di tempat kerja, dan dalam kehidupan masyarakat.

3)      menyimak untuk mengumpulkan data agar saya dapat membuat keputusan-keputusan yang masuk akal.

4)      menyimak agar dapat memberikan responsi yang tepat terhadap segala sesuatu yang saya dengar.[7]

Memang, tujuan orang untuk menyimak sesuatu itu beraneka ragam, antara lain:

1)      menyimak dengan tujuan utama agar dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara; dengan perkataan lain, menyimak untuk belajar.

2)      menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau diperdengarkan atau dipergelarkan (terutama sekali dalam bidang seni); pendeknya dia menyimak untuk menikmati keindahan audio maupun visual (audiovisual).

3)      menyimak dengan maksud agar dapat menilai apa-apa yang disimak itu (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tak logis, dan lain-lain); singkatnya, menyimak untuk mengevaluasi.

4)      menyimak agar dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimak itu (misalnya: pembaca cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, perdebatan); pendek kata, orang itu menyimak untuk mengapresiasi materi simakan.

5)      menyimak dengan maksud agar dapat mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat. Banyak contoh dan ide yang dapat diperoleh dari sang pembicara dan semua ini merupakan bahan penting untuk menunjang dalam mengkomunikasikan ide-idenya sendiri.

6)      menyimak dengan maksud dan tujuan agar dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat; mana bunyi yang membedakan arti (distingtif) mana bunyi yang tidak membedakan arti; biasanya ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicara asli (native speaker).

7)      menyimak dengan maksud agar dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari sang pembicara mungkin memperoleh banyak masukan berharga.

8)      menyimak sang pembicara untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini diragukan; dengan perkataan lain, dia menyimak secara persuasive.[8]

b.      Manfaat Menyimak

Menurut Setiawan, manfaat menyimak adalah sebagai berikut:

1)      Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup yang berharga bagi kemanusiaan sebab menyimak memiliki nilai informatif yaitu memberikan masukan-masukan tertentu yang menjadikan kita lebih berpengalaman.

2)      Meningkatkan intelektualitas serta memperdalam penghayatan keilmuan dan khasanah ilmu kita.

3)      Memperkaya kosakata kita, menambah perbendaharaan ungkapan yang tepat, bermutu, dan puitis. Orang yang banyak menyimak komunikasinya menjadi lebih lancar dan kata-kata yang digunakan menjadi lebih variatif.

4)      Memperluas wawasan, meningkatkan penghayatan hidup, serta membina sifat terbuka dan objektif.

5)      Meningkatkan kepekaan dan kepedulian sosial.

6)      Meningkatkan citra artistik jika yang kita simak itu merupakan bahan simakan yang isinya halus dan bahasanya indah. Banyak menyimak dapat menumbuh suburkan sikap apresiatif, sikap menghargai karya atau pendapat orang lain dalam kehidupan serta meningkatkan selera estetis kita.

7)      Menggugah kreatifitas dan semangat mencipta kita untuk menghasilkan ujaran-ujaran dan tulisan-tulisan yang berjati diri. Jika banyak menyimak, kita akan mendapatkan ide-ide yang cemerlang dan segar serta pengalaman hidup yang berharga. Semua itu akan mendorong kita untuk giat berkarya dan kreatif.[9]

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya tujuan menyimak dapat dipandang dari berbagai segi, yaitu: Menyimak bertujuan untuk belajar, menikmati, mengevaluasi, mengapresiasi, mengkomunikasikan ide-ide, membedakan bunyi-bunyi, memecahkan masalah serta meyakinkan

Seperti yang diketahui bahwa tujuan menyimak adalah untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang hendak disampaikan sang pembicara melalui ujaran. Inilah yang merupakan tujuan umum.

5.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menyimak

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses kegiatan menyimak, yaitu: (1) sikap, (2) motivasi, (3) pribadi, (4) sistuasi kehidupan, dan (5) peranan dalam masyarakat. Pakar lain mengemukakan hal-hal yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi menyimak: (1) pengalaman, (2) pembawaan, (3) sikap atau pendirian, (4) motivasi, daya penggerak, prayojana, dan (5) perbedaan jenis kelamin atau seks.

Di samping itu, ada pula pakar yang mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi menyimak, yaitu: (1) faktor lingkungan, yang terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial, (2) faktor fisik, (3) faktor psikologis, dan (4) faktor pengalaman. Berdasarkan ketiga sumber mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi menyimak, ketiga sumber tersebut mempunyai perbedaan dan persamaan. Setelah dibandingkan sumber tersebut, dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses kegiatan menyimak adalah:

a.       Faktor Fisik

Kondisi fisik seorang penyimak merupakan faktor penting yang turut menentukan keefektifan serta kualitas dalam menyimak. Misalnya, ada orang yang sukar sekali mendengar. Dalam keadaan seperti itu, mungkin saja dia terganggu atau kehilangan ide-ide pokok seluruhnya. Juga secara fisik dia berada jauh di bawah ukuran gizi yang normal, sangat lelah, serta tingkah polahnya tidak karuan. Kesehatan serta kesejahteraan fisik merupakan modal penting dalam melakukan kegiatan menyimak. Lingkungan fisik juga mempengaruhi dalam menyimak, seperti ruangan terlalu panas, lembab atau terlalu dingin, dan suara bising dapat mengganggu orang yang sedang melakukan kegiatan menyimak.

b.      Faktor Psikologis

Faktor-faktor psikologis dalam menyimak mencakup masalah-masalah: 1) prasangka dan kurangnya simpati terhadap para pembicara dengan aneka sebab dan alasan; 2) keegosentrisan dan keasyikan terhadap minat pribadi serta masalah pribadi; 3) kepicikan yang menyebabkan pandangan yang kurang luas; 4) kebosanan dan kejenuhan yang menyebabkan tiadanya perhatian sama sekali pada pokok pembicaraan; 5) sikap yang tidak layak terhadap sekolah, terhadap guru, terhadap pokok pembicaraan, atau terhadap sang pembicara.

c.       Faktor Pengalaman

Latar belakang pengalaman merupakan suatu faktor penting dalam menyimak. Kurangnya minat dalam menyimak merupakan akibat dari kurangnya pengalaman dalam bidang yang akan disimak tersebut. Sikap-sikap yang menentang dan bermusuhan timbul dari pengalaman yang tidak menyenangkan. Misalnya, siswa tidak akan “mendengar” ide-ide yang berada di luar jangkauan pengertian serta pemahaman mereka.

d.      Faktor Sikap

Setiap orang akan cenderung menyimak secara seksama pada topik-topik atau pokok-pokok pembicaraan yang dapat disetujui dibanding dengan yang kurang atau tidak disetujuinya. Pada dasarnya manusia hidup mempunyai dua sikap utama mengenai segala hal, yaitu sikap menerima dan sikap menolak. Orang akan bersikap menerima pada hal-hal yang menarik dan menguntungkan baginya, tetapi bersikap menolak pada hal-hal yang tidak menarik dan tidak menguntungkan baginya.

e.       Faktor Motivasi

Motivasi merupakan salah satu butir penentu keberhasilan seseorang. Kalau motivasi kuat untuk mengerjakan sesuatu maka dapat diharapkan orang itu akan berhasil mencapai tujuan. Dorongan dan tekad diperlukan dalam mengerjakan segala sesuatu. Dalam mengutarakan maksud dan tujuan yang hendak dicapai, bagi seorang guru merupakan suatu bimbingan kepada para siswa untuk menanamkan serta memperbesar motivasi mereka untuk menyimak dengan tekun.

f.        Faktor Jenis Kelamin

Berdasarkan beberapa penelitian, para pakar menarik kesimpulan bahwa pria dan wanita pada umumnya mempunyai perhatian yang berbeda, dan cara mereka memusatkan perhatian pada sesuatu pun berbeda pula. Misalnya, menemui fakta-fakta bahwa gaya menyimak pria pada umumnya bersifat objektif, aktif, keras hati, analitik, rasional, keras kepala atau tidak mau mundur, menetralkan, intrusif (bersifat mengganggu), dapat menguasai/mengendalikan emosi; sedangkan gaya menyimak wanita cenderung lebih subjektif, pasif, ramah/simpatik, difusif (menyebar), sensitif, mudah dipengaruhi/gampang terpengaruh, mudah mengalah, reseptif, bergantung (tidak berdikari), dan emosional.

g.      Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan terdiri atas dua, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Dalam lingkungan fisik, ruangan kelas merupakan faktor penting dalam memotivasi kegiatan menyimak, seperti menaruh perhatian pada masalah-masalah dan sarana-sarana akustik, agar siswa dapat mendengar dan menyimak dengan baik tanpa ketegangan dan gangguan. Para guru harus dapat mengatur dan menata letak meja dan kursi sedemikian rupa sehingga memungkinkan setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk menyimak.

Lingkungan sosial juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam menyimak. Anak-anak cepat sekali merasakan suatu suasana dimana mereka didorong untuk mengekspresikan ide-ide mereka, juga cepat mengetahui bahwa sumbangan-sumbangan mereka akan dihargai. Anak-anak yang mempunyai kesempatan untuk didengarkan akan lebih sigap lagi mendengarkan apabila seseorang mempunyai kesempatan berbicara. Jadi, suasana dimana guru merencanakan pengalaman-pengalaman yang memungkinkan anak-anak dapat memanfaatkan situasi ruangan kelas untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi mereka.

h.      Faktor Peranan dalam Masyarakat

Banyak berjalan banyak dilihat; banyak disimak banyak diserap banyak pengatahuan. Kemauan menyimak dapat dipengaruhi oleh peranan dalam masyarakat. Sebagai guru dan pendidik, dipandang perlu untuk menyimak ceramah, kuliah atau siaran-siaran radio dan televisi yang berhubungan dengan masalah pendidikan dan pengajaran. Sebagai seorang mahasiswa, diharapkan dapat menyimak lebih seksama dan penuh perhatian daripada sebagai karyawan harian pada sebuah perusahaan setempat. Jelaslah betapa pentingnya faktor peranan dalam masyarakat bagi peningkatan menyimak.[10]

Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. Menyimak melibatkan pendengaran, penglihatan, penghayatan, ingatan, pengertian. Bahkan situasi yang menyertai bunyi bahasa yang disimakpun harus diperhitungkan dalam menentukan maknanya. Sehingga ada yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menyimak.

 

B.     Kecakapan mendengar

Kecakapan mendengar adalah kemampuan mendayagunakan setiap komponen untuk merespon ransangan sesuatu atau gelombang dari luar.

Begitu juga pendapat lain mengatakan, mendengar adalah ” kemampuan dalam merespons yang terjadi karena adanya ransangan gelombang suara”.[11]

Hal ini tidak jauh berbeda dengan menyimak, yang berarti adanya keterlibatan proses mental, mulai dari proses mengidentifikasi bunyi, pemahaman dan penafsiran, serta penyimpanan hasil pemahaman dan penafsiran bunyi yang diterima dari luar.[12]

Ada sejumlah komponen yang terlibat dalam keterampilan mendengar, antara lain:

1)       Pembedaan bunyi-bunyi bahasa. Bunyi bahasa berbeda antara satu daerah dengan daerah lainya, walaupun sama-sama memakai bahasa arab, yang mempengaruhi terhadap perbedaan bunyi bahasa ini salah satunya adalah makhorijul khuruf.

2)      Pengenalan kata-kata (kosakata). Seperti mufrodat

3)      Pengidentifikasian kelompok-kelompok kata yang gramatikal. Menurut Nahwu dan Shorof atau tata bahasa.

4)      Pengidentifikasian satuan-satuan pragmatis - ekspresi dan seperangkat ujaran yang berfungsi sebagai satu kesatuan untuk menciptakan makna.

5)      Penghubungan antara penanda linguistik dan paralinguistik (intonasi dan tekanan) dan antara penanda linguistik dan nonlinguistik (gerakan tubuh dalam situasi tertentu) untuk membangun makna. Maksud disini siswa harus mampu mengucapkan bahasa arab sesuai dengan intonasi dan tekanan pengucapan kalimat-kalimat bahasa  arab tersebut, siswa juga harus mampu mengekspresikan gerakan tubuh siswa ketika berbira bahasa arab dengan tepat.

6)      Penggunaan latar belakang pengetahuan (apa yang telah diketahui tentang isi atau bahan simakan) dan konteks (apa yang telah diujarkan) untuk memprediksi makna. Siswa harus mampu menyimpulka terhadap apa yang didengar dari kalimat arab yang sudah disediakan.

7)      Pengingatan kata-kata atau ide-ide yang penting.[13]

Kecakapan mendengar adalah kemampuan dalam merespons yang terjadi karena adanya ransangan gelombang sebagai proses kegiatan mendengar lambang-lambang lisan dengan penuh pengertian, pemahaman, dan apresiasi serta informasi, menangkap isi dan memahami makna komunikasi yang disampiakan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.

Keberhasilan mendengar sangat bergantung pada kemampuan mengintegrasikan komponen-komponen di atas. Oleh karena itu, keterampilan mendengar dapat juga diartikan sebagai koordinasi komponen-komponen keterampilan, baik keterampilan mempersepsi, menganalisis, maupun menyintesis.

 

 

C.    Bahasa Arab

  1. Pengertian bahasa Arab

Sebelum membahas mengenai pentingnya Bahasa Arab untuk dipelajari, ada baiknya saya kemukakan dahulu definisi bahasa. Menurut Wikipedia, bahasa adalah:

a.       Satu sistem untuk mewakili benda, tindakan, gagasan dan keadaan.

b.      Satu peralatan yang digunakan untuk menyampaikan konsep riil mereka ke dalam pikiran orang lain.

c.       Satu kesatuan sistem makna.

d.      Satu kode yang yang digunakan oleh pakar linguistik untuk membedakan antara bentuk dan makna.

e.       Satu ucapan yang menepati tata bahasa yang telah ditetapkan (contoh Perkataan, kalimat, dan lain lain.)

f.        Satu sistem tuturan yang akan dapat dipahami oleh masyarakat linguistik.

Agama ini (Islam) diturunkan di jazirah Arab, dan tentu saja menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa komunikasinya mengenai alasan mengapa Alquran diturunkan dalam bahasa Arab, bisa dibaca di artikel. Suka ataupun tidak suka, tidak ada jalan kita sebagai umat Islam harus wajib mempelajari bahasa ini. Berikut ini penjelasan mengapa kita perlu belajar bahasa Arab.

Sebagaimana yang telah menjadi keyakinan dalam diri kita adalah bahwasanya jalan yang memberi kita jaminan keselamatan dan kenikmatan Islam adalah satu dan tidak berbilang-bilang, yaitu mengilmui dan mengamalkan ajaran al-Kitab (Alquran – efhape) dan as-Sunnah sesuai dengan yang diajarkan Rosululloh dan dipahami oleh para sahabatnya. Dalam hadits riwayat Imam Muslim disebutkan, “Aku tinggalkan sesuatu bersama kalian, jika kamu berpegang teguh padanya, kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu Kitabulloh dan Sunnahku”.

Allah telah menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa Al-Quran karena bahasa Arab adalah bahasa terbaik yang pernah ada sebagaimana firman Alloh,

Sesungguhnya Kami telah jadikan Al-Quran dalam bahasa Arab supaya kalian memikirkannya.[Yusuf: 2]

 

Oleh karena itu tidak perlu diragukan lagi, memang sudah seharusnya bagi seorang muslim mencintai bahasa Arab dan berusaha menguasainya. Hal ini ditegaskan oleh firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala,

Dan sesunggunhya Al-Quran ini benar-benar diturunkan oleh Pencipta Semesta Alam, dia dibawa turun oleh A-Ruh Al-Amin (jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.[Asy-Syu’aro: 192-195]

 

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Sesungguhnya ketika Alloh menurunkan kitab-Nya dan menjadikan Rosul-Nya sebagai penyampai risalah (al-Kitab) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta menjadikan generasi awal agama ini berkomunikasi dengan bahasa Arab, maka tidak ada jalan lain dalam memahami dan mengetahui ajaran Islam kecuali dengan bahasa Arab. Oleh karena itu memahami bahasa Arab merupakan bagian dari agama. Keterbiasaan berkomunikasi dengan bahasa Arab mempermudah kaum muslimin memahami agama Alloh dan menegakkan syiar-syiar agama ini, serta memudahkan dalam mencontoh generasi awal dari kaum Muhajirin dan Anshor dalam keseluruhan perkara mereka.” (Iqtidho Shirotil Mustaqim: 162).

Beliau juga berkata, “dan sesungguhnya bahasa Arab itu sendiri bagian dari agama dan hukum mempelajarnya adalah wajib, karena memahami Al-Kitab dan As-Sunnah itu wajib dan keduanya tidaklah bisa dipahami kecuali dengan mempelajari bahasa Arab. Hal ini sesuai dengan kaidah di dalam ilmu ushul fiqh: “Apa yang tidak sempurna suatu kewajiban kecuali dengannya maka ia hukumnya juga wajib.” [14]

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa Arab adalah bahasa agama Islam dan bahasa Al-Quran, tidak akan dapat memahami Al Kitab dan As Sunnah dengan pemahaman yang benar dan selamat kecuali dengan bahasa Arab.Menyepelekan dan menggampangkan bahasa Arab akan mengakibatkan lemah dalam memahami agama serta bodoh terhadap permasalahan agama.

 

  1. Pembelajaran bahasa Arab

Langkah-Langkah Pembelajaran bahasa arab terdapat Langkah-langkah pembelajaran oleh praktikan  dapat  dikelompokkan  menjadi  tiga tahap,  yaitu  tahap  pembukaan,  kegiatan  inti, dan  penutup. Aktivitas  pembelajaran pada tahap pembukaan itu  meliputi, pemberian salam,  presensi,  dan  pemberian  apresepsi.

Aktivitas pembelajaran  pada  tahap kegiatan inti  meliputi  pengenalan  materi  baru (melalui kegiatan  dengar-baca),  pemahaman  materi pertanyaan  latihan). Sementara  itu,  aktivitas pada kegiatan penutup berupa refleksi. Dalam hal ini, praktikan meminta siswa mengungkapkan  perasaan,  pendapat,  dan masukannya  terkait  dengan  kegiatan  pembelajaran yang baru saja berlangsun. Dengan KD  yang  dikembangkan  oleh  praktikan dalam  pembelajaran  meliputi  kemampuan melakukan dialog, membaca keras teks bahasaArab, dan memahami isinya serta kemampuan memahami           kaidah bahasa Arab (pola bentukan  kata  atau  pola  kalimat)  dan menggunakannya  dalam  kalimat  sederhana. Indikator  pencapaian  hasil yang tercermin  dalam  pembelajaran hiwar  meliputi

1.      Kemampuan  siswa  melisankan  teks-teks dialog.

2.      kemampuan  siswa  memahami  isi dialog.

3.      kemampuan siswa menghafal teks-teks  dialog,  dan

4.      kemampuan  siswa memperagakan  teks-teks  dialog,  baik  tanpa  teks  (hafalan)  maupun  dengan  menggunakan  buku  teks. 

Dengan  demikian,  performansi dalam pembelajaran hiwar itu yang tergambar dalam  KD tersebut  masih  bersifat  tekstual. Artinya, siswa dalam melakukan dialog masih dibatasi oleh hafalan tekstual yang  tercermin  dalam  pembelajaran membaca  (termasuk  kosakata)  adalah:

1.      Membaca teks dengan intonasi dan makhraj  yang  benar.

2.      Menangkap pesan dalam setiap paragraf (menentukan ide  pokok  dalam  paragraf)  melaluivisualisasi  gambar.

3.      Menghubungkan isi  pesan  dalam  teks  yang  dipelajari dengan  pesan  yang  terdapat  dalam  teks sebelumnya.

4.      Menentukan arti kosakata.

5.      Menggunakan  kosakata dalam  konteks  kalimat.

6.      Menerjemahkan  kalimat  dalam  teks.

7.      Menentukan tema  dalam  bacaan.

8.      Menceritakan  kembali isi teks.

9.      Meringkas secara lisan isi teks dengan bahasa Arab.

Kompetensi dan indikator yang dikembangkan dalam  pembelajaran  menulis  terbimbing  adalah:

1.      Siswa mengenal konsep/definisi kaidah (pola  bentukan  kata  dan  pola bentukan  kalimat)

2.      Siswa  mengenal ciri-ciri  dari  kaidah  yang  dipelajari (kaidah  bentukan  kata  dan  bentukan kalimat).

3.      Siswa membedakan dua pola bentukan  kata/pola  kalimat.

4.      Siswa membaca  kalimat  yang  berpola  tertentu.

5.      Siswa identifikasi pola  bentukan/ kalimat  dalam  teks.

6.      Siswa membuat kalimat  dengan  pola  tertentu.

7.      Siswa menulis  wacana  yang  diperdengarkan (dikte).

Sementara itu, kompetensi yang dikembangkan dalam pembelajaran tata bahasa  (qawa id)  adalah:

1.      Siswa memahami  konsep  bentukan  kata  yang sedang  dipelajari.

2.      Ssiswa  memahami proses  perubahan  kata  yang  terdapat dalam  bahasa  Arab.

3.      Siswa dapat membaca bentuk kata tertentu dengan memperhatikan vokal/harakat yang benar.

4.      Siswa memahami pengaruh perubahan kata terhadap makna kata.

5.      Siswa dapat membedakan  antara  bentuk  kata  yang satu  dengan  yang  lain.

6.      Siswa dapat menentukan wazan  (pola bentukan kata) dalam bahasa  Arab.

7.      Siswa  dapat mengidentifikasi  bentuk  kata  tertentu dalam teks.

8.      siswa dapat membuat kalimat dengan  menggunakan  bentuk  kata tertentu.

Media pembelajaran yang digunakan oleh praktikan dapat  dikelompokkan menjadi media elektronik da non  elektronik. Media elektronik  yang dimanfaatkan oleh praktikan berupa tape recorder. Alat itu  dimanfaatkan untuk memperdengarkan lagu-lagu berbahasa Arab hasil  terjemahan  dari  bahasa  Indonesia.

Melalui lagu itu, kebosanan  siswa  dalam mengikuti  pembelajaran  yang  konvensional menjadi  hilang.  Hal  tersebut  tampak  pada respon  siswa  dalam mengikuti alur  dan  irama lagu. Bahkan,  dalam  waktu  yang  relatif singkat,  mereka  dapat  melagukan teks berbahasa Arab secara mandiri, tanpa bantuan tape recorder. Memperdengarkan lagu melalui tape  recorder  itu  juga  dimanfaatkan oleh  praktikan  dalam  pelaksanaan  ujian tertulis  di  kelas.

Tujuannya  adalah  siswa tenang,  tidak  gaduh,  dan  tidak  mencontek dalam ujian. Lagu diperdengarkan secara lirih tanpa harus mengganggu konsentrasi siswa. Media non elektronik merupakan media yang paling  sering  digunakan oleh  praktikan dalam  pembelajaran  bahasa Arab. Media  non  elektronik  yang  digunakan berupagambar  berseri berwarna,  kartu  kata, kartu kalimat, dan bagan pola  bentukan kata. Gambar berseri  digunakan  untuk memvisualisasikan  cerita yang terdapat dalam teks bacaan).  Melalui gambar  berseri,  guru bersama  siswa  mencoba  memahami  isi teks  tanpa  harus  menerjemahkan  kata perkata  maupun  kalimat  perkalimat, melainkan  mereka  mencoba  menangkap pesan yang terdapat dalam teks.

Sementara  itu, kart kata digunakan oleh  praktikan  sebagai  salah  satu  cara untuk mengenalkan arti kata, penggunaan kata dalam kalimat. Kartu  kalimat digunakan  untuk  kegiatan hiwar (dialog). Kartu  itu  berisikan  pertanyaan yang ditempelkan dibawah gambar dan siswa diminta  merespon  pertanyaan  tersebut melalui bantuan gambar.

Penilaian yang dilakukan oleh praktikan dalam pembelajaran bahasa Arab ditempuh dengan dua cara, yaitu penilaian saat pembelajaran  berlangsung (penilaian  berbasis  kelas) dan penilaian hasil. Penilaian  berbasis  kelas  tercermin pada kegiatan praktikan memberikan tanda chek (v) pada  lembar penilaian terhadap respon atau jawaban siswa atas stimulus praktikan dan lebih bersifat kualitatif. Sementara itu, penilaian hasil dilakukan secara tertulis per KD. Aspek yang diteskan meliputi keterampilan berbicara  (hiwar),  membaca, menulis terbimbing, dan qawaid.[15] Tentunya pembelajaran menyimak dibutuhkan dalam pembelajaran bahasa arab.

 

D.    Pengaruh Listening Group Terhadap Kecakapan Mendengar Dalam Pembelajaran Bahasa Arab.

Setelah memperhatikan beberapa penjelasan mengenai pengertian Listening Group, proses menyimak, tahap-tahap menyimak dan faktor-faktor menyimak. Kemudian pengertian kecakapan mendengar, serta pembelajaran Bahasa Arab. Maka selanjutnya akan dijelaskan mengenai pengaruh listening group terhadap kecakapan mendengar dalam pembelajaran bahasa Arab.

Dimaksud  pengaruh listening group terhadap kecakapan mendengar dalam pembelajaran bahasa Arab adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan dalam pembelajaran bahasa arab.

Salah satu prinsip linguistik menyatakan bahwa bahasa itu pertama-tama adalah ujaran, yakni bunyi-bunyi bahasa yang diucapkan dan bisa didengar. Atas dasar itulah beberapa ahli pengajaran bahasa menetapkansatu prinsip bahwa pengajaran bahasa harus dimulai dengan mengajarkan aspek-aspek pendengaran dan pengucapan sebelum membaca dan menulis.

Dengan demikian, menyimak merupakan satu pengalaman belajar yang amat penting bagi para siswa dan seyogyanya mendapat perhatian sungguh-sungguh dari pengajar.Implikasinya dalam pelaksanaan pengajaran ialah bahwa guru hendaknya memulai pelajarannya dengan memperdengarkan (sebaiknya secara spontan, tidak dengan membaca) ujaran-ujaran bahasa Arab baik berupa kata-kata maupun kalimat, setidak-tidaknya ketika guru memperkenalkan kata-kata baru, ungkapan-ungkapan baru, atau pola kalimat baru.

Manfaat dan aktifitas ini ialah untuk membiasakan murid mendengar ujaran dan mengenal dengan baik tata bunyi bahasa Arab, disamping dapat menciptakan kondisi belajar penuh gairah dan menumbuhkan motivasi dalam diri murid. Hal ini sengaja ditekankan di sini, karena berdasar pengamatan, banyak di antara guru bahasa Arab yang cenderung mengajak murid-muridnya membaca buku teks sejak awal pelajaran.

 

 

Adapun langkah-langkah yang bisa dilakuakn untuk proses pembelajan menyimak adalah:

1.      Membuka pembelajaran menyimak, dalam pembukaan ini menyamoaikan pentingnya menyimak dan menjalaskan karakter materi yang akan diasampaikan. Tidak lupa pula tujuan pembelajaran

2.      Menyampaikan materi dengan memakai metode yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

3.      Memberi esempayan kepada siswa untuk memahami materi yang relah didengarkan

4.      Mendiskusikan materi yang telah didengarkan dan diakhiri dengan menyampaikan peranyaan-pertanyaan.

5.      Menyurh membuat ringkasan atau kesimpulan atas materi yang telah diajarkan.

6.      Mengevaluasi dengan cara memberikan pertanyaan siswa dengan lepertanyaan lebih mendalam.

Juga hal yang harus diperhatikan dalam menyimak.Di bawah ini adalah dua pendapat para ahli tentang ciri penyimak yang baik.

1.      Sikap objektif,adalah pandangan penyimak terhadap bahan simakan. Jika bahan simakan itu baik, ia akan menyatakan baik, demikian pula sebaliknya. Penyimak sebaiknya tidak mudah terpengruh oleh hal-hal di luar kegiatan menyimak, seperti pribadi pembicara, ruang, suasana, sarana, dan prasarana.

2.      Sikap kooperatif. Sikap kooperatif adalah sikap penyimak yang siap bekerjasama dengan pembicara untuk keberhasilan komunikasi tersebut. Sikap yang bermusuhan atau bertentangan dengan pembicara akan menimbulkan kegagalan dalam menyimak. Jika hal itu terjadi, maka penyimak akan mendapatkan pesan dari pembicara. Sikap yang baik adalah sikap berkooperatif dengan pembicara.

Belajar merupakan suatu kegiatan aktif siswa dalam membangun pemahaman terhadap suatu konsep. Pembelajaran merupakan suatu interaksi antara pembelajar, pengajar, dan bahan ajar. Ketercapaian tujuan pembelajaran merupakan suatu keberhasilan dalam menyelenggarakan suatu pendidikan.Agar tercapai tujuan pembelajaran, perlu dicari langkah-langkah yang dapat diterima, baik oleh pengajar maupun oleh pembelajar.

Salah satu cara itu adalah diterapkannya metode belajar mengajar yang menyenangkan, terarah, dan dapat dilaksanakan dengan tidak mengurangi esensi pembelajaran. Dalam pembelajaran menyimak, harus dipilih bahan yang baik dan menarik agar siswa tidak merasa bosan dan enggan terhadap materi yang diberikan. Untuk itu, guru harus mempertimbangkan dan memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan bahan yang akan digunakan dalam pembelajaran.

Dalam setiap pembelajaran tentunya tidak lepas dari media yang digunakan untuk proses pembelajaran. Adapun media dalam proses pembelajaran menyimak adalah sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar. Media tersebut berupa (1) alat audio (alat dengar) yaitu radio, dan tape recorder, (2) alat visual (alat pandang) yaitu gambar, kartu kata/flash card, buku teks, dan LKS, dan (3) alat audio visual (alat dengar pandang) televisi, dan komputer. Penggunaan media oleh guru bidang studi untuk siswa kelas I MTsN Malang III bertujuan untuk mempermudah guru dalam menyampaikan materi sekaligus bertujuan untuk mempermudah siswa dalam memahami materi dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.

Sedangkan teknik evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Arab adalah dengan bebagai bentuk tes berupa tes tertulis dan tes praktik dengan karakteristik sebagai berikut :

1.      Tes tertulis

Tes tertulis berbentuk soal pilihan ganda, isian dan uraian. Acuan yang digunakan dalam menyusun tes adalah kurikulum 1994 dan standar kompetensi lulusan. Materi yang diujikan untuk mengukur kompetensi tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut :

a.       Pemahaman kata, kalimat/paragraf sederhana, wacana dengan huruf hijaiyah.

b.      Pemahaman menemukan berbagai informasi dari teks lisan.

c.       Pemahaman mengungkapkan informasi, pendapat, perasaan secara tertulis

 

 

 

 

2.       Tes Praktik

a.       Tes mendengarkan

Tes mendengarkan dilakukan untuk menilai kemampuan siswa dalam memahami kata, kalimat dan paragraph serta mengungkapkan isi berbagai bentuk teks lisan.

b.      Tes Berbicara

Tes berbicara dilaksanakan untuk menilai kemampuan siswa dalam melakukan kegiatan percakapan dalam berbagai bentuk konteks.

c.       Tes membaca

Tes membaca dilaksanakan untuk menilai kemampuan siswa dalam memahami teks dan menemukan berbagai informasi, gagasan, pendapat dalam berbagai bentuk konteks

d.      Tes menulis

Tes menulis dilaksanakan untuk menilai kemampuan siswa dalam mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai bentuk konteks dengan menggunakan kata dan frase dalam kalimat sederhana, dengan struktur yang benar.

Mungkin dalam kegiatan menyimak dapat dikatakan sebagai kegiatan menyimak atau mendengarkan dengan sempurna, tetapi belum tentu memahami maknanya. Oleh karena menyimak makna merupakan suatu keterampilan penting untuk dikembangkan, haruslah disadari benar-benar isi yang terkandung sebenarnya dari pesan tersebut dan berada dalam jangkauan intlektual dan kedewasaan siswa.

Untuk itu, dalam pembelajaran menyimak, harus dipilih bahan yang baik dan menarik agar siswa tidak merasa bosan dan enggan terhadap materi yang diberikan. Untuk itu, guru harus mempertimbangkan dan memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan bahan yang akan digunakan dalam pembelajaran.

Dengan beberapa penjelasan tersebut diatas, yang dimaksud pengaruh listening group terhadap kemampuan mendengar dalam pembelajaran bahasa Arab adalah kegiatan pembelajaran dengan cara menangkap, memahami, atau menghayati pesan, ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan yang terdapat dalam materi bahasa Arab dengan kaidah-kaidah tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

 



[1] Henri Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Ketrampilan Berbahasa ( Bandung: Angkasa, 2008), 30.

[2] Ibid. , 31.

[3] Adnan, Menyimak (http://jejakkelana. wordpress.com) diakses 30 April 2010

[4] Henri Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Ketrampilan Berbahasa ( Bandung: Angkasa, 2008), 30-31.

[5]Henri Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Ketrampilan Berbahasa ( Bandung: Angkasa, 2008), 63.

[6] Ibid, 31-32.

[7] Henri Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Ketrampilan Berbahasa ( Bandung: Angkasa, 2008), 59-60.

 

[8]Ibid. , 60-61

[9] Palangikleang, Pengertian dan dan fungsi (http://kleang.blogspot.com/2010/02/pengertian-defini  si-dan-fungsi.html) Diakses 30 April 2010

[10] Henri Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Ketrampilan Berbahasa ( Bandung: Angkasa, 2008), 104-113

[11] Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mepengaruhinya, (Jakarta: Reinika Cipta, 2010), 107.

[12] Arono, Pentingnya Keterampilan Menyimak, Bagi Mahasiswa Sebagai Calon Guru: Sebuah Ti njauan Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Bahasa, http://unib.ac.id/blog/dank_aron/  diakses 10 nov 2009

[13] Rost, M. Terj. Iim Rahmania. Listening in Language Learning, (Longman, London, 1990), 6.

[14] ___________, Pentinya Bahasa Arab  ( http://zuhud.wordpress.com/2007/10/01/pentingnya-bahasa-arab.) Lembaga Bimbingan Islam Al-Atsary, Yogyakarta

 

 

[15] Moh. AininPembelajaran Bahasa Arab Berbasis Kompetensi DanKontesktual, http//www. orizo shelpr.org/contextual/hlm/ diakses tanggal 15 Desember. 2005.


No comments: