Thursday, December 6, 2012

STUDI KASUS : OBSERVASI


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Konfidensialitas
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Mental, dan menjadi mahasiswa Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam serta diharapkan mampu berperan serta dalam mengaplikasikan ilmu di masyarakat. Khususnya dengan mata kuliah Kesehatan Mental, observer bisa membantu upaya pemecahan masalah-masalah yang yang terjadi dimasyarakat yang berhubungan dengan kejiwaan.
Pada tugas ini observer mengambil obyek seorang yang mengalami gangguan kejiwaan, yang mana menurut observer klien layak menjadi obyek observasi dalam tugas kali ini. Dikarenakan klien mempunyai prilaku yang tidak wajar atau tidak seperti manusia pada umumnya. Pengumpulan informasi tentang klien melalui observasi, kemudian didukung dengan wawancara, dan data yang diperoleh untuk sumber atas permasalahan klien tersebut.
1
 
Dalam observasi ini nama asli klien dirahasiakan, dan diganti dengan nama fiktif, sehingga apabila ada kesamaan dalam penggunaan nama atas klien tersebut itu tanpa unsur kesengajaan dan hanya kebetulan belaka. Dengan menemukan sumber penyebab masalah yang dihadapi oleh klien diharapkan bisa memberikan pemecahan masalah yang dihadapai oleh klien. Dengan usaha-usaha yang sudah dilakukan.
B.     Gejala Pemilihan Kasus Klien
Klien bukan termasuk orang yang terkena gangguan jiwa yang cukup berat. Tetapi klien adalah termasuk dalam kategori gangguan jiwa (Manic Depressive) atau gangguan jiwa ringan, hal ini terlihat klien selalu aktif, tidak kenal payah, pantang ditegur dan tidak tahan kecaman pada dirinya.

C.    Alasan Pemilihan Klien
Observer mengangkat masalah ini dengan alasan, banyak orang mangalami gejala gangguan jiwa ringan atau Manic Depresisseve manjadi semakin parah atau sampai pada tingkat acute bahkan hyper. Supaya tidak sampai demikian, melalui pengmatan ini akan menguraikan faktor dan upaya untuk mengntisipasinya.

D.    Tujuan Pemilihan Klien
Selain sebagai obyek dalam tugas observer, besar harapan yang pada diri klien dan keluarga, agar klien menjadi normal kembali seperti layaknya masyarakat yang berada di sekitarnya. Tentunya hal ini tidak terjadi begitu saja, harus ada faktor dan upaya untuk membuat klien normal kembali. Dengan adanya gambaran atau deskripsi dari hasil observasi ini minimal penulis dan pihak keluarga mengetahui gejala-gejala dan perkembangan klien pada umumnya.



BAB II
ANALISIS HASIL OBSERVASI

Untuk mendapatkan data yang obyektif dan relevan dengan masalah klien, maka observer menggunakan beberapa teknik penelitian antra lain sebagai berikut. Dalam observasi ini, observer menggunakan metode atau teknik pendekatan observasi sebagai teknik penyelidikan yang paling utama. Obsevasi atau pengamatan yang dilakukan pada klien atas prilaku yang nampak dalam kehidupan sehari-hari, dalam rangka mengamati prilaku klien Kemudian didukung dengan Interview atau wawancara, hal ini dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab dengan beberapa anggota keluarga dan tetangga terdekat klien, adapun hasilnya adalah:
A.    Identitas klien
Nama                                                         : Mr. X
Jenis kelamin                                             : Laki-laki
Usia                                                           : 40 Tahun
Status                                                        : Belum Kawin
Kewarganegaraan                                     : Indonesia
Tampat /Tanggal lahir                               : Sidoarjo, 21 Juli 1970
Alamat                                                      : Kepatian-Tulangan-Sidoarjo
Jumlah saudara                                          :  3      
Anak ke                                                     :  3

 

  1. Lukisan Tentang Klien
a.       Keadaan Jasmani                         
Tinggi badan                                 :156 cm
Berat badan                                   : 55 Kg
Warna kulit                                   : Sawo matang
Warna rambut                               : Hitam
Cacat tubuh                                   : Tidak
b.      Identitas Keluarga
Nama ayah                                    : Sutarso
Status                                            : Kandung
Agama                                           : Islam
Kewarganegaraan                         : Indonesia
Pendidikan                                                : SD
Pekerjaan                                       : Petani
Nama ibu                                       : Misrifa
Agama                                           : Islam
Status                                            : Kandung
Kewarganegaraan                         : Indonesia
Pendidikan                                                : SD
Pekerjaan                                       : -
  1. Keadaan Sekolah                               
Umur masuk SD                                 : 7  Tahun
Lama sekolah SD                                : 6  Tahun
Umur masuk SLTP                             :12 Tahun
Lama sekolah SLTP                            : 3  Tahun
Umur masuk SLTA                             : 15 Tahun
Lama sekolah SLTA                           : 3   Tahun

B.     Hasil Pengamatan
Berdasarkan hasil pengamatan, menunjukkan seorang klien mempunyai ganguan jiwa. Penyebab utamanya adalah ditinggal ibunya meninggal, karena hal tersebut klien mengalami gangguan jiwa. Seringkali klien berprilaku tidak seperti orang lain pada umumya. Perilaku yang ditimbulkan klien dalam kehidupan sehari-hari antara lain:
1.      Klien tersebut sangat aktif, dan cenderung banyak bicara, pantang ditegur dengan perkataan maupun perbuatan.
2.      Klien juga suka menggangu orang yag berada disekitarnya, kemudian suka mencampuri urusan orang lain yang tidak ada hubungannya dengan dirinya.
3.      Klien juga suka bernyayi dan memerankan gaya penyanyi dangdut Rhoma Irama.
4.      Berdasarkan hasil pengamatan, klien tersebut termasuk kategori sakit jiwa (Manic Depressive)


Awal gejala depresi yang dialami klien, ayahnya sudah berusaha membawa klien kerumah sakit untuk melakukan pemeriksaan tentang gejala-gejala yang dialami oleh klien. Menurut dokter, klien mengalami depresi ringan dengan gejela-gejala tertentu, dokter menyarankan kepada orang tua klien untuk terapi dan tinggal sementara di rumah sakit. Akan tetapi, agaknya biayanya sangat mahal, sehingga orang tua klien tidak sangggup untuk membayarnya dan memilih berobat jalan sampai sekarang. Meskipun berobat jalan telah dilakukan sekitar 22 tahun, nampaknya tidak ada perubahan secara signifikan dalam diri klien.
Melihat kondisi klien yang seperti itu, kasih sayang dari saudara-saudaranya berkurang. Akan tetapi klien masih mendapatkan kasih sayang dari ayahnya. Keseharian klien sebagian kecil berjalan seperti kehidupan orang normal, seperti dalam hal makan 3 x sehari, akan tetapi klien hanya mandi sehari 1 x, sehingga klien kelihatan kusam, dekil, kemudian klien nampaknya jarang gosok gigi. Sehingga jarang orang yang mau mendekatinya termasuk saudara-saudaranya sendiri, terkecuali ayah/bapak klien.
Kemudian diusianya yang sudah cukup matang untuk berumah tangga, klien tidak mempunyai pandangan dan harapan untuk menikah. Karena dengan melihat kondisi klien yang seperti itu dan tidak ada wanita yang mendekat pada klien apalagi sampai dinikahi. Sehingga sampai sekarang klien hidup sendari/bujang, akan tetapi klien ketika melihat sosok wanita, dia cenderung mendekatinya. Dalam hal ini menurut observer ada dua pandangan. Pertama ketika melihat wanita klien ingat kepada ibunya, mengingat dia depresi ditinggal ibunya meningga/ dan yang Kedua klien masih mempunyai perasaan yang normal terhadap wanita, karena diusianya yang sudah matang dan mampu untuk berumah tangga.
Setelah dianalisis, dari hasil-hasil pengamatan tersebut, klien mengalami sakit jiwa (Manic Depressive) dimana penderitanya mengalami rasa besar dan gembira kemudian berubah menjadi sedih atau tertekan. (Zakiyah Daradjat, 1968: 60). Kebiasan hidup klien seperti orang pada umumnya, tetapi ada sisi lain dari klien tersebut yang agak menyimpang dari manusia normal. Klien kadang-kadang dalam kesehariannya suka menyerang dan menakut-nakuti orang, bahkan memukul orang yang sedang lewat didepamya.
Klien tersebut tidak mau diam cenderung banyak bicara yang tidak ada manfaatnya. Tapi, klien juga dapat berkomunikasi dengan normal seperti manusia pada umumnya. Numun, klien lebih sering berbcara atau ngobrol sendiri, dan yang lebih parah ketika ada ibu-ibu yang melintas dihadapannya dianggap ibunya yang telah meninggal hidup kembali dan lansung memeluk dan memanggil ibu.

C.    Diagnosa
Dari data observasi dan wawancara yang diperoleh maka observer dapat menyimpulkan masalah yang dihadapi klien pada saat ini diantaranya adalah :
1.      Klien ditinggal ibunya meninggal dunia pada tahun 1988 akibat penyakit struk
2.      Kurang dapat perhatian keluarga semenjak klien terkena gangguan jiwa setelah 1 bulan ditinggal ibunya.
D.    Identifikasi masalah
Klien bukan termasuk orang yang terkena gangguan jiwa yang cukupo berat. Tetapi klien adalah termasuk dalam kategori gangguan jiwa (Manic Depressive) atau gangguan jiwa ringan, hal ini terlihat klien selalu aktif, tidak kenal payah, pantang ditegur dan tidak tahan kecaman pada dirinya.

E.     Prognosa
Prognosa atau ramalan merupakan kemungkinan yang akan terjadi pada diri klien apabila tidak segera mendapat bantuan pemecahan masalahnya. Kemunkinan tersebut dapat berakibat sebagai berikut :
1.      Gangguan jiwa klien akan semakin parah
2.      Menggangu lingkungan dan warga sekitar tempat klien tinggal
3.      Dijauhi, bahkan sampai dikucilkan oleh warga masyarakat
                                                       
F.     Usaha Bantuan Yang Direncanakan
Dalam usaha pemecahan masalah yang dihadapi oleh klien, kami melakukan usaha-usaha sebagai berikut :
1.      Memeriksakan klien ke rumah sakit jiwa.
2.      Memerlukan penanganan khusus oleh psikolog atau psikiater.
3.      Memerlukan pengawasan khusus dari pihak keluarga.
4.      Hindarkan klien dari benda yang dapat mengngatkan klien pada ibunya. Seperti foto ibunya dan benda-benda yang ada hubungannya dengan ibunya

G.    Usaha Bantuan Yang Dilaksanakan
Usaha-usaha bantuan yang telah dilaksanakan adalah awal klien menderita depresi ayahnya pernah membawa klien ke rumah sakit jiwa hanya sekali. Kemudian dilanjutkan dengan obat jalan, memberikan pengertian kepada keluarga untuk mengawasi klien dan menghidarkan benda yang dapat mengingatkan klien pada ibunya. Seperti foto ibunya dan benda-benda yang ada hubungannya dengan ibunya.
Sedangkan usaha bantuan yang belum dilaksanakan adalah membawa klien ke psikiater atau psikolog, hal tersebut karena keterbatasan biaya hingga upaya-upaya yang sederhana diharapkan mampu meminimalisir gangguan kejiwaan klien supaya tidak semakin parah. Seperti kasih sayang dan perhatian ayah kepada klien.

H.    Usaha Tindak Lanjut (Follow-Up)
Untuk menangani kasus yang dihadapi oleh klien secara tuntas, diperlukan usaha untuk tindak lanjut yang melibatkan banyak pihak untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi klien dengan cara serius dan bersungguh-sungguh. Pihak-pihak yang melaksanakan usaha tindak lanjut antara lain:
  1. Pihak keluarga
Keluarga harus mengawasi dengan ketat dan memberikan perhatian yang lebih kepada klien.

2.      Warga sekitar/tetangga klien
Memberikan perlindungan terhadap klien berupa kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari klien.



















BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A.    Simpulan
Setelah dianalisis, berdasarkan hasil-hasil pengamatan tersebut, klien mengalami sakit jiwa (Manic Depressive) dimana penderitanya mengalami rasa besar dan gembira kemudian berubah menjadi sedih atau tertekan. Kebiasan hidup klien seperti orang pada umumnya, tetapi ada sisi lain dari klien tersebut yang agak menyimpang dari manusia normal. Klien kadang-kadang dalam kesehariannya suka menyerang dan menakut-nakuti orang, bahkan memukul orang yang sedang lewat didepamya. Hail itu dikrenakan ditinggal ibunya meninggal dunia dan kurangnya perhatian keluarga disaat klien terkena gangguan jiwa.

B.     Saran
Gangguan Jiwa tidak terbatas pada psikotik atau yang kita kenal sebagai gila. Banyak macam gangguan jiwa ringan yang jika tidak segera diterapi menjadi berat dan mengancam nyawa. Biasanya gangguan itu bermanifestasi sebagai gangguan fisik. Maka dari itu supaya tidak terjadi  harus dilakukan pengobatan secara menyeluruh Dalam ilmu jiwa, gangguan pada seseorang dilihat secara menyeluruh, baik psikis maupun fisik. Oleh sebab itu, pengobatan juga dilakukan secara menyeluruh, tidak hanya obat-obatan, tetapi juga psikoterapi

2 comments:

cKAja said...

keren abis, terimakasih postingannya!

cKAja said...

Mantap postingannya
trims