Pendidikan
Agama Untuk Anak Dalam Keluarga.
Adanya
hubungan antara pria dan wanita, dan mempunyai anak, sejak itu pula sebenarnya
keluarga haruis melaksanakan pendidikan kepada anaknya. Namun tidak sedikit
orang tua yang merasa gagal dalam mengarahkan serta mendidik anak-anak mereka,
sehingga menjadi anak nakal dan jauh dari Tuhannya. Oleh karena itu pendidikan
agama penting ditanamkan pada anak sejak dini, dengan harapan anak akan lebih
mengenal Allah.
Dalam
pembinaan anak-anak dalam keluarga, satu hal yang tidak boleh dilupakan
yaitu cara penyampaian materi. Menurut Sri Harini, strtategi merupakan
salah satu komponen penting dalam kegiatan pendidikan disamping
komponen-komponen lainnya seperti pendidik, anak didik, materi/bahan, tujuan,
bentuk dan lain-lain. Dalam dunia pendidikan, metode/cara berfungsi sebagai
salah satu alat untuk menyampaikan materi pendidikan dalam rangka mecapai
tujuan yang telah ditetapkan.[1]
Dalam
pembinaan anak-anak Menurut Abdullah Nasih Ulwan, dalam Al-Quran dan
Hadis dapat ditemukan berbagai strategi pendidikan yang berpengaruh terhadap
anak. Sedangkan strategi yang baik menururt Al-Qur'sn dan Al-Hadits yaitu
dengan memberikan :
- Strategi keteladanan
Strategi keteladanan menurut
Abdullah Nasih Ulwan, menjadi faktor penting dalam menentukan baik-buruknya
anak. Jika pendidik jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani dan
menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama, maka
sianak akan tumbuh dalam dalam kejujuran, terbentuk dalam akhlak mulia, berani
dan menjauhkan diri dari perbuatan yang bertentangan dengan agama. Begitu pula
sebaliknya jika pendidik adalah seorang pembohong, pengkhianat, orang yang
kikir, penakut, dan hina, maka sianak akan tumbuh dalam kebohongan, khianat,
durhaka, kikir, penakut dan hina.[4]
Abdullah Nasih Ulwan, menyimpulkan
bahwa memberikan teladan yang baik-baik-dalam pandangan Islam merupakan
strategi pendidikan yang paling membekas pada anak didik. Jadi segala sesuatu
yang dilakukan orang tua adalah contoh prilaku yang akan ditiru dan dilakukan
anak ketika sudah dewasa nanti. Oleh karena itu kedua orang tua harus
memberikan contoh yang baik, sebab anak tidak hanya meniru hal-hal yang baik
saja tetapi juga hal-hal yang jelek yang pernah dilihatnya.[7]
- Strategi pembiasaan
Pendidikan kepada anak pra sekolah
pada dasarnya lebih diarahkan pada penanaman nilai-nilai moral, pembentukan
sikap dan prilaku yang diperlukan agar anak-anak mampu untuk mengembangkan
dirinya secara optimal. Anak-anak usia pra sekolah mempunyai daya tangkap dan
potensi sangat besar untuk menerima pengajaran dan pembiasaan dibanding pada
usia lainnya.[8]
Oleh karena itu, orang tua dan
para pendidik perlu memusatkan perhatian dan pengajaran anak-anak tentang
kebaikan dan upaya membiasakannya, sejak ia memulai memahami realita kehidupan
ini
- Strategi nasihat
Menurut Abdurrahman An-Nahlawi
adalah strategi nasihat dan peringatan akan kebaikan dan kebenaran dengan cara
menyentuh kalbu dan menggugah untuk mengamalkannya. Sedang nasihat sendiri
sajian bahasan tentang kebenaran dan kebajikan dengan maksud mengajak orang
yang dinasihati untuk menjauhkan diri dari bahaya dan membimbingnya kejalan
yang bahagia. [11]
Zakiah Darajat mengatakan rasa ingin
tahu terhadap sesuatu, yang dapat mengakibatkan mereka kadang-kadang menanyakan
tentang Tuhan, neraka, surga, dan sebagainya. Karena sebelum mencapai umur 5
tahun perasaan sianak terhadap Tuhan pada dasarnya negatif.[12]
Sedangkan menurut Abdullah Nasih
Ulwan, nasihat dapat membukakan mata anak-anak kepada hakekat sesuatu yang
mendorongnya menuju situasi luhur, dan menghiasinya dengan akhlak mulia, dan
membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam. [13]
Bertolak dari uraian diatas,
jelaslah bahwa orang tua dalam memberikan nasihat ini harus menggunakan
kata-kata yang halus, yang dapat menyentuh perasaan, sehingga anak tergugah
untuk mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan juga nasihat ini disampaikan
lewat cerita, kisah, atau perumpamaan
[1] Sri Harini, Mendidik
Anak Sejak Dini, Kreasi Wacana, Yogyakarta, 2003, hal. 118-119
[2] Abdullah nasih ulwan,
Op. cit., hal. 141-142
[3] Sri Harini, Op.
cit., hal. 120
[4] Abdullah nasih ulwan,
Op. cit., hal. 142
[5] Abdurrahman
An-Nahlawi, Op. cit., hal. 260
[6] Jalaluddin, Psikologi
Agama, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hal. 21
[7] Abdullah nasih ulwan,
Op. cit., hal. 178
[8] Abdullah nasih ulwan,
Ibid, hal. 203
[9] Ahmad Tafsir, Op.
Cit., hal. 144
[10] Sri Harini Op.
cit., hal. 127
[11] Abdurrahman An-Nahlawi,
Op. cit., hal. 289
[12] Zakiah darajad, Ilmu
Jiwa Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 1989, hal. 35
[13] Abdullah nasih
ulwan, Op. cit., hal. 209
[14] Abdullah nasih
ulwan, Ibid, hal. 275
[15] Husain Mazhahiri, Pintar
Mendidik Anak, Lentera, Jakarta, 2002, hal. 139
3 comments:
terimakasih pak arif..
salam sehat selalu,
https://marketing.ruangguru.com/bimbel
thanks,
jiwa
bagus postingannya. Sangat bermanfaat
Post a Comment