PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL DALAM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH
Oleh: Ariffudin
PENDAHULUAN
Pendidikan Agama Islam di
sekolah atau di madrasah, dalam pelaksanaannya masih menunjukkan berbagai
permasalahan. Seperti halnya proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
sekolah saat ini masih sebatas sebagai proses penyamPendidikan Agama Islaman
“pengetahuan tentang Agama Islam.” Mayoritas metode pembelajaran agama Islam
yang selama ini lebih ditekankan pada hafalan, akibatnya siswa kurang memahami
kegunaan dan manfaat dari apa yang telah dipelajari dalam materi Pendidikan
Agama Islam yang menyebabkan tidak adanya motivasi siswa untuk belajar materi Pendidikan
Agama Islam.
Melihat kenyataan yang ada di
lapangan, sebagian besar teknik dan suasana pengajaran di sekolah-sekolah yang
digunakan para guru kita cenderung monoton dan membosankan. Sehingga menurunkan
motivasi belajar siswa. Kondisi ini pada gilirannya berdampak pada prestasi
belajar. Untuk menjawab persoalan-persoalan tersebut perlu diterapkan
suatu cara alternatif mempelajari Pendidikan Agama Islam yang kondusif dengan
suasana yang cenderung rekreatif sehingga memotivasi siswa untuk mengembangkan
potensi kreativitasnya. Salah satu alternatif yang bisa digunakan adalah dengan
penerapan pembelajaran kontekstual Dari pembahasan tulisan ini, penulis
memberikan beberapa penjelasan sebagai bahan pertimbangan bagi beberapa pihak,
antara lain bagi guru, pembelajaran kontekstual ketika diterapkan pada bidang
studi Pendidikan Agama Islam
ABSTRAKSI
Proses pembelajaran kontekstual
menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan, artinya proses
belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung dengan kondisi
terdekat peserta didik. Orientasi proses belajar ini, tidak hanya bertujuan
siswa menerima pelajaran, akan tetapi lebih menitikberatkan pada proses mencari
dan menemukan sendiri materi pelajaran. Dengan mengadakan pendekatan lansung
dengan ligkungan sekitar dan fenomena atau peristiwa alam, dengan cara
mengkontruksi pengetahuan sebelumnya dengan pengetahuan yang baru.
PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH
Pendekatan Kontekstual
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dalam konteks ini siswa perlu mengerti
apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya.
Dengan ini siswa akan menhadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai
hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri
yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan
berusaha untuk meggapinya.
Pembelajaran kontekstual pada
adasarnya bersumber pada pendekatan kontriktivisme, yang bermakna proses
mengkontruksi pengetahuan baru secara bermakna melalui pengalaman nyata,
melalui proses penemuan dan mntransformasi informasi kedalam situasi lain
secara kontekstual.[1] Sedangkan pendekatan
kontekstual sendiri berarti suatu proses pembelajaran holistik yang bertujuan
untuk membelajarkan peserta didik dalam memahami bahan ajar secara bermakna
yang dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata, baik berkaitan dengan lingkungan
pribadi, agama, sosial, ekonomi maupun kultural.[2]
Sehingga peserta didik dapat memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan serta
bentuk pemahaman yang dapat diaplikasikan kemudian ditransfer dari konteks
permasalahan yang satu dengan permasalahan yang lainya.
Adapun komponen pembelajaran
kontektual yang lainya yaitu; Inquiry (Menemukan), Questioning (Bertanya),
Learning Comunity (Masyarakat Belajar), Modeling (Pemodelan), Reflection
(Refleksi), Autentic Assesment (Penilaian yang sebenarnya).[3]
Dengan semua komponen tersebut, pembelajran kontekstual dapat mencaPendidikan
Agama Islam tujuan pembelajaran
Demikian pembelajaran
Pendidikan Agama Islam berdasarkan pendekatan kontekstual mengasumsikan bahwa
laboratorium Pendidikan Agama Islam adalah kehidupan itu sendiri atau peristiwa
hidup dan kehidupan yang berada dalam alam semesta ini. Termasuk dalam arena
keluarga, sosioal, politik, ekonami, budaya, IPTEK dan lingkungan sekitar.[4]
Karena pada dasarnya Pendidikan Agama Islam merupakan upaya normatif untuk
membantu seseorang atau peserta didik dalam mengembangkan pandangan hidup
islami (bagaimana akan menalani hidup dan memanfaatkan hidup dan kehidupan
sesuai dengan ajaran dan nilai-nilai islam, sikap hidup islami yang memanifestasikan
dalam keterampilan hidup sehari-hari.
Pelajaran Pendidikan Agama
Islam di sekolah terdiri atas beberapa aspek dan pada dasarnya dari beberapa
aspek tersebur saling berkaitan dan melengkapi. Akan tetapi dari setiap aspek
tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda. Aspek-aspek Pendidikan Agama
Islam tersebut perlu dikembangkan dengan pendekatan kontekstual dengan
pemikiran sebagai berikut:
1. Aspek Keimanan/Aqidah
Masalah keimanan banyak
menyentuk aspek metafisika yang bersifat abstrak atau bahkan hal-hal yang
bersifat suprarasional. Diantara cara untuk mengatasi kesulitan pembelajaran
masalah Aqidah tersebut adalah dengan jalan mengemangkan pendekatan kontekstual
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Melalui pendekatan ini, peserta
didik diajak untuk mengamati fenomena-fenomena alam sekitar dan juga fenomena
sosial, psokologi dan budaya. Serta seseorang yang mempunyai loyalitas dan
dedikasi tinggi terhadap ajaran islam. Dari sini, akan terjadi proses
internalisasi nilai-nilai agama dan menumbuhkan motivasi seseoarang dalam
menjalankan dan menataati nilai-nilai agama.
2. Aspek Al-Qur’an dan Hadist
Dalam pembelajaran Al-Qur’an
dan Hadist ada beberapa makna yang bersifat tidsk pasti (relatif). Karena masih
terbuka kemungkinan makna lain, sehingga membuka peluang untuk pengembangan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan pendekatan kontektual. Misalnya
kandungan ayat Al-qur’an dan Hadist yang bisa diaitkan dengan keghidupan
sehari-hari.
3. Aspek Fiqh
Penerapan pembelajaran fiqh
lebih bersifat kontekstual, karena perkembangannya lebih dipengaruhi dengan
situasi dan kondisi, sejalan dengan tuntutan zaman dan kemaslahatan. Tentunya
hal ini tidak lepas dari kehidupan nyata dan kehidupan masyarakan saat ini.
4. Aspek Akhlaq
Kesadaran melakukan sesuatu
adalah kesadaran dimana manusia akan
mendapatkan akibatnya baik ataupun buruk. Agar kesadaran tersebut dapat
dimiliki oleh peserta didik, maka perlu
dikembangkan pembelajaran akhlaq bebasis kontekstual. Terapanya dengan teknik
peneladanan, pembiasaan dan pemotivasian.
5. Aspek Sejarah Islam
Sejarah dalam filosofinya
adalah tinjauan terhadap peristiwa-peristiwa historis secara filosofi untuk
mengendalikan perjalanan histori tersebut untuk menetapkan sesuatu dari
generasi ke generasi. Dapat ditegaskan pelajaran sejarah akan kering jika guru
hanya menceritakan sejarah atau peristiwa-peristiwanya, sebaliknya pelaajran
sejarah akan menarik jika guru bukan hanya menekankan pada peristiwa secara
tekstual, tetapi perlu dikaitkan dengan konteksnya yang bisa ditarik
pelajaran-pelajaran yang berharga bagi pembinaan peserta didik.
Disamping itu, secara umum
kelebihan pendekatan atau pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran menjadi
lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan
antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat
penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan
kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara
fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam
memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.
Sedangkan kelemahanya guru
tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas
sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan
ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang
berkembang. Akan tetapi, peran guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat
belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.[5]
Dan salain itu, pembelajaran kontekstual membutuhkan waktu dan proses yang
cukup lama.[6] Sehingga terkadang guru
sukar untuk mengimpelementasikan.
Keberhasilan penerapan
pembelajaran kontekstual perlu melibatkan berbagai pihak. Dalam hal ini, supaya
pihak sekolah dan masyarakat memiliki kesadaran akan pentingnya beberapa hal,
yaitu:sumber belajar tidak hanya berasal dari buku dan guru, melainkan juga
dari lingkungan sekitar baik di rumah maupun di masyarakat; strategi
pembelajaran kontekstual memiliki banyak variasi sehingga memungkinkan guru
untuk mengembangkan model pembelajaran yang berbeda dengan variasi yang lain;
pihak sekolah dan masyarakat perlu memberikan dukungan baik materiil maupun
non-materiil untuk menunjang keberhasilan proses belajar siswa.
KESIMPULAN
Salah satu metode yang saat
ini dianggap tepat dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah melalui
pendekatan kontekstual. Pembelajaran
secara kontekstual berhubungan dengan (1) fenomena kehidupan sosial masyarakat,
bahasa, lingkungan hidup, harapan dan cita yang tumbuh, (2) fenomena dunia
pengalaman dan pengetahuan murid, dan (3) kelas sebagai fenomena sosial.
Kontekstualitas merupakan fenomena yang bersifat alamiah, tumbuh dan terus
berkembang, serta beragam karena berkaitan dengan fenomena kehidupan sosial
masyarakat. Karena karakter kontekstual sesuai dengan sifat pelajaran
Pendidikan Agama Islam yang orientasi materinya berkaitan dengan masalah
kehidupan, sosial, ekonomi, politok, budaya, dan IPTEK.
DAFTAR PUSTAKA
Hnafiah, Cucu Sahana. Konsep
Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama, 2009
Made, Wena. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer:
Suatu Tinjauan Konseptual Operasional,
Cet I, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Muhaimin. Rekonstruksi Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2009.
[1] Hnafiah, Cucu Sahana, Konsep Strategi Pembelajaran (Bandung:
Refika Aditama, 2009), 67.
[2] Ibid. , 73.
[3] Ibid. ,
73-75.
[4]
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam
(Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2009), 263.
[5] Wena, Made, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer:
Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, Cet I,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 76.
[6] Ibid. ,
77.
1 comment:
kontennya bagus, terimakasih
Post a Comment