Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ
للهِ الَّذِي أَصْلَحَ الضَمَائِرَ، وَنَقَّى السَرَائِرَ، فَهَدَى الْقَلْبَ
الحَائِرَ إِلَى طَرِيْقِ أَوْلَي البَصَائِرَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا
اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيُكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،
أَنْقَى العَالَمِيْنَ سَرِيْرَةً وَأَزكْاَهُمْ سِيْرَةً، وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَارَ عَلَى هَدْيِهِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ .اَللَّهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أُوْصِيْكُمْ
وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ
إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَقَالَ يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ
الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ
مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ
بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا. وَقَالَ يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.
Jamaah Jumat
Rahimakumullah
Tak terasa kita
kembali memasuki bulan Rajab. Entah karena kesibukan atau waktu kita yang
kurang berkah, perjalanan hidup serasa semakin cepat. Tiba-tiba saja kita
bertambah tua. Tiba-tiba saja kita menapaki kembali bulan Rajab. Tiba-tiba saja
kita akan menghadapi bulan Sya’ban lalu bulan suci Ramadlan. Sejatinya, tidak
ada istilah “tiba-tiba”, karena waktu berjalan linier seperti lazimnya, kecuali
timbul dari perasaan pribadi lantaran sikap abai alias tidak peduli.
Bulan Rajab adalah bulan istimewa. Dalam
kitab I‘anatut Thalibin dijelaskan bahwa “Rajab"
merupakan derivasi dari kata “tarjib” yang berarti mengagungkan atau
memuliakan. Masyarakat Arab zaman dahulu memuliakan Rajab melebihi bulan
lainnya. Rajab biasa juga disebut “Al-Ashabb” (الأصب) yang berarti “yang mengucur”
atau menetes”. Dijuluki demikian karena derasnya tetesan kebaikan pada bulan
ini.
Jamaah Jumat
Rahimakumullah
Bulan Rajab bisa
juga dikenal dengan sebutan “Al-Ashammu” (الأصم) atau “yang tuli”, karena tidak
terdengar gemerincing senjata pasukan perang pada bulan ini. Julukan lain untuk
bulan Rajab adalah “Rajam” (رجم) yang berarti melempar. Dinamakan demikian
karena musuh dan setan-setan pada bulan ini dikutuk dan dilempari sehingga
mereka tidak jadi menyakiti para wali dan orang-orang saleh. Allah memasukkan bulan Rajab
sebagai salah satu bulan haram alias bulan yang dimuliakan.
¨bÎ)
no£Ïã
Íqåk¶9$#
yZÏã
«!$#
$oYøO$#
u|³tã
#\öky
Îû
É=»tFÅ2
«!$#
tPöqt
t,n=y{
ÏNºuq»yJ¡¡9$#
ßöF{$#ur
!$pk÷]ÏB
îpyèt/ör&
×Pããm
4
"Sesungguhnya
jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan
Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya ada empat
bulan haram. (QS. At-Taubah:36)
Bulan haram adalah
empat bulan mulia di luar Ramadlan, yakni Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan
Rajab. Disebut “bulan haram” (الأشهر الحرم) karena pada bulan-bulan
tersebut umat Islam dilarang mengadakan peperangan.
Imam Al-Ghazali
dalam Ihya’ Ulumid-Din menyatakan bahwa kesunnahan berpuasa
menjadi kian bernilai bila dilakukan pada hari-hari utama (al-ayyam
al-fadhilah). Hari- hari utama ini dapat ditemukan pada tiap tahun, tiap
bulan, dan tiap minggu. Terkait siklus bulanan ini Al-Ghazali menyatakan bahwa
Rajab masuk dalam kategori al-asyhur al-fadhilah di samping
Dzulhijjah, Muharram dan Sya’ban. Rajab juga terkategori al-asyhur
al-hurum di samping Dzulqa’dah, Dzul Hijjah, dan Muharram.
Jamaah Jumat
Rahimakumullah
Keistimewaan bulan
Rajab juga terletak pada peristiwa ajaib isra’ dan mi’raj Rasulullah shallallâhu
‘alaihi wasallam. Peristiwa tersebut terjadi pada bulan Rajab tahun 10
kenabian (620 M). Itulah momen perjalanan Rasulullah dari Masjidil Haram ke
Masjidil Aqsha lalu menuju ke sidratul muntaha yang ditempuh hanya semalam.
Dari peristiwa isra’ dan mi’raj ini, umat Islam menerima perintah shalat lima
waktu. Begitu agungnya peristiwa ini hingga ia diperingati tiap tahun oleh kaum
muslimin di berbagai belahan dunia.
Khatib mengajak
diri sendiri dan jamaah sekalian agar tidak menyianyiakan bulan yang agung ini.
Dari berbagai keterangan yang disebutkan tadi, sangat jelas bahwa bulan Rajab
memiliki keutamaan lebih di atas bulan-bulan pada umumnya. Ia adalah momen
untuk meningkatkan kualitas diri, baik tentang kedekatan kita kepada Allah (taqarrub
ilallâh) maupun perbuatan baik ('amal shâlih) kita kepada sesama.
Belum tentu tahun berikutnya kita akan berjumpa dengan kesempatan merasakan
kembali bulan Rajab. Saatnya menyisihkan fokus kita kepada bulan mulia ini di
tengah kesibukan duniawi kita yang melengahkan. Wallahu a’lam.
اَقُوْلُ
قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
No comments:
Post a Comment