Sunday, June 14, 2020

PENGALAMAN : GURUKU TERSAYANG

AKU INGIN MAMA SEPERTI GURUKU

 

Tahun kedua, tepatnya 2012 penulis mengajar di SD Muhammadiyah 1 Krian (SD Mutu), menjadi pengalaman yang paling menarik dan berkesan selama penulis menjadi guru. Selain aktifitas yang menarik dan luar biasa, menjadi tenaga pendidik di SD Mutu merupakan impian serta medan dakwah bagi penulis. Pertama kali penulis dipercaya sebagai guru kelas yang peserta didiknya berjumlah 29 yaitu kelas II Utsman bin Affan. Diantara sekian murid dikelas tersebut, ada salah satu murid rajin, tekun dan nilai diatas rata-rata teman kelasnya, alasan inilah yang membuat penulis terkesan atas kepribadian dan mencolok prestasinya dalam proses pembelajaran sehari-hari.

Dia (murid laki-laki), anak pertama dari dua bersudara, keseharian ekspresi periang dan ceriah yang selalu ditampakkan, suka memberi perhatian yang lebih sama penulis, disela-sela proses pembelajaran dia mendekat, ingin sekali mengetahui apa yang penulis kerjakan, sampai suatu saat dia bertanya apa yang menjadi kesukaan penulis. Disini awal mula penulis manganggap ini biasa-biasa saja seperti halnya murid yang lain ketika ingin mencari perhatian gurunya. Hari berganti hari, lagi-lagi dia disela-sela proses pembelajaran selalu mendekat dan memperhatikan apa yang penulis kerjakan. Berawal dari sinilah penulis mulai agak memeperhatikan murid ini. Sekian hari penulis memperhatikan tingkah lakunya, seiring waktu penulis memperhatikan dia dikala istirahat saatnya tiba anak-anak membuka bekal makanan yang dibawahnya dari rumah. Ternyata dia menawarkan sebagian bekalnya buat penulis.

Suatu hari saat proses pembelajaran sedang berlansung, ada yang berubah dengan prilakunya didalam kelas, tingkahnya selalu over (ingin diperhatikan), disisi lain banyak hal yang berubah dan mengalami penurunan pada tingkat kosentrasinya, minat belajarnya dan nilainya pun juga mengalami penurunan yang sangat signifikan. Bermula dari hal ini, Penulis mencoba mencari waktu yang tepat untuk mengdakan pendekatan dengannya. Keempatanpun tiba, awal bicara penulis mengajak ngobrol biasa seperti penulis ketika ngobrol dengan murid yang lainnya, dengan cara pendekatan ini dalam obrolan pun penulis mulai masuk dalam inti tujuan awal ingin mengetahui alasan perubahan negative yang terjadi pada dirinya. “Kenapa nak kamu seperti ini?” dia “Kenapa bu saya?”, Akhir-akhir ini ibu lihat tingkahmu banyak sekali dikelas, lebih cenderung ramai dan suka mengganggu teman-temanmu?” dia “(diam tertunduk) “nilai pelajarkan kamu juga menurun kalau ibu perhatikan?” dia (diam tertunduk)” Apa kamu ada masalah dengan temanmu dikelas, atau sama saya mungkin?”. Dari pertanyaan ini lah dia akhirnya bercerita, “aku marah sama mama” masa ditinggal terus keluar kota, “aku bosan sama mama”, mama suka marah-marah, papa juga begitu, ga pernah bisa mengerti dan punya waktu untukku. Kekecewaan yang dia rasakan penulispun saat itu juga merasakan kekecewaannya terhadap mama dan papanya.

Setelah mendengar cerita dia, penulispun berfikir, apakah benar anak ini mengalami kekecewaan kepada orang tuanya, apa dia hanya mengarang cerita saja. Komunikasipun mulai penulis bangun dengan orang tuanya. Penulis mencoba membuka obrolan dengan orang tuanya ketika suatu waktu mamanya menjemput dia pulang sekolah. Penulis bertanya kepada mamanya, Bu apakah putra ibu pernah bercerita sesuatu dirumah? Beliau menjawab “tidak bu, dia kalau dirumah biasa-biasa saja” penulis bertanya lagi, bu apakah ibu memperhatikan kalau akhir-akhir ini nilai ulangan harian putra ibu menurun? “waduh saya kurang memperhatikan bu, biasanya papanya yang bilang kesaya kalau ada apa-apa dengan putra saya”. Oh gitu ya bu, penulis akhinya menyimpulkan dan membenarkan apa yang menjadi alasan dia mengalami perubahan negative pada diri anak tersebut. Ternyata dia tidak terbuka juga dengan orang tuanya, sehingga dia menjadi seperti ini.

Dengan segala cara penulis menjalin komunikasi yang bagus dengan kedua orang tuanya, bagaimana bisa merubah kekecewaan, sehingga menemukan solusi yang terbaik buat putranya. Menjalin komunikasi yang cukup lama antara penulis dan mamanya, Lama kelamaan mamanya penasaran dan bertanya kepada penulis, kok bisa putra saya lebih dekat, labih nurut dengan ibu dan mendengarkan nasihat-nasihat yang ibu berikan disaat proses pembelajaran, dan anehnya lagi putra saya kalau ngobrol sama saya bu, tanpa disadari sering terdengar ada kalimat “Kenapa mama tidak bisa seperti guruku?”. Akhirnya dari titik ini mamanya tambah berfikir gurunya bisa mengalahkan peran utama dirinya sebagai seorang mama yang sebenarnya harus lebih dekat dari siapaun.

Rasa penasaran, si mama menggali informasi dengan cara berkomunikasi dengan penulis melalui percaapan telepon disaat putranya sudah tidur. Pertanyaan mamanya yang sering ditanyakan pada penulis adalah bagaimana saya bisa menjadi seperti anda bu?. Sehingga saya bisa menjadi mama yang baik untuk putra saya?. Di sela-sela ngobrol via telepon mamanya pun semapat cerita kalau sering diprotes oleh putranya “mama jangan berpakaian seperti itu, mama kalau keluar harus berjilbab, seperti guruku yang selalu bilang wanita harus menutup aurat dan berjilbab. Cambukan keras bagi saya bu” bilang seperti itu saat komunikasi dengan penulis.

Setelah komunikasi terjalin baik dengan orang tuanya, perlahan hari demi hari mamanya berubah menjadi lebih baik, satu persatu pekerjaan pun ia kurangi untuk meluangkan waktunya untuk putranya, dan Alhamdulillah mamanya punberubah penampilannya menutup aurat dan berjilbab. Perjalanan dan pengalam berharga bagi penulis, disadari atau tidak prilaku dan figur seorang guru adalah adalah panutan bagi anak didiknya. Secara lansung atau tidak lansung mempunyai dampak kepada anak didik dan lingkungan anak didik tersebut. Bisa merubah karakter anak didik yang berimbas pada keluarganya mejadi pribadi yang lebih baik sesuai syari’at islam adalah contoh kecil hasil dari tujuan pendidikan karakter.

Dari pengalam ini, penulis belajar bahwa prestasi anak tidak hanya didukung oleh pelajaran tambahan, fasilitas yang memadai dll. Akan tetapi, sejatinya anak ingin diperhatikan, disayang, orang tua, terutama ibu harus bisa membagi waktu yang berkualitas tentunya dalam hal menjalin komunikasi dan mendidik anak-anaknya. Hikmah penting dari kasus ini, dalam proses pembelajaran, anak tidak cukup hanya disuruh belajar, akan tetapi yang membuat anak berprestasi adalah perhatian dan kasih sayang, serta komunikasi antara peserta didik, guru dan orang tua turut berperan penting bagi pendidikan.


No comments: